ولم يصح عن النبي صلى الله عليه وسلم في قنوت الوتر قبل أو بعد شيء
Imam Ahmad berkata: “Tidaklah benar datang dari Nabi saw tentang Qunut witir sebelum atau sesudahnya”. [1]
Atas penyataan Imam Ahmad demikian penulis tertarik untuk menganalisa riwayat-riwayat tentang Qunut witir ini. Apa yang menjadi landasan Imam Ahmad berkata demikian?
Berikut analisa riwayat-riwayat marfu yang telah penulis kumpulkan:
- Riwayat Ali r.a:
- Riwayat 1:
حدثنا عبد الصمد بن علي حدثنا عبد الله بن غنام حدثنا عقبة ابن مكرم حدثنا يونس بن بكير حدثنا
عمرو بن شمر عن سلام عن سويد بن غفلة قال: سمعت أبا بكر و عمر و عليا و عثمان يقولون : قنت رسول الله صلى الله عليه وسلم في آخر الوتر، وكانوا يفعلون ذالك.
“Rasulullah saw melakukan Qunut di akhir shalat witir”. (Suwaid bin Goplah berkata) : dan mereka pun (abu bakar r.a, umar r.a, aly r.a dan utsman) malakukan seperti itu.
(Dikeluarkan oleh: Imam Ad-Daroquthny; Sunan Ad-Daroquthny. Juz 2 Kitab Witir. Hal.357 cet. Muassasatu Ar-Risalah)
Pada riwayat ini terdapat rowi pendusta yang bernama ‘Amr bin Syamr. Abu Hatim menilai: “’Amr bin Syamr itu munkarul Hadits Jiddan !! dan ia itu dloif haditsnya juga ditinggalkan”. Adapun Abu Jur’ah menilai: Dloiful Hadits. Ibnu Ma’in mengatakan: “Laisa Bitsiqqoh”.
[2].
Imam Al-Jauzajaany: (Amr bin Syamir) Zaaigu Kadzdzab (Pendusta). Adapun ibnu hibban menambahkan dengan komentarnya:
رافضي يشتمّ الصحابة و يروي الموضوعات عن الثقات
(Amr bin Syamr) adalah seorang Syi’ah Rofidloh yang mencela para Shahabat, dan ia meriwayatkan hadits-hadits palsu dari rowi yang tsiqoh.
Imam Al-Bukhory mengatakan: “dia Munkarul Hadits”.
Imam An-Nasai dan Imam Ad-Daroquthny mengatakan: “dia Matrukul Hadits”.
[3].
Atas keseluruhan komentar diatas penulis menyimpulkan riwayat yang dibawa oleh ‘Amr bin syamir disini jelas riwayatnya munkar dloif sekali dan tidak sah riwayat ini dipakai sebagai hadits penguat dengan hadits-hadits yang lain terutama dipakai sebagai hujjah.
Tidaklah benar Suwaid bin Goflah seorang kibaru tabi’in mengabarkan riwayat ini dari para Shahabat seperti Abu Bakar r.a, Umar r.a, Utsman dan Aly r.a tentang qunutnya rasul saw pada shalat witir. Dan juga tidaklah benar para Shahabat berqunut pada shalat witir atas dasar riwayat ini.
- Riwayat 2:
حدثنا موسى بن إسماعيل حدثنا حماد عن هشام بن عمرو الفزاري عن عبد الرحمن بن الحارث بن هشام عن علي بن أبي طالب أنّ رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يقول في أخر وتره ((اللهم إني أعوذ برضاك من سخطك وبمعافاتك من عقوبتك وأعود بك منك لأحصي ثناء عليك أنت كما أثنيت على نفسك)).
Dari Ali bin abi tholib r.a bahwa rasul saw membaca pada akhir witirnya: “Allahumma Inny…”
(Dikeluarkan oleh: Imam Abu Daud; Sunan Aby Daud. Juz 2 Bab Qunut fil Witr. Hal.254-255 cet. Muassasatu Ar-Royyan)
Riwayat ini juga dikeluarkan oleh Imam At-Tirmdizy pada bab Du’aul Witr, Imam An-Nasai pada bab “Ma Yaqulu fi Akhir Witrihi”, Ibnu Majah pada bab “Ma Jaa fil Qunut fil Witr”. Juga didapatkan di kitab Ad-Du’a Imam Athobarony, kitab Mushonnaf Ibn Aby Syaibah.
Pada riwayat ke 2 ini tidak ada penyebutan Qunut pada shalat witir. Riwayat ini mahfudz rowi-rowinya baik. Hamad disini adalah Hamad bin Salamah. Rowi tsiqoh, begitupun Hisyam bin ‘Amr rowi tsiqoh atas penilaian Abu Hatim. Riwayat ini tidak ada penjelasan disaat apa do’a ini dibaca oleh rasulullah saw. Adapun pada riwayat pertama diatas tidak bisa di jadikan penjelas bahwa bacaan ini disebut pada qunut witir karena riwayatnya munkar. Adapun sebagai penjelas riwayat ke 2 ini penulis kutip riwayat Aisyah r.a yang dikeluarkan oleh Imam Muslim:
حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة حدثنا أبو أسامة حدثني عبيد الله بن عمر عن محمد بن يحيى بن حبان عن الأعرج عن أبي هريرة عن عائشة قالت فقدت رسول الله صلى الله عليه وسلم ليلة من الفراش فالتمسته فوقعت يدي على بطن قدميه وهو في المسجد وهما منصوبتان وهو يقول اللهم أعوذ برضاك من سخطك وبمعافاتك من عقوبتك وأعوذ بك منك لا أحصي ثناء عليك أنت كما أثنيت على نفسك
“Saya kehilangan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pada suatu malam ditempat tidur, lalu sayapun mencarinya dengan meraih-raih tanganku (karena gelap), hingga tanganku menyentuh kedua telapak kakinya, sedangkan ia dalam sujud, kedua kakinya tersebut ditegakkan, sambil berdoa: “Allaahumma a’uudzu bi ridhaaka min sakhatik, wa bi mu’aafaatika min ‘uquubatik, wa a’uudzu bika min ka, laa uhshii tsanaa-an ‘alaik, anta kamaa atsnaita ‘alaa nafsik’.
(Dikeluarkan oleh: Imam Muslim; Shahih Muslim. Kitab Shalat. Bab Maa Yuqoolu Fi Ruku’ Wa Sujud. Hal. 252 No.hadits: 486 cet. Darul Mughny)
Riwayat Aisyah ini baik rowi-rowinya tsiqoh. Imam Muslim memasukkan riwayat ini pada bab bacaan ruku’ dan sujud. Nampak jelas riwayat ke 2 diatas yang diriwayatkan oleh ‘Aly bin Aby tholib yang padanya terdapat do’a adalah bacaan rasul saw yang dibaca pada do’a sujud atas penjelasan istri Nabi saw Aisyah r.a. Riwayat ini sebagai penjelas akan kekeliruan riwayat lain yang menambahkan kata Qunut pada riwayatnya yang di bawa oleh rowi bermasalah.
Kesimpulan:
Riwayat ‘Aly yang Mahfudz adalah pada riwayat ke 2 dimana rasul saw membaca do’a “Allahumma Inny….” Di akhir witirnya bukan dibaca dalam qunut, tapi dibaca dalam sujud seperti di jelaskan dengan shorih oleh riwayat ‘Aisyah. Adapun penyebutan Qunut di akhir witir adalah Munkar yang dibawa oleh rowi Munkar yaitu ‘Amr bin Syamir.
- Riwayat Ibu Abbas r.a
أنبأ أبو محمد عبد الله بن محمدبن إسحاق الفاكهي بمكة ثنا أبو يحيى عبد الله بن أحمد بن زكريا بن الحارث بن أبي ميسرة أخبرني أبي انبأ عبد المجيد يعني ابن عبد العزيز بن أبي رواد عن ابن جريج أخبرني
عبد الرحمن بن هرمز أنّ بريد بن أبي مريم أخبره قال سمعت ابن عبّاس و محمد بن علي هو ابن الحنفية يقولان : كان النبي صلى الله عليه وسلم يقنت في صلوة الصبح وفي وتر الليل بهؤلاء الكلمات : اللهم اهدني فيمن هديت وعافني فيمن عافيت وتولّني فيمن تولّيت وبارك لي فيما أعطيت وقني شرّ ماقضيت إنّك تقضي ولا يقضي عليك إنّه لا يذل من واليت تباركت ربّنا وتعاليت.
“Adalah Nabi saw melakukan Qunut pada shalat shubuh dan pada shalat witir dengan kalimat-kalimat ini: “Allahummah dinie Fieman Hadait…….”
(Dikeluarkan oleh: Imam Al-Baihaqy; Sunan Al-Kubra. Juz 2. Hal. 210 cet. Majlis Dairatu Al-Ma’arif)
Begitu juga dikeluarkan oleh Imam Al-Faqihy dalam kitab Fawaid Aby Muhammad Al-Faqihy. Abdurrozzaq dalam kitabnya Mushonnif Abdirrozzaq. Dan Muhammad bin Nashr Al-Marwazy dalam kitabnya Shalatul Witr Lilmarwazy. Semuanya bermuara ke Ibnu Jurej dari Abdurrohman bin Hurmuz dari Buroid bin Aby Maryam dari Ibnu Abbas r.a.
Titik kritis pada sanad ini tertuju pada Abdurrohman bin Hurmuz. Apabila yang dimaksud adalah Abdurrohman bin Hurmuz Al-A’rozy yang tsiqoh, maka data riwayat menunjukkan bahwa Abdurrohman bin Hurmuz Ar-Rozy tidak memiliki sanad keguruan kepada Bureid bin Aby Maryam dan juga tidak memiliki jalur riwayat ke Abdul malik bin Abdul Aziz bin Jurej.
Abdurrohman bin Hurmuz Al-Rozy orang madinah wafat tahun 117H
[4] seorang tabi’in yang banyak mendapat periwayatan dari para Shahabat Nabi saw seperti Abu Hurairoh r.a, Abu Ubaidah r.a, Mu’awiyah r.a dll, sedangkan Bureid orang Bashroh
[5] wafat tahun 144H yang hanya mendapat riwayat dari beberapa shabat saja yang akhir seperti Anas bin Malik r.a, Ibnu Abbas r.a. Artinya disini dari arah wafat dan thobaqohnya sudah terbalik dalam pengertian tidak mungkin Abdurrohman bin Hurmuz Al-Rozy seorang yang termasuk Kibaru Tabi’in (w 117H) meriwayatkan dari Bureid bin Aby Maryam yang termasuk Shigoru Tabi’in (w144).
Dari analisa pertama ini terdapat kejanggalan. Siapa Abdurrohman bin Hurmuz pada riwayat ini?
Kemudian apabila kita perhatikan jalur riwayat yang lain bisa didapatkan ternyata pada riwayat lain Nampak jelas nama Abdurrohman bin Hurmuz tidak disebutkan. Berikut jalur periwayatan Imam Al-Marwazy:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ ، ثنا عَبْدُ الرَّزَّاقِ ، أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ ، حَدَّثَنِي مَنْ سَمِعَ ابْنَ عَبَّاسٍ ، وَمُحَمَّدَ بْنَ عَلِيٍّ ، يَقُولانِ بِالْخَيْفِ : " كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْنُتُ فِي صَلاةِ الصُّبْحِ بِهَؤُلاءِ الْكَلِمَاتِ ، وَفِي الْوِتْرِ بِاللَّيْلِ " .
(Dikeluarkan oleh: Imam Al-Marwazy; Shalatul Witr Lil-Marwazy. No.hadits 60)
Nampak jelas pada riwayat yang dikeluarkan oleh Imam Al-Marwazy tidak ada penyebutan Abdurrohman bin Hurmuz. Sanad riwayat yang di keluarkan oleh Imam Al-Marwazy ini diperkuat oleh riwayat yang dikeluarkan oleh Abdurrozaq. Berikut riwayatnya:
عبد الرزاق عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ ، قَالَ : أَخْبَرَنِي مَنْ ، سَمِعَ ابْنَ عَبَّاسٍ ، وَمُحَمَّدَ بْنَ عَلِيٍّ بِالْخَيْفِ ، يَقُولانِ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْنُتُ بِهَؤُلاءِ الْكَلِمَاتِ فِي صَلاةِ الصُّبْحِ ، وَفي الْوِتْرِ بِاللَّيْلِ : " اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ ، وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ ، وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ ، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ ، إِنَّكَ تَقْضِي وَلا يُقْضَى عَلَيْكَ ، وَإِنَّهُ لا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ "
(Dikeluarkan oleh: Imam Abdurrozaq; Mushonnaf Abdurrozaq Juz 3 hal. 108 . No.hadits 4957 cet. Al-Maktabu Al-islamy)
Pada riwayat yang dikeluarkan Abdurrozaq ini menguatkan apa yang dikeluarkan oleh Al-Marwazy bahwa sebenarnya Ibnu Jurej meriwayatkan dari orang yang tidak dikenal (Majhul) sehingga penyebutan Abdurrohman bin Hurmuz Nampak jelas adalah rowi Majhul yang tidak didapatkan daftar biografinya. Rowi ini adalah Majhulul ‘Ain. Kemajhulannya Nampak jelas ketika pada riwayat Abu Sofwan Al-Umawy pada jalur sanadnya disebutkan beda lagi yakni Abdullah bin Hurmuz.
رَوَاهُ أَبُو صَفْوَانَ الأُمَوِيُّ ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ ، إِلا أَنَّهُ قَالَ : عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ هُرْمُزَ ، وَقَالَ فِي حَدِيثِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، وَابْنِ الْحَنَفِيَّةِ : " فِي قُنُوتِ صَلاةِ الصُّبْحِ "
(Dikeluarkan oleh: Imam Al-Baihaqy; Sunan Al-Kubra. Juz 2. Hal. 210 cet. Majlis Dairatu Al-Ma’arif)
Titik masalahnya hemat penulis ada di rowi yang bernama Ibnu Jurej pula. Ibnu Jurej lah yang telah memunculkan rowi majhul ini yang tidak diketahui keberadaannya.
Yahya bin Said Al-Qotthon mengatakan:
كان ابن جريج صدوقا فإذا قال ((حدّثني)) فهو سماع، وإذا قال : ((أخبرنا)) أو ((أخبرني)) فهو قراءة، وإذا قال: (قال) فهو شبه الريح
Ibnu Jurej itu shoduq, apabila mengatakan “Haddatsany” maka dia itu mendengar (sama’) dan apabila ia mengatakan “Akhbarona” atau “Akhbarony” maka dia itu membaca, dan apabila ia mengatakan “Qola” maka riwayatnya seperti angin (berlalu).
[6]
Ibnu Jurej terlihat ragu dalam periwayatannya dari apa yang ia baca, kadang menyebutkan orang tanpa nama ( من ) kadang juga menyebutkan (عبد الله بن هرمز) dan kadang juga menyebutkan (عبد الرحمن بن هرمز) ketiga-tiganya telah disebutkan oleh Ibnu Jurej atas rowi yang tidak dikenal (Majhulul ‘Ain)
Atas analisa yang kami ketahui seperti ini Al-Hafidz Ibnu Hajar telah tepat memberikan komentar pada riwayat ini dari kitabnya Talkhis Al-Habir dengan mengatakan:
عبدالرحمن بن هرمز ليس هو الأعرج، يحتاج إلى الكشف عن حاله
“Abdurrohman bin Hurmuz bukanlah Al-A’roj (yang tsiqoh). Ini dibutuhkan lagi penelitian tentangnya” (Talkhis Al-Habir Juz 1 hal.248)
Kesimpulan:
Atas dasar ini riwayat Ibnu Abbas r.a melalui informasi Ibnu Jurej dari rowi majhul ini riwayatnya adalah dloif goir muhtamal (dloif yang tidak bisa saling menguatkan dengan riwayat lemah yang lain). Tidaklah benar shabat Nabi saw yang bernama Ibnu Abbas r.a mengatakan seperti pada riwayat ini.
- Riwayat Ibnu Mas’ud r.a:
- Riwayat ke 1:
حدثنا جعفر بن أحمد بن محمد المؤذّن حدثنا الريّ بن يحيى حدّثنا فبيصة حدّثنا سفيان عن
أبان بن أبي عيّاش عن إبراهيم عن علقمة عن عبد الله قال : قنت رسول الله صلّى الله عليه وسلم في الوتر قبل الركعة، قال : فأرسلت أمّي إليه القابلة ، فأخبرتني أنّه فعل ذلك.
Ibnu Mas’ud berkata: Rasulullah saw berqunut pada shalat witir sebelum ruku’
(Dikeluarkan oleh: Imam Ad-Daroquthny; Sunan Ad-Daroquthny. Juz 2 Kitab Witir. Hal.356 cet. Muassasatu Ar-Risalah)
Juga di keluarkan oleh Ibnu Aby Syaibah yang padanya terdapat rowi matruk Aban bin Aby ‘Iyyas Fairuz Al-Basyory.
Yahya bin Ma’in dan Imam An-Nasai menilai Matruk, Abu Ishaq Al-Juzajany menilai Saqit (sederajat dengan Matruk)
[7] atas penilain-penilaian ini Ibnu Hajar menyimpukan bahwa Aban bin Aby ‘Iyyas adalah rowi Matruk.
[8]
Riwayat Ibnu Mas’ud r.a ini dloif goir muhtamal (dloif parah yang tidak bisa di pakai untuk katagori taqwiyah dengan riwayat lemah yang lain).
- Riwayat ke 2:
حدثنا محمد بن شعيب ثنا يعقوب الدشتكي ثنا هشام بن عبيد الله السني : نا محمد بن جابر عن حماد عن إبراهيم عن علقمة و الأسود قالا قال عبد الله : ما قنت رسول الله صلى الله عليه و سلم في شيء من الصلوات إلا في الوتر وإنّه كان إذا حارب يقنت في الصلوات كلهن يدعو على المشركين وما قنت أبو بكر ولا عمر ولا عثمان حتّى ماتوا. ولا قنت علي حتى حارب أهل الشام، وكان يقنت في الصلوات كلّهن وكان معاوية يدعو (عليه) أيضا يدعو كل واحد منهما على الآخر.
(Dikeluarkan oleh: Imam Ath-Thobarony; Al-Mu’jamu Al-Ausath. Juz 7 Hal.274 cet. Darul Haromain)
Dzohirnya ini hadits berbicara tentang Qunut Nazilah. Pada riwayat ini terdapat Muhammad bin Jabir bin Sayyar As-Suhaimy. Rowi dloif. Yahya bin Main menilai rowi ini termasuk lemah dengan mengatakan: “Dia buta, dan tercampur (hafalan) haditsnya. Termasuk orang Kufah dan pindah ke negri Al-Yamamah, dan dia termasuk rowi dloif”.
[9]
Amr bin ‘Aly menilai:
صدوق كثير الوهم متروك الحديث
“Shoduq banyak kekeliruan. Haditsnya Matruk”.
[10]
Abu Daun menilai: “Laisa bi Syain” dan Imam An-Nasai mengatakan: “dia Dloif”.
[11]
Abu Hatim dan Abu Zur’ah mengatakan: “Muhammad bin Jabir Yamamy, siapa saja yang mencatat darinya di kota Yamamah dan Makkah maka dia itu shoduq (riwayatnya diterima), kecuali pada haditsnya terjadi percampuran adapun asal mulanya ia itu (riwayatnya) shahih
Abu Zur’ah menambahkan: Muhammad bin Jabir itu Saqitul Hadits (dloif) menurut para ahli ilmu. Dan Abu hatim pun menambahkan: kedudukannya adalah Ash-Shidq (jujur) dan Muhammad bin Jabir lebih aku sukai dari pada Ibnu Lahi’ah.”
[12]
Atas keseluruhan penilaian diatas, hemat penulis Ibnu Hajar sangat tepat menyimpulkan bahwa Muhammad bin Jabir ini Shuduq, kholato katsiron (jujur, banyak percampuran=perubahan riwayat). Al-Hafidz ibnu hajar tidak mengindahkan penilaian Amr bin ‘Aly yang menilainya matruk, juga tidak mengindahkan qoul Abu Zur’ah yang mengatakan Saqith (matruk dan Saqith adalah dua penilaian yang sangat lemah, yang bagi rowinya adalah goir muhtamal) karena penilaian-penilaian para imam itu dan imam yang lain yang menjarhnya dengan perkataan yang sejenisnya adalah ditujukan pada perubahan hafalannya dan tidak sedang menjatuhkan ‘Adalahnya.
Atas penilaian akhir dari Ibnu Hajar pada dasarnya riwayat yang dibawa oleh Muhammad bin Jabir adalah dapat diterima dengan beberapa syarat diantaranya ada Syahid (saksi) atau Mutabi’ (rowi penyerta).
Riwayat yang dibawa oleh Muhammad bin jabir dari Hamad adalah dloif muhtamal (dloif yang bisa diperhitungkan untuk diangkat apabila ada riwayat lain yang mengikutinya)
- Riwayat 3:
وقال بن المجالد عن أبيه عن إبراهيم عن علقمة والأسود قالا ما قنت رسول الله صلى الله عليه و سلم في شيء من الصلوات إلا إذا حارب فإنه كان يقنت في الصلوات كلهن ولا قنت أبو بكر ولا عمر ولا عثمان حتى ماتوا حتى لا قنت علي حتى حارب أهل الشام فكان يقنت في الصلوات كلهن وكان معاوية يقنت أيضا فيدعو كل واحد منهما على صاحبه .
(Dikeluarkan oleh: Abdurrozzaq; Mushonnaf Li-Abdirrozzaq. Juz 3 hal.107 no.4953 cet.Habiburrohman Al-A’dzomy)
Pada riwayat yang dikeluarkan oleh abdurrozzaq ini kita dapatkan ternyata pada periwayatan Muhammad bin Jabir yang dibahas sebelumnya didapatkan Syahid baginya. Ibnu Mujalid adalah Ismail bin Mujalid bin Sa’id Al-Hamdany. Rowi ini dinilai Shoduq Yukhty atas kesimpulan Ibnu Hajar.
[13] Imam Al-Bukhory menilai: “Shoduq”. Adapun Abu Zur’ah menilai “Wasath”. Adapun ayahnya Mujalid bin Sa’id Imam An-Nasai menilai “Laisa Bitsiqoh” dan ditempat yang lain mengatakan “Tsiqoh”. Rowi ini juga diketahui telah berubah hafalannya diakhir hidupnya.
[14]
Melihat dua riwayat diatas yakni riwayat 2 dan riwayat 3 dengan redaksi matan yang sama, penulis memahami kedua riwayat ini terangkat saling menguatkan dari kelemahan Muhammad bin Jabir dan kelemahan Ismail bin Mujalid. Riwayat ini terlihat baik dari segi sanad begitu juga matannya hampir saling beriringan kata demi kata dari riwayat 2 yang dibawa Muhammad bin Jabir dan riwayat 3 yang dibawa Ismail bin Mujalid. Hanya saja pada riwayat 2 terdapat tambahan kata Witir yang tidak didapatkan pada riwayat 3.
Riwayat 2 yang dibawa Muhammad bin Jabir:
ما قنت رسول الله صلى الله عليه و سلم في شيء من الصلوات إلا في الوتر وإنّه كان إذا حارب...
Riwayat 3 yang dibawa Ismail bin Mujalid:
ما قنت رسول الله صلى الله عليه و سلم في شيء من الصلوات إلا إذا حارب ....
Melihat penilaian para imam jarh dan ta’dil dapat di ketahui Ismail bin Mujalid lebih baik penilaiannya daripada Muhammad bin Jabir. Imam Al-Bukhory saja menilainya shoduq terhadap Ismail bin Mujalid, berbeda dengan Muhammad bin Jabir kelemahannya dianggap “Saqith” oleh Abu Zur’ah.
Ini berarti lafadz tambahan “Witir” pada riwayat yang dibawa oleh Muhammad bin Jabir adalah Syad (cacat). Dengan begitu dapat difahami disini bahwa menurut riwayat ini rasul saw tidak pernah melakukan qunut pada shalat apa saja (qunut didawamkan), kecuali apabila ia berperang (mendo’akan kebinasaan musuh) maka rasul saw melaksanakan qunut pada shalat-shalatnya. Dan ini banyak riwayat sebagai saksi akan pelaksanaan qunut nazilah yang dilakukan rasul saw seperti yang di keluarkan oleh Imam Al-Bukhory dan Imam Muslim.
- عَنِ الْبَرَاءِ رضي الله عنه قَالَ : " قَنَتَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِي الْفَجْرِ وَالْمَغْرِبِ " أخرجه مسلم.
- عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه : " أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَنَتَ شَهْرًا يَلْعَنُ رِعْلاً وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ عَصَوُا اللَّهَ وَرَسُولَهُ " متفق عليه واللفظ لمسلم .
- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه : " أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فِي الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ مِنْ صَلَاةِ الْعِشَاءِ قَنَتَ اللَّهُمَّ أَنْجِ عَيَّاشَ بْنَ أَبِي رَبِيعَةَ اللَّهُمَّ أَنْجِ الْوَلِيدَ بْنَ الْوَلِيدِ اللَّهُمَّ أَنْجِ سَلَمَةَ بْنَ هِشَامٍ اللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَرَ اللَّهُمَّ اجْعَلْهَا عَلَيْهِمْ سِنِينَ كَسِنِي يُوسُفَ ". أخرجه البخاري .
Bahkan pada riwayat 2 dan riwayat 3 diatas dijelaskan juga bahwa Abu Bakar r.a, Umar r.a, Utsman r.a dan Ali r.a tidak pernah melakukan qunut yang didawamkan kecuali apabila melakukan qunut nazilah seperti halnya Ali r.a pada riwayat ini terlihat perseteruannya dengan mu’awiyah dimana sejarah mencatat terjadinya perang siffin.
Kesimpulan:
Tidaklah benar Ibnu Abbas r.a pada riwayat ke 1 mengabarkan riwayat qunut witirnya rasul saw karena informasinya melawati rowi matruk yang bernama Aban bin Aby ‘Iyyas.
Bahkan riwayat 2 dan riwayat 3 sebagai penjelas bahwa rasul saw tidak pernah melakukan qunut kecuali apabila berperang mendo’akan musuh-musuh Allah swt (qunut nazilah) dimana tentang qunut nazilah Imam Al-Bukhory dan Imam Muslim telah mencantumkannya di kitab shahihnya.
- Riwayat Ibnu Umar r.a:
حدثنا محمود بن محمد المروزي : نا سهل بن العباس الترمذي : نا سعيد بن سالم القداح ، عن عبيد الله بن عمر عن نافع عن ابن عمر أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يوتر بثلاث ركعات ويجعل القنوت قبل الركوع.
لم يرو هذا الحديث عن عبيد الله بن عمر إلا سعيد بن سالم.
Dari Ibnu Umar r.a bahwa Nabi saw Shalat witir dengan 3 roka’at dan melakukan qunut sebelum ruku’
(Dikeluarkan oleh: Imam Ath-Thobarony; Al-Mu’jamu Al-Ausathu Lithobarony. Juz 8 hal.36 no.7885 cet.Darul Haromain)
Imam Ath-Thobarony mengomentari bahwa riwayat ini tidak ada seorangpun yang meriwayatkan dari ‘Ubaidillah bin Umar kecuali Sa’id bin Salim. Dan penulis katakan: tidak ada juga seorangpun yang meriwayatkan dari Sa’id bin Salim kecuali Sahl bin Al-Abbas.
Sahl bin Al-Abbas lah yang buat riwayat ini seolah-olah dari Ibnu Umar r.a dari Nabi saw. Sahl bin Al-Abbas adalah rowi matruk. Imam Ad-Daroquthny mengatakan: “Laisa bitsiqoh, Matruk”. Dia tidak kuat, termasuk rowi matruk.
Riwayat ini dloif syadid termasuk dloif goir muhtamal (dloif yang tidak bisa saling menguatkan dengan riwayat lain). Pada riwayat ini tidaklah benar Ibnu Umar r.a mengatakan bahwa Nabi saw melakukan qunut sebelum ruku’.
- Riwayat Al-Hasan bin ‘Aly r.a:
حدثنا الحسن بن المتوكل البغدادي ثنا عفان بن مسلم ثنا أبو الأحوص عن أبي إسحاق عن بريد بن أبي مريم عن أبي الحوراء عن الحسن بن علي رضي الله عنه قال: علمني رسول الله صلى الله عليه وسلم كلمات أقولهن في قنوت الوتر ( اللهم اهدني فيمن هديت وعافني فيمن عافيت وتولني فيمن توليت وبارك لي فيما أعطيت وقني شر ما قضيت فإنك تقضي ولا يقضى عليك إنه لا يذل من واليت ولا يعز من عاديت تباركت ربنا وتعاليت
Dari Al-Hasan bin ‘Aly r.a ia berkata: Rasul saw mengajariku beberapa kalimat yang aku baca kalimat itu pada qunut witir: “Allahummahdini …..”
(Dikeluarkan oleh: Imam Ath-Thobarony; Al-Mu’jamu Al-Kabir Lithobarony. Juz 3 hal.74 no.2705 cet.Maktabu ibn Taimiyyah)
Berkenaan dengan riwayat Al-Hasan bin Aly r.a cukup banyak dan untuk mempermudah penjelasan dari apa yang penulis fahami maka setelah penelusuran riwayat di kitab mashodir Asliyyah (kitab-kitab primer) penulis susun bagan riwayat berikut ini:
[1] Kitab Masail Abdullah Liabihi Ahmad bin Hanbal hal.9291 no.323
[2] Kitab Jarh wa Ta’dil: Juz 6 hal.239-240 cet. Ihyau At-Turots Al-Islamy.
[3] Kitab Mizanul I’tidal: Adz-Dzahaby. Juz 5 hal.324 cet. Ihyau At-Turots Al-Islamy. Cet. Darul Kutub Al-‘Ilmiyyah
[4] Kitab Tahdzibul Kamal; Juz 17 hal. 471 cet. Muassasatu Ar-Risalah
[5] Kitab Tahdzibul Kamal; Juz 4 hal. 52 cet. Muassasatu Ar-Risalah
[6] Kitab Tahdzibul Kamal; Juz 18 hal. 351 cet. Muassasatu Ar-Risalah
[7] Kitab Mizanul I’tidal; Juz 1 hal. 125 cet. Darul Kutub Al-‘Ilmiyyah
[8]
[9] Kitab Tahdzibul Kamal; Juz 24 hal. 566 cet. Muassasatu Ar-Risalah
[10] Kitab Tahdzibul Kamal; Juz 24 hal. 567 cet. Muassasatu Ar-Risalah
[11] Kitab Tahdzibul Kamal; Juz 24 hal. 568 cet. Muassasatu Ar-Risalah
[12] Kitab Tahdzibul Kamal; Juz 24 hal. 567 cet. Muassasatu Ar-Risalah
[13] Kitab Taqribu At-Tahdzib. Ibnu Hajar. Hal.143. No.rowi 480. Tahqiq Abul Ashbal. Cet.Darul ‘Ashimah.
[14] Kitab Taqribu At-Tahdzib. Ibnu Hajar. Hal.980. No.rowi 6520. Tahqiq Abul Ashbal. Cet.Darul ‘Ashimah.