Tidak Ada Alasan untuk Tidak Mencoba I'tikaf

oleh Reporter

12 Juni 2018 | 09:30

Orang seringkali berkilah "saya masih sibuk", "masih banyak tugas dan kegiatan yang harus dilakukan", "sulit bagi saya untuk i''tikaf dengan kondisi seperti ini".

Tidak ada salahnya bagi kita seorang muslim untuk mencoba dan berazam untuk beri'tikaf sekali waktu.

Meskipun itu amalan sunnah tapi Rasulullah saw tidak pernah melewatkan kegiatan i'tikaf di bulan Ramadlan, bahkan di tahun wafatnya beliau beri'tikaf selama 20 hari, sebagaimana hadits dari Abu Hurairah, ia berkata,

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَعْتَكِفُ فِى كُلِّ رَمَضَانَ عَشْرَةَ أَيَّامٍ ، فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِى قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun pada tahun wafatnya, Beliau beri’tikaf selama dua puluh hari”

Masing masing kita ada kesibukan dan urusan, kalau kita merencanakan dengan baik atau membuat program, insya Allah i'tikaf selama asrul awahir(sepuluh hari) bisa terlaksana secara penuh.

Kegiatan i'tikaf di mesjid PP Persis misalnya, diikuti oleh sejumlah profesi; ada PNS guru,    pengusaha, pegawai, pelajar dan lain lain yang tentu saja memiliki kesibukan masing masing.

Penulis berbicara dengan salah seorang PNS guru, bagaimana caranya dia bisa ikut i'tikaf secara penuh, beliau sampaikan meminta izin atau bisa cutinya diambil menjelang akhir ramadlan.

Begitu juga dengan pengusaha, bisa mendelegasikan bisnisnya pada orang kepercayaannya, sehingga bisnis bisa berjalan dan ibadah bisa dilakoni.

Tinggal kemauan dari kita, dan siap untuk mengkhususkan dan memanage waktu dengan baik, insya Allah ihyaus sunnah menghidupkan Rasulullah saw bisa kita lakukan. (/ISL)

 

Reporter: Reporter Editor: admin