Guru Bukan Beban, Tapi Penopang Peradaban

oleh Reporter

22 Agustus 2025 | 10:24

Cepi Hamdan Rafiq., S.Th.I., M.Pd. | Mudir MTs 228 Al-Fithri Cimaung

Guru Bukan Beban, Tapi Penopang Peradaban

Oleh: Cepi Hamdan Rafiq., S.Th.I., M.Pd. | Mudir MTs 228 Al-Fithri Cimaung


Dunia Tanpa Guru

Bayangkan kalau guru dianggap “beban”. Pertanyaannya: siapa yang pertama kali mengajari kita baca, menulis, berhitung, bahkan bicara di podium? Siapa yang menanamkan dasar akhlak dan pengetahuan hingga lahir para dokter, insinyur, hakim, ulama, mentri, bahkan presiden sekalipun?


Kalau guru disebut beban, sama saja kita bilang akar adalah beban bagi pohon. Padahal tanpa akar, pohon tumbang. Tanpa guru, bangsa ini kehilangan arah dan masa depan.


Mengapa Guru Begitu Mulia dalam Islam?

Al-Qur’an menegaskan bahwa derajat orang beriman dan berilmu diangkat oleh Allah:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mujādalah [58]:11).

Ibnu Mas‘ūd berkata: melalui ayat ini Allah memuji kedudukan orang berilmu. Imam al-Qurṭubī menambahkan, seseorang diangkat derajatnya oleh Allah karena dua hal: keimanannya dan keilmuannya.¹


Apa Peran dan Kedudukan Guru?


  1. Guru sebagai pengajar kebaikan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ

"Sesungguhnya Allah, MalaikatNya serta penduduk langit dan bumi bahkan semut yang ada di dalam sarangnya sampai ikan paus, mereka akan mendoakan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia."  (HR. al-Tirmiżī, no. 2609).²

Abdullah ibn al-Mubārak berkata: “Aku tidak mengetahui kedudukan setelah kenabian yang paling tinggi dan mulia melainkan menyebarkan ilmu agama.”


2. Guru sebagai pewaris Nabi.

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ

“Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi.” (HR. Abū Dāwūd, no. 3641).³


3. Guru sebagai penjaga peradaban.

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu sekaligus dari hamba-hamba-Nya, tetapi mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama. Hingga ketika tidak tersisa seorang ulama pun, manusia menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin; mereka ditanya lalu memberi fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. al-Bukhārī, no. 100).⁴


Bagaimana Seharusnya Kita Bersikap kepada Guru?

  1. Beradab kepada guru.

Kisah Nabi Mūsā dan Khidr menggambarkan adab murid terhadap guru:

قَالَ لَهُ مُوسَىٰ هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰ أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا

“Musa berkata kepadanya: Bolehkah aku mengikutimu supaya engkau mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” (Q.S. al-Kahf 18:66).

Ibn al-Jawzī menjelaskan bahwa ayat ini mengajarkan adab tawadhu‘ dan santun dalam menuntut ilmu.


2. Teladan para salaf.

Ibnu ‘Abbās pernah menuntun tali kendaraan Zaid ibn Thābit seraya berkata: “Beginilah kami diperintahkan untuk menghormati ulama kami.”


Imam al-Syāfi‘ī menceritakan: “Aku membalik lembaran kitab di hadapan Imam Mālik dengan sangat pelan agar ia tidak mendengarnya, karena hormatku kepadanya.”

Semua ini adalah teladan bagaimana murid memuliakan guru.


Apa yang Harus Kita Lakukan?

  1. Bagi murid dan pemuda: muliakan guru, karena ilmu tak akan masuk ke hati yang sombong.
  2. Bagi umat Islam: jadikan guru sebagai cahaya kehidupan. Jangan biarkan jasa mereka tenggelam dalam arus zaman.
  3. Bagi para guru: teruslah berjuang dengan niat ikhlas, karena ilmu yang bermanfaat adalah amal jariyah. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seorang manusia meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR. al-Tirmiżī, no. 1376).⁵

Maka, guru adalah lentera peradaban, pewaris para nabi, dan penjaga ilmu. Hormati mereka, muliakan mereka, dan dukung perjuangan mereka.


Catatan Kaki

  1. Abū ‘Abdillāh al-Qurṭubī, Al-Jāmi‘ li Aḥkām al-Qur’ān (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2006), 17:299.
  2. Abū ‘Īsā Muḥammad ibn ‘Īsā al-Tirmiżī, Sunan al-Tirmiżī (Riyadh: Maktabah Ma‘arif, 1998), no. 2609.
  3. Abū Dāwūd Sulaymān ibn al-Ash‘ath, Sunan Abī Dāwūd (Beirut: al-Maktabah al-‘Asriyyah, 1995), no. 3641.
  4. Muḥammad ibn Ismā‘īl al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī (Beirut: Dār Ṭawq al-Najāh, 2001), no. 100.
  5. Al-Tirmiżī, Sunan al-Tirmiżī, no. 1376.



BACA JUGA:

Aba Natsir: Guru Politik Umat Islam

Reporter: Reporter Editor: Taufik Ginanjar