Israil, Sifat Dan Kehancurannya Dalam Al-Qur’an (Bagian Satu)

oleh Redaksi

16 Januari 2025 | 07:53

Israîl, Sifat Dan Kehancurannya Dalam Al-Qur’ân

C. Perjanjian Allâh dengan Bani Israîl


Allâh Swt telah mengadakan perjanjian dengan Bani Israîl, di antara perjanjian itu,


1. Perjanjian di saat Nabi Ya’qub akan meninggal dunia, yaitu mereka berjanji tidak akan beribadah selain kepada Allâh dan akan menjadi muslim. Dalam al-Baqarah: 133,


أَمْ ُكنتُمْ شُهَدَآءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتَ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِن بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ ءَابَآئِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلاَهاً وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ.


Adakah kamu hadir ketika Ya'kub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: Apa yang kamu sembah sepeninggalku. Mereka menjawab: Kami akan menyembah Rabb-mu dan Rabb nenek moyangmu, Ibrahim, Isma'il, dan Ishaq, (yaitu) Rabb Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk kepada-Nya”. (QS. Al-Baqarah [2]:133)


2. Pada masa Nabi Musa, mereka telah mengikat perjanjian dengan Allâh; yaitu sepuluh jenis perjanjian,


a. Ibadah hanya kepada Allâh

b. Berbuat baik kepada kedua orangtua

c. Berbuat baik kepada kerabat

d. Baik kepada anak yatim

e. Baik kepada orang miskin

f. Berkata baik kepada semua orang

g. Mengerjakan shalat

h. Mengeluarkan zakat

i. Tidak akan membunuh orang

j. Tidak akan mengusir orang


Ini tercantum dalam al-Baqarah: 83-84,


وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِى إِسْرَاءِيلَ لاَ تَعْبُدُونَ إِلاَّ اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُو الصَّلاَةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلاَّ قَلِيلاً مِّنكُمْ وَأَنتُم مُّعْرِضُونَ {} وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ لاَ تَسْفِكُونَ دِمَائَكُمْ وَلاَ تَخْرِجُونَ أَنفُسَكُم مِّن دِيَارَكُمْ ثُمَّ أَقْرَرْتُمْ وَأَنتُمْ تَشْهَدُونَ.


Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israîl (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allâh, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (.:) Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu (yaitu): Kamu tidak akan menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan kamu tidak akan mengusir dirimu (saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu, kemudian kamu berikrar (akan memenuhi) sedang kamu mempersaksikannya”. (QS. Al-Baqarah [2]:83-84)



D. Sifat Bani Israîl


Di antara sifat bani Israîl yang dijelaskan Allâh dalam Alquran, yaitu,


1. Jika datang utusan Allâh yang tidak mereka senangi, sebagian Rasûl Allâh mereka dustakan, dan sebagian lainnya mereka membunuhnya.


لَقَدْأَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِى إِسْرَاءِيَل وَأَرْسَلْنَآإِلَيْهِمْ رُسُلاً كُلَّمَا جَآءَهُمْ رَسُولُُ بِمَا لاَتَهْوَى أَنفُسُهُمْ فَرِيقًا كَذَّبُوا وَفَرِيقًا يَقْتُلُونَ.


Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israîl, dan telah Kami utus kepada mereka Rasûl-Rasûl. Tetapi setiap datang seorang Rasûl kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari Rasûl-Rasûl itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh”. (QS. Al-Maidah [5]:70)


Di antara Rasûl yang didustakan adalah Nabi Muhammad Saw. Antara lain disaat Muhammad menjelaskan halalnya unta dan susunya, mereka berkata: “Engkau mengatakan mengikuti ajaran Ibrahîm, tapi engkau memakan daging unta dan susunya, yang dulu diharamkan pada Agama Ibrahîm”. Atas hal itu turun ayat,


كُلُّ الطَّعَامِ كَانَ حِلاًّ لِّبَنِى إِسْرَاءِيلَ إِلاَّ مَاحَرَّمَ إِسْرَاءِيلُ عَلَى نَفْسِهِ مِن قَبْلِ أَن تُنَزَّلَ التَّوْرَاةُ قُلْ فَأْتُوا بِالتَّوْرَاةِ فَاتْلُوهَآإِن كُنتُمْ صَادِقِينَ.


Semua makanan adalah halal bagi Bani Israîl melainkan makanan yang diharamkan oleh Israîl (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: (Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang yang benar”. (QS. Ali Imran [3]:93. al-Maraghi, II:4)


Ketika Nabi Saw pindah kiblat dari masjid al-Aqsha ke mesjid al-Haram, orang Yahudi mencaci Nabi, menurut mereka Baitul maqdis lebih afdlal dari pada Ka’bah, semua para Nabi dari keturunan Ishaq As mengagungkan dan shalat menghadap kepadanya. Kalau engkau benar seorang Nabi kenapa berpindah dari baitulmaqdis dan menyalahi Nabi-Nabi terdahulu? Maka untuk itu turun Ali Imran: 96,


إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِّلْعَالَمِينَ.


Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia”. (QS. Ali Imran [3]:96. al-Maraghi, 5:14. al-Maraghi, II:3)


Dan di antara Rasûl dan Nabi yang dibunuh adalah Nabi Syu’ya As, Nabi Zakaria As dan Nabi Yahya As, juga mereka bermaksud membunuh Nabi Isya As.


2. Sebagian Yahudi seperti Ka’ab bin al-Asyraf dan Malik bin Shaif, suka merubah bacaan kitab dari yang semestinya. Ini agar orang muslim mengira itu dari kitab padahal bukan dari kitab. Antara lain jika mengucapkan salam kepada Nabi merubah dari Assalamu’alaikum menjadi Assâmualaikum karena mereka menginginkan dari kata itu “Assâm” yaitu al-Maut (mati). Dan merubah dari Sami’nâ wa atha’nâ menjadi Sami’nâ wa ashainâ ( al-Maraghi: 1,194).


وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُم بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَاهُوَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِندِ اللهِ وَمَاهُوَ مِنْ عِندِ اللهِ وَيَقُولُونَ عَلَى اللهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ.


Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al-Kitab, supaya kamu menyangka apa yang dibacanya itu sebagian dari Al-Kitab, padahal ia bukan dari Al-Kitab dan mereka mengatakan: Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allâh, padahal ia bukan dari sisi Allâh. Mereka berkata dusta terhadap Allâh, sedang mereka mengetahui”. (QS. Ali Imran [3]:78)


3. Sebagian dari orang Yahudi jika diberi amanah, misalnya harta, mereka suka khianat dan tidak mengembalikannya, seperti Ka’ab bin al-Asyraf pernah diamanati oleh orang quraisy satu dinar, Ia tidak mengembalikannya (al-Maraghi:1,189). Dan orang Yahudi pernah berutang kepada sahabat Nabi, mereka pun tidak membayarnya. Hal ini karena beranggapan tidak ada dosa mengambil, berkhianat dan tidak membayar kepada orang Arab (al-Dur al-Mantsur, II:243) firman Allâh Swt,


وَمِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِقِنطَارٍ يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ وَمِنهُم مَّنْ إِن تَأْمَنْهُ بِدِينَارٍ لاَّ يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ إِلاَّ مَادُمْتَ عَلَيْهِ قَائِمًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَيْسَ عَلَيْنَا فِي اْلأُمِّيِّينَ سَبِيلُُ وَيَقُولُونَ عَلَى اللهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ.


Di antara Ahli Kitab ada orang yang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu, kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaranmereka mengatakan: Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allâh, padahal mereka mengetahui”. (QS. Ali Imran [3]:75)

BACA JUGA:

Sudum: Kaum Yang Negerinya Dikubur Dalam Al-Quran (Bagian Satu)

Reporter: Redaksi Editor: Ismail Fajar Romdhon