Bandung - persis.or.id, Rencana kedatangan Ustadz Bachtiar Nasir (UBN) dan KH. Ahmad Shabri Lubis yang akan menggelar dakwah di Garut pada sabtu mendatang (11/11/2017) mendapat penolakan dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Garut.
Alasannya, karena tausiyah yang diberikan kedua ulama itu dianggapnya tidak menyejukan dan berpotensi melukai perasaan sebagian warga Indonesia. Penolakan itu dilayangkan ke DKM Mesjid Agung Garut.
Jamiyyah Persatuan Islam menyikapi persoalan tersebut. "Penolakan terhadap ulama yang akan berceramah dengan dalih apapun, tentu sangat disesalkan. Karena tidak mencerminkan adanya ukhuwah islamiyah diantara umat islam", ujar Prof. Dadan Wildan, selasa (07/11/2017).
Dalam beberapa informasi yang diterima, seringkali NU menolak ceramah terhadap para ulama yang berbeda faham dan pandangan, seperti penolakan ustad felix di Bangil.
Sekretaris Majelis Penasehat PP Persis itu menilai, dalam konteks tersebut dapat dipahami, karena secara organisasi dan paham keagamaan, berbeda secara diametral.
"Secara khusus, untuk kasus Garut, Persis bisa mengambil peran jalan tengah. Bertindak sebagai mediator dari pada terprovokasi oleh provokator", terangnya.
Selama ini hubungan Persis dan NU di Garut relatif tidak ada masalah. Karena itu, Persis bisa mengambil peran untuk menengahi dan menjembatani persoalan itu, agar kehidupan keagamaan di garut berjalan kondusif. Tidak sebaliknya, membuat provokasi yang mempertentangkan antara pendukung dan penolak UBN.
"Saya kira, Pimpinan Daerah Persis Garut dapat mengambil inisiatif untuk mempertemukan pihak NU, panitia penyelenggara, dan DKM mesjid agung untuk duduk bersama", tambah Prof. Dadan
PD Persis Garut bisa meminta jaminan keamanan kepada polres Garut, agar kegiatan ceramah berjalan aman dan kondusif.
"Mendinginkan suasana dengan jalan musyawarah itu lebih baik dari pada memanaskan suasana via media sosial", pungkasnya. (HL/TG)