Makkah - persis.or.id, Dalam khutbah Jumatnya pada 4 Sya'ban 1439 H./ 20 April 2018 M. Syaikh Shuraim menegaskan seputar Bahaya Tahrisy atau Provokasi di Tengah- tengah Umat Islam.
Provokasi termasuk akhlak paling buruk zaman ini. Inilah tujuan puncak iblis laknatullah setelah mereka hampir putus asa menggota kaum Muslimin khususnya di Jazirah Arab dengan menebar kebencian dan pertengkaran di antara sesama mereka.
Tidak ada masyarakat yang mulia, silih asah, asih, dan asuh, kecuali karena kebeningan hati individu masyarakatnya dan kesucian motivasi yang menjadi asas tegaknya kasih sayang di antara mereka. Sesungguhnya akhlak adalah nilai luhur yang bersemayam di dalam jiwa yang terdalam dan sejalan dengan alam pikiran.
Sekalipun suatu bangsa meraih kemajuan dalam bidang ilmu pengtahuan, industri dan perdagangan, maupun peradaban, sesungguhnya semua itu hampa belaka tanpa terwujudnya nilai-nilai akhlak. Semua kemajuan itu tidak ada artinya, dia akan segera berlalu tanpa meninggalkan jejak nilai apapun.
Setiap masyarakat dan peradaban sesungguhnya berjalan atas fitrah yang dianugerahkan kepada manusia berupa akhlak mulia dan menjauhkan diri dari nilai-nilai yang bisa mengotori kesucianya dan mencerai beraikan masyarakatnya. Betapa banyak yang mengotori nilai nilai persaudaraan manusia karena kedengkian hati dan kesilapan lisan. Terutama bagi mereka yang menjadikan ucapan sebagai permainan dan olokan seperti isu hoax, provokasi, dan agitasi.
Ingatlah, tidaklah provokasi hadir di tengah masyarakat kecuali akan mencerai-beraikanya, tidak hadir dalam sebuah keluarga kecuali akan mencabik-cabiknya, dan tidak hadir dalam sebuah pertemanan kecuali melahirkan permusuhan dan kedengkian.
Ingatlah, jiwa yang terprovokasi oleh isu-isu hoax akan membangkitkan amarah kebencian dan permusuhan yang pada akhirnya tidak menguntungkan pihak manapun. Disisi lain betapa hoax dan provokasi dengan mudah dilakukan di dalam rumah-rumah, pertemanan (Medsos), laki-laki maupun perempuan. Provokasi dan agitasi sesungguhnya membahayakan dan tidak memberikan manfaat sedikitpun. Merusak dan tidak membangun, meresahkan dan tidak membahagiakan, memproduksi tangisan dan bukan senyuman.
Provokasi adalah kalimat yang tidak mengandung kebaikan sedikitpun kecuali makna keburukan seluruhnya. Baik secara syariat, logika, dan fitrah. Provokasi dan agitasi adalah propesi setan. Tidaklah seseorang menghembuskanya kecuali demi menebar kebencian dan keburukan. Betapa banyak korban dari isu-isu yang tidak benar itu mencerai-beraikan hubungan suami-istri, pertemanan, ketetanggaan, dan persahabatan.
Iblis menebar provokasi dan agitasi isu-isu hoax di tengah umat Islam --terutama di Jazirah Arab-- setelah mereka berputus asa menggoda ahli ibadah (mushallin), (HR. Muslim).
Ingatlah, ajaran Islam sangat mencela provokasi dan agitasi berita-berita hoax dan menjadikanya sebagai salah satu bentuk pengkhianatan sebagaimana dilakukan oleh istri Nabi Nuh (Wagilah) dan istri Nabi Luth (Walihah), (QS. At-Tahrim: 10).
Di sisi lain Rasulullah SAW pernah mengabarkan tentang perilaku yang lebih utama dari shaum, shalat, dan sedekah, yaitu mendamaikan dua pihak yang bertikai. Karena pertengkatan dua pihak itu membinasakan (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Bahkan dalam riwayat yang lain Rasulullah SAW melarang pertengkaran dan permusuhan di antara binatang (yang dibikin oleh manusia seperti sabung ayam dan yang lainnya), (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Akhirnya pada Khutbah Kedua Syaikh Shuraim menyimpulkan agar umat Islam tidak terpengaruh oleh desas-desus berita hoax yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Inilah yang selama ini mengakibatkan persaudaraan dan kerukunan umat Islam khususnya di Jazirah Arab tercabik-cabik.
Waspadalah dari segala gerak-gerik para provokator dan agidator yang menebar mempropaganda kebencian dan permusuhan sehingga meruntuhkan nilai-nilai persaudaraan dan permusuhan di kalangan umat Islam khususnya di Jazirah Arab.
Oleh: Fadhilatus Syaikh Dr. Suud bin Ibrahim Al-Shuraim
Masjidil Haram.
Makkah Al Mukarrmah, YB/ASM/PS.