Ahad, 1 Muharram 1444 H menjadi masa berduka bagi PERSIS Kabupaten Garut. Ustaz Ade Kusnadi Awaludin wafat. Ketua Bidang Garapan Dakwah Pimpinan Daerah (PD) PERSIS Kabupaten Garut ini telah menghadap Yang Mahakuasa.
Ustaz Ade, begitu sapaan yang diberikan jamaah. Perawakannya pendek dan kecil, rambutnya ikal, matanya sayu, suaranya rendah; tidak kaya, tidak bergelar, tetapi aktivitas dakwahnya jangan dipertanyakan.
Selepas belajar di Sekolah Dasar, Ustaz Ade melanjutkan menuntut ilmu di berbagai pondok pesantren. Diawali di ponpes Parohan Cikajang, pria kelahiran 1968 ini menimba ilmu di beberapa pesantren, seperti Keresek. Meski tidak lama mondok di setiap pesantren yang didatangi, tetapi itu cukup menjadi bekal menjadi mubalig. Terlebih setelah masuk Persatuan Islam, keilmuan ustadz Ade semakin terasah.
Tahun 1990-an, putra bapak Endin ini bergabung dengan Pemuda Persatuan Islam. Sekitar tahun 2000-an menjadi mubalig PD PERSIS Garut. Di Kepemimpinan Ustaz Ena Sumpena, ia menjadi Ketua Bidgar Dakwah PD PERSIS Garut, hingga meninggal dunia, amanah itu masih berada di pundaknya untuk periode Ustaz Ena yang kedua.
Dr. Abdul Karim Zaidan merumuskan karakteristik pendakwah dalam tiga ungkapan. Pertama, Al-Fahm al-Daqïq (Memiliki pemahaman yang detil), yang terlihat dalam ilmu yang berbuah amal; unsur lainnya ialah memahami hakikat hidup dan kehidupan. Kedua, al-Imän al-'Amïq (Menyandang iman yang dalam), yang tercermin dalam raja’, khauf, dan mahabbah. Dan ketiga, al-Ittishöl al-Watsïq (Melakukan Ikatan yang kokoh), terpola dalam mengarungi kehidupan dengan terikat kuat dengan Yang Mahakuasa.
Jika merujuk pada rumusan tersebut, ketiga karakteristiknya ada pada diri Ustaz Ade Kusnadi. Ustaz Ade memahami agama dan ilmu agama Islam dengan baik. Apa yang dipahaminya mudah untuk dicerna oleh jamaah. Pemahaman yang sempurna tersebut menempatkan suami Ibu Imas ini memilih jalan dakwah. Sisa waktu yang ada digunakan untuk bertani sehingga hidup mandiri dan merdeka.
Ketujuh hari Ustaz Ade penuh jadwal mengajar dan ceramah. Tidak ada yang kosong. Hari Senin kajian di Baros, Selasa dan Kamis di aula PD PERSIS Garut, hari Rabu ke Pakenjeng, Jumat bersama jamaah almarhum Ustaz Mamat di Garogol, dan Sabtu kajian di Cikajang. Belum ditambah jadwal PD, jadwal permintaan perorangan dan keluarga, jadwal dadakan, dan agenda yang penulis tidak ketahui semuanya.
Keyakinan Ustaz Ade dalam dakwah sangat dalam. Berbagai situasi dan kondisi tidak memalingkan untuk terus berharap kepada Allah, takut dari siksa-Nya, dan mencintai yang dicintai-Nya. Sejumlah masalah kehidupan tidak menghentikan derap langkah perjuangan dan dakwah. Sebelum menjadi Bidgar Dakwah, beliau pernah sakit hingga harus diobati dengan kemo. Begitu pula setahun sebelum meninggal dunia, dirinya mengalami komplikasi penyakit hingga hampir tidak dapat beraktivitas. Semua penyakit itu tidak pernah menyebabkan ia mengeluh, apalagi berhenti berdakwah.
Keistikamahannya dalam kebaikan dan dakwah lahir dari hubungan yang kuat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Orang yang pernah mengenal beliau secara dekat dipastikan tidak akan pernah mendengar keluhannya tentang hidup, ekonomi keluarga, dan siksaan penyakit. Permasalahan yang ada ia keluhkan kepada Sang Penguasa berbagai alam.
Karena itu pula, bila di Pameungpeuk, Peundeuy, atau Pakenjeng ngaji selesai malam hari beliau pulang sendiri. Satu hari sebelum meninggal dunia, jamaah yang masih di Madinah dalam rangkaian ibadah haji bersama Ketua PD PERSIS Garut telah berencana untuk mengkhitan putra beliau yang terakhir. Ini diantara cermin al-Ittishöl al-Watsïq.
Rabu, 13 Juli 2022, Bidgar Pendidikan PD PERSIS Garut menghadiri pelantikan mudir dan pembinaan asatiz Pesantren Persatuan Islam (PPI) 94 Pakenjeng. Mengetahui keberangkatan kami, Bidgar Pendidikan dengan Ketua PD, Ustaz Ade mohon untuk ikut ke acara tersebut. Secara hierarki organisasi, tidak ada hubungan kegiatan Bidgar Pendidikan dengan posisi beliau sebagai Ketua Bidgar Dakwah. Namun, kami mengetahui bahwa setelah hampir satu tahun tidak kajian di Pakenjeng menyebabkan ada kerinduan bapak tiga anak ini menjejakkan kaki di tempat tersebut. Keikutsertaan ini pun ternyata isyarat secara tidak langsung bahwa beliau akan meninggal dunia.
Beberapa hari terakhir saya sebagai Sekretaris Markaz Khidmat al-Qur`an wa al-Sunnah (MKQS) PD PERSIS Garut merencanakan pembuatan jasket khusus. Sebagai atasan MKQS secara struktur, saya menghubungi beliau untuk meminta ukuran jasket yang akan dibuat. Namun, japrian WhatsApp hanya dibaca saja. Padahal beliau selalu merespons dengan cepat.
Hari Selasa dan Kamis, seperti biasa, PD PERSIS mengadakan pengajian dan ngantor. Untuk Kamis, 27 Juli 2022 menjelang adzan Magrib, Ustaz Ade datang. Sambil menyalami yang hadir di kantor Ustaz Ade mengatakan bahwa beliau telah ke dokter untuk kontrol terkait jantung. Rupanya perjumpaan dan salaman tersebut adalah tanda perpisahan beliau.
“Kita menjadi saksi kesalehan Ustaz Ade. Semoga beliau mendapatkan surga sebagaimana dijanjikan Rasulullah shalla Allah ‘alaihi wa sallam,” di antara ucapan Ketua PD di pemakaman Ustaz Ade. Ustaz Ena menyampaikan ucapan itu seraya mengutip hadits riwayat Muttafaq ‘alaih yang diterima melalui Anas bin Malik r hadiyallahu ‘anh mengenai penilaian manusia secara zahir terhadap mayit.
Keseharian yang penuh dengan kebaikan dan memberi manfaat merupakan sumber pengakuan dari orang-orang yang mengenali. Insyallah kami menjadi saksi Ustaz Ade sebagai da’i sejati. Semoga Allah menerima amal salehnya dan mengampuni berbagai kekeliruan serta kesalahannya. Amin ya Rabbal’alain.
[]
Penulis: Yusup Tajri
Editor: Dhanyawan