‘Ad; Kaum Kuat Yang Dilaknat

oleh Redaksi

09 Januari 2025 | 12:42

Ad Kaum yang dilaknat

Oleh: Dr. Dedeng Rasyidin, M.Ag


Kisah kaum ‘Âd antara lain terdapat dalam, Qs. al-A’râf [7]:65-72, Qs. Hûd [11]:51-56, Qs. Al-Hâqqah [69]:4-8, dan Qs. Al-Syu’arâ` [26]:123-140. Berikut ini akan diuraikan gambaran sekilas tentang kaum ‘Âd yang diberi nikmat oleh Allâh swt, tapi kemudian mereka kufur terhadap nikmat tersebut, sehingga dilaknat oleh Sang Pemberi nikmat itu sendiri.



A. Pengertian


1.‘Âd


‘Âd itu pada awalnya nama orang, yaitu, ‘Âd bin ‘Aush bin Iram bin Sâm bin Nûh. Al-Maraghi menyebutkan, Âd itu adalah nama dari bapak kabilah yang paling besar dan disebut kabilah apabila ia sangat besar[1]. Sementara al-Shawi mengatakan, ‘Âd itu adalah nama bapak kabilah Hûd yang paling tinggi[2]. ‘Âd merupakan kaum yang hidup setelah kaum Nabi Nûh As, firman Allah swt,


أَوَعَجِبْتُمْ أَن جَآءَكُمْ ذِكْرٌ مِّن رَّبِّكُمْ عَلَى رَجُلٍ مِّنكُمْ لِيُنذِرَكُمْ وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَآءَ مِن بَعْدِ قَوْمِ نُوحٍ وَزَادَكُمْ

فِي الْخَلْقِ بَصْطَةً فَاذْكُرُوا ءَالآءَ اللهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.


Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Rabbmu yang dibawa oleh seorang laki-laki diantaramu untuk memberi peringatan kepadamu. Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allâh menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Rabb telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allâh supaya kamu mendapat keberuntungan[3].

Tempat tinggal Kaum ‘Âd adalah al-Ahqâf pegunungan Raml dekat Hadramaut (antara ‘Amman dan Hadramaut) di negeri Yaman.  


2.Hûd As


Nama lengkapnya adalah, Hud bin ‘Abdillah bin Rabâh bin al-Khulûd bin ‘Âd bin ‘Aush bin Iram bin Sâm bin Nûh. Selisih waktu antara Hûd As dan Nûh As adalah 800 tahun, sedangkan antara dua kabilah berjarak 100 tahun. Hûd As hidup sampai usia 464 tahun[4]. Sementara al-Suyuthi mengutip perkataan Abu Hurairah, mengatakan bahwa usia Hûd As mencapai 472 tahun. Hûd As merupakan saudara nasab dari kaum ‘Âd, dari satu kakek (yaitu Nûh As) dia adalah orang pertama yang berbicara dengan bahasa Arab[5]. Menurut al-Maraghi Hûd As adalah Rasûl pertama bangsa Arab dari keturunan Nûh As. Dari Hûd As lahir empat anak, yaitu:


  1. Qahthân, ia merupakan bapak orang Yaman (Abu al-Yaman)
  2. Fâligh, ia merupakan bapak kaum Mudhar (Abu Mudhar)
  3. Maqhat.
  4. Qâhith[6].

Dua nama yang terakhir ini tidak punya keturunan. Hûd As disebut khalilullâh atau kekasih Allâh[7]. Al-Maraghi menyebutkan, Hûd As berasal dari kabilah al-Khulûd, nasab yang pertengahan. Ia mempunyai paras muka yang menarik[8]. Hal ini diperkuat oleh al-Shawi, ia menyebutkan,

هُوَ تَاجٍرٌ جَمٍيْلُ الصُّوْرَةٍ يُشْبٍهُ آدَمَ وَ عَاشَ 464 سَنَةً


Ia adalah seorang pedagang, bagus rupanya seperti Adam, dan ia hidup selama 464 tahun[9].

3.Nikmat Allâh swt kepada Kaum ‘Âd


Al-Qur’ân menjelaskan, Allâh swt memberikan nikmat kepada kaum ‘Âd berupa nikmat yang berbeda dari kaum yang lainnya yaitu,

  1. Kaum ‘Âd dijadikan Allâh swt sebagai kaum yang berkuasa setelah lenyapnya kaum Nûh As.
  2. Allâh swt memberikan tubuh dan perawakan yang sangat kuat kepada mereka. Untuk dua point tersebut, al-Qur’ân menginfor-masikan:


وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَآءَ مِن بَعْدِ قَوْمِ نُوحٍ وَزَادَكُمْ فِي الْخَلْقِ بَصْطَةً.


Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allâh menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Rabb telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu)[10].

Mahmud Hijaji menyebutkan, Allâh swt telah melebihkan kaum ‘Âd dan memberikan nikmat kepada mereka dengan menjadikan mereka sebagai pewaris Nûh As, melebihkan mereka dengan jasad yang besar, badan yang kuat. Mereka menjadi orang yang tinggi dan gagah[11]. Menurut Al-Suyuthi tinggi kaum ‘Âd itu mencapai 100 siku, dan yang paling pendek pada masanya setinggi 60 siku[12].

Sementara berkaitan dengan kuatnya kaum ‘Âd, al-Suyuthi dengan mengutip perkataan Abu Hurairah, mengatakan, seorang laki-laki dari kaum ‘Âd mampu mengangkat sebuah batu yang tidak mampu diangkat oleh 500 orang yang hidup pada masa Nabi Muhammad Saw, walau kaki mereka sampai masuk ke dalam tanah[13].

  1. Memiliki kemampuan untuk membangun bangunan yang kuat di atas tanah yang tinggi.
  2. Pandai membuat benteng yang kokoh sebagai tempat perlindungan mereka.
  3. Memiliki keturunan dan binatang ternak yang banyak.
  4. Mempunyai kebun yang banyak dan sungai-sungai sebagai sumber kehidupan.


Al-Qur’ân telah menjelaskan semuanya,

أَتَبْنُونَ بِكُلِّ رِيعٍ ءَايَةً تَعْبَثُونَ {} وَتَتَّخِذُونَ مَصَانِعَ لَعَلَّكُمْ تَخْلُدُونَ {} وَإِذَا بَطَشْتُم بَطَشْتُمْ جَبَّارِينَ {} فَاتَّقُوا اللهَ وَأَطِيعُونِ {} وَاتَّقُوا الَّذِي أَمَدَّكُم بِمَا تَعْمَلُونَ {} أَمَدَّكُم بِأَنْعَامٍ وَبَنِينَ {} وَجَنَّاتٍ وَعُيُونٍ.


Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main, (.:) dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kamu kekal (di dunia) (.:) Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang kejam dan bengis. (.:) Maka bertaqwalah kepada Allâh dan taatlah kepadaku. (.:) Dan bertaqwalah kepada Allâh yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui. (.:) Dia telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang ternak, dan anak-anak, (.:) dan kebun-kebun dan mata air[14],

Menurut al-Shabuni mereka itu ahli pertanian (Ash-hâb al-Jurû’) ahli perkebunan (Ash-hâb al-Basâtîn) dan ahli bangunan (Ash-hâb ‘imâir)[15]. Shawi menambahkan, kaum ‘Âd adalah orang-orang yang ahli membuat kolam besar di bawah tanah sebagai tangki air[16]. Al-Maraghi menyebutkan, mereka memiliki harta, kebun, sungai-sungai, pertanian, buah-buahan, dan perhiasan yang banyak. Tapi semua itu akhirnya tidak membawa manfa’at. Apa yang mereka kumpulkan sehingga menjadi banyak, apa yang mereka bangun sehingga menjadi kuat, dan apa yang mereka pikirkan dan angan-angankan sehingga terwujud, ternyata hanyalah tipu daya semata. Apa yang mereka kumpulkan menjadi api. Dan apa yang mereka bangun untuk tempat tinggal, ternyata menjadi kuburan untuk mereka sendiri[17]. Al-Maraghi mengutip perkataan Abu Darda[18],

أَنَّهُ قَدْ كَانَتْ قَبْلَكُمْ قُرُوْنٌ يَجْمَعُوْنَ فَيُوْعُوْنَ وَيَبْنُوْنَ فَيُوْثِقُوْنَ وَيَأْمُلُوْنَ فَيَطِيْلُوْنَ فَأَصْبَحَ أَمَلُهُمْ غُرُوْرًا وَأَصْبَحَ جَمْعُهُمْ نُوْرًا وَأَصْبَحَتْ مَسَاكِنُهُمْ قُبُوْرًا, أَلاَ إِنَّ عَادًا مَلَكَتْ مَا بَيْنَ عَدْنٍ وَعَمَانِ خَيْلاً وَ رُكَابًا.


4.Sifat Kaum ‘Âd


Kaum ‘Âd adalah kaum yang menyekutukan Allâh swt. Mereka adalah penyembah patung dan berhala. Nama-nama patung yang mereka sembah diantaranya adalah Shumûd, Shamad, Haba` dan Hatuar[19]. Sementara al-Maraghi menyebutkan, sifat kaum ‘Âd itu adalah,


  1. Suka membuat susah keluarganya, karena merasa bahwa diri mereka itu kuat.
  2. Dengan badan yang besar, tinggi dan kuat, mereka sering berkata, man asyaddu minna quwwatân (siapa lagi yang kuat dari kita?)
  3. Suka berbuat kerusakan di bumi.
  4. Melakukan syirik.
  5. Menyembah berhala dan patung. Di antara nama-nama berhalanya adalah, Wadd, Suwâ’, Yaghûts, Ya’ûq, dan Nasr. Sedangkan patung-patung yang mereka sembah di antaranya, Shumûd dan Hatar[20].

Sementara itu, al-Shabuni menjelaskan pula sifat kaum ‘Âd yang antara lain,

  1. Bertabi’at kasar (Jaffâh)
  2. Keras hati (Ghulâdzhu al-Akbâd)
  3. Tidak menghiraukan nasihat (Lâ yaltafati ilâ an-Nash)
  4. Kesadarannya terhadap petunjuk tidak lembut (Lâ talînu syakîma-tuhum li ar-Rusyd)
  5. Kebodohannya melampaui batas (Jahlu mufrith)[21].

Al-Qur’ân telah menunjukkan,

قَالُوا سَوَآءٌ عَلَيْنَآ أَوَعَظْتَ أَمْ لَمْ تَكُن مِّنَ الْوَاعِظِينَ.


Mereka menjawab: Adalah sama saja bagi kami, apakah kamu memberi nasehat atau tidak memberi nasehat[22].

Selain itu, kaum ‘Âd juga suka menyiksa manusia dengan cara yang kejam. Al-Shawi menyebutkan, kaum ‘Âd itu jika mereka menyiksa dan membunuh orang, maka mereka seperti orang Jabbarin, yaitu menyiksa dengan cambuk dan membunuh dengan pedang[23]. Sementara Al-Maraghi menjelaskan bahwa,mereka adalah kaum yang keras hati. Jika mereka menyiksa orang, mereka menyiksa tanpa belas kasihan. Mereka sombong, berkuasa dan bertindak sewenang-wenang, cinta dunia, menguasai manusia dengan cara menindas dan menganiaya[24]. Itu semua ditunjukkan oleh al-Qur’ân melalui firman-Nya,

وَإِذَا بَطَشْتُم بَطَشْتُمْ جَبَّارِينَ.


Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang kejam dan bengis[25].


______________________

[1] Al-Maraghi, Op. Cit. IV:85.

[2] Shawi, Op. Cit. III:219.

[3] Qs. al-A’râf [7]:69.

[4] Shawi, Op. Cit. II:100.

[5] Al-Suyuthi, Op. Cit. II:488.

[6] Al-Maraghi, Op. Cit. IV:47.

[7] Al-Suyuthi, Op. Cit. III:484.

[8] Al-Maraghi, Op. Cit. III:193.

[9] Shawi, Op. Cit. III:219.

[10] Qs. al-A’râf [7]:69.

[11] Muhammad Mahmud al-Hijazi (selanjutnya disebut al-Hijaji), Tafsir al-Wadhih, I, Dâr al-Jail, Beirut, 1992, h. 730.

[12] Al-Suyuthi, Loc. Cit.

[13] Ibid.

[14] Qs. Al-Syu’ara [26]:128-134.

[15] Al-Shabuni, Op. Cit. I:130.

[16] Shawi, Loc. Cit.

[17] Al-Maraghi, Op. Cit. VII:86-87.

[18] Ibid. h. 87.

[19] Shawi, Op. Cit. II:100.

[20] Al-Maraghi, Op. Cit. III:193.

[21] Al-Shabuni, Op. Cit. II:16.

[22] Qs. Al-Syu’ara [26]:136.

[23] Shawi, Op. Cit. III:220.

[24] Al-Maraghi, Op. Cit. VII:87.

[25] Qs. Al-Syu’ara [26]:130.

BACA JUGA:

Ayyub AS Sosok Hamba Teruji Dalam Al-Quran

Reporter: Redaksi Editor: Ismail Fajar Romdhon