Silaturahmi dan Ketahanan Keluarga: Hikmah Idul Fitri dalam Membangun Masyarakat Islami

oleh Redaksi

22 Maret 2025 | 08:38

Photo by Tima Miroshnichenko from Pexels: https://www.pexels.com/photo/brown-concrete-building-under-blue-sky-6010473/

Khutbah Idul Fitri

SILATURAHMI 

MEMBANGUN KETAHANAN KELUARGA

(Ustaz KH. Dr. Jeje Zaenudin, M.Ag.)


إنّ الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيّئات أعمالنا من يهده الله فلا مضلّ له ومن يضلله فلا هادي له. أشهد أن لا إله إلاّ الله وحده لا شريك له وأشهد أنّ محمّدا عبده ورسول الذي لا نبيّ بعده.


فقال الله تعالي في القرأن الكريم : ياأيها الذين أمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتنّ إلا وأنتم مسلمون . وقال رسول الله صلي الله عليه وسلم :إتَّقِ اللهَ حَيْثُ كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَيِّئَةَ الْحَسَىنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَىنٍ 


الله أكبر الله أكبر لا إله إلاّ الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد


Ma'asyiral muslimin Jamaah Shalat Iedul Fitri rahimakumullah!


Mengawali khutbah ied pada hari kemenangan ini, saya mengajak segenap jamaah untuk bersama memanjatkan puji dan syukur kita yang setulus-tulusnya ke hadirat Allah swt. yang limpahan nikmat karunia-Nya tidak mungkin dapat dihitung dengan ilmu yang kita ketahui dan tidak mungkin dapat di data dengan angka yang kita punyai. Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah dan ditaati selain Allah subhanahu wa ta’âlâ dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah Rasul-Nya yang terakhir yang diutus Allah untuk menjadi panutan alam, suri tauladan, uswah dan qudwah orang-orang beriman sepanjang zaman. Semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada beliau, segenap kerabat keluarga beliau, dan para sahabatnya, serta umatnya yang setia hingga di akhir zaman.  


Ma'asyiral muslimin Jamaah Shalat Iedul Fitri rahimakumullah!


Di pagi hari yang diberkahi ini kita melepas bulan Ramadhan dengan rangkaian ibadah Idul Fitri yang penuh kesyahduan, setelah kemarin kita menyelesaikan puasa sebulan lamanya. Waktu ibadah puasa Ramadhan memang dibatasi jumlah hari pelaksanaannya hanya satu bulan, sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada kita sebagai hamba-hambanya agar tidak melahirkan kesan dan anggapan bahwa syariat agama Allah hanyalah menyusahkan dan memberatkan. Namun demikian, nilai dan makna pelajaran yang terkandung dalam semua bagian ibadah puasa tidak terputus dan terbatas hanya pada masa selama satu bulan Ramadhan, akan tetapi terus berlangsung sepanjang tahun hingga tiba lagi bulan puasa pada tahun berikutnya. 


Secara ritual formal, puasa adalah ibadah menahan lapar, dahaga dan nafsu syahwat sepanjang hari Ramadhan dari waktu subuh sampai waktu magrib dengan niat semata-mata taat dan patuh atas perintah Allah Swt demi meraih kerindhoan, ampunan, dan karunia-Nya. Namun dalam pelaksanaannya, ibadah puasa tidak hanya sebagai penunaian ibadah mahdhoh, tetapi juga menjadi sarana tarbiyah sosial yang mendidik budi pekerti agar melahirkan perilaku dan kegiatan yang bermanfaat di tengah masyarakat. Sehingga dari pelaksanaan ibadah puasa lahirlah tradisi yang baik dan islami serta budaya yang sejalan dengan nilai-nilai Al-Quran dan Sunnah dalam berbagai bentuknya. Seperti tradisi berbagi makan sahur, mengundang buka bersama, menggemarkan bersedekah, saling berkirim hadiah, menyantuni fakir-miskin, menggencarkan semangat menuntut ilmu-ilmu Islam dengan ceramah tarawih dan kuliah Ramadhan, hingga tradisi saling mengunjungi dan bersilaturahim untuk bersalaman saling memaafkan selepas bulan puasa. 


Inilah contoh kebiasaan-kebiasaan, atau tradisi dan budaya yang benar dan sejalan dengan semangat dan intisari ajaran Islam yang isi dan substansinya memang telah diperintahkan oleh ajaran Islam tetapi pola dan tatacara pelaksanaannya tidak ditetapkan secara baku, melainkan dilaksanakan sesuai dengan situasi, kondisi, kesiapan, dan kebiasaan masyarakat setempat. Praktik-praktik kebiasaan yang baik seperti ini dibenarkan oleh syariat Islam dengan apa yang diistilahkan oleh para ulama dengan sebutan “Al Maslahatul Mursalah” atau kebaikan-kebaikan umum yang bermanfaat yang telah terkandung dalam syariat Islam tanpa harus ditetapkan tatacara dan waktu pelaksanaannya secara baku oleh dalil Al-Quran dan Hadits.  


الله أكبر الله أكبر لا إله إلاّ الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد


Ma'asyiral muslimin Jamaah Shalat Iedul Fitri rahimakumullah!


Perintah ibadah dalam syariat Islam bukan hanya berorientasi untuk hubungan seorang manusia dengan Allah semata, dan bukan hanya untuk kepentingan keselamatan diri sendiri, akan tetapi setiap mukmin harus bertanggung jawab juga menyelamatkan keluarganya. Sebagaimana Allah firmankan: 


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا …[التحريم: 6]


“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..!”


Tanggungjawab menjaga keselamatan keluarga dari terjerumus ke dalam api neraka di akhir zaman ini akan semakin berat. Sebab berbagai macam tantangan dan godaan yang menyerbu generasi muda dari keluarga kita semakin gencar dan beraneka macam. Baik berupa ideologi pemikiran sekuler dan liberal yang mencerai beraikan Aqidah, maupun budaya dan gaya hidup hedonis-materialis yang mengutamakan kelezatan dunia dan kepuasan materi, telah menghilangkan semangat akhlak mulia. 


Di sisi lain, ada fakta yang mengkhawatirkan, yaitu semakin meluasnya kelemahan ketahanan keluarga muslim yang ditandai semakin besarnya jumlah perceraian dan korban kekerasan di tengah keluarga muslim. Berdasarkan laporan Statistik Indonesia, jumlah kasus perceraian di Indonesia mencapai 516.334 kasus pada 2022. Jumlah ini naik 15,31% dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 447.743 kasus. Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki kasus perceraian tertinggi nasional sepanjang 2022. Menurut berbagai sumber penelitian, bahwa penyebab terbesar dari perceraian itu adalah perselisihan dan pertengkaran dalam keluarga. 


Berbagai macam kasus konflik, kekerasan dan kejahatan di tengah keluarga juga terjadi, seperti pemerkosaan terhadap anak kandung, pelecehan seksual, perselingkuhan, pembunuhan keji oleh anggota keluarga, dan sebagainya. Tentu saja itu semua menggambarkan betapa rawannya kondisi kerusakan yang menimpa sebagian keluarga muslim yang cukup besar jumlahnya. Dan yang sangat penting kita ingatkan bahwa yang paling menderita serta paling dirugikan dengan situasi kerapuhan keluarga adalah anak-anak mereka. Maka rapuhnya ketahanan keluarga muslim akan sangat membahayakan masa depan Islam dan umat Islam itu sendiri. Oleh sebab itulah maka melalui berbagai macam syariat ibadah dalam Islam, selalu di dalamnya ada didikan memperkuat ikatan dan ketahanan keluarga dan masyarakat. Apalagi dalam syariat ibadah puasa ini.


الله أكبر الله أكبر لا إله إلاّ الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد


Ma'asyiral muslimin Jamaah Shalat Iedul Fitri rahimakumullah!


Sebagaimana telah disebutkan bahwa diantara hikmah yang besar dengan syariat ibadah puasa adalah mempererat hubungan silaturahim di antara anggota keluarga. Dengan diaturnya waktu makan sahur dan berbuka, maka memaksa para anggota keluarga untuk bisa makan bersama-sama. Ritme kehidupan keluarga pun menjadi lebih baik dan lebih akrab di meja makan dan shalat wajib maupun tarawih berjamaah. Ini tentu sangat penting dalam membangun ikatan batin antara anggota keluarga yang merupakan modal besar untuk menjaga ketahanan dan keharmonisan keluarga. 


Oleh karena itu, meskipun bulan Ramadhan sudah selesai dan puasa wajib sudah berakhir, kita masih punya kewajiban untuk terus melestarikan nilai-nilai agung dalam puasa serta hikmah-hikmahnya yang terkandung di dalamnya. Melalui lanjutan dengan puasa sunnah dan kebiasaan menjaga intensitas komunikasi antar anggota keluarga dalam suasana ibadah kepada Allah. Semangat kekeluargaan terus dipupuk dengan menjaga intensitas silaturahim. Baik pada keluarga inti maupun keluarga besar dan masyarakat sekitar. Dengan menjaga silaturahmi yang teratur dan berkualitas maka Insya Allah akan melahirkan kehidupan keluarga dan masyarakat yang kuat dan harmonis. Sebaliknya lemahnya kualitas silaturahmi keluarga akan melemahkan kualitas ketahanan keluarga dan masyarakat.


Mengingat begitu pentingnya silaturahmi dalam membangun ketahanan keluarga dan masyarakat, maka ajaran Islam sangat menekankan kepada umatnya agar senantiasa menjaganya. Sebagaimana Allah firmankan,


{وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا [النساء: 1


 “Dan bertakwalah kalian kepada Allah yang dengan nama-Nya kalian saling meminta, dan jagalah silaturahim..” (An Nisa ayat 1)


  Bahkan dalam hadits Nabi Saw. diterangkan bahwa silaturahim adalah salah satu amal saleh terbaik seorang anak yang mengalirkan pahalanya kepada ibu bapaknya yang sudah meninggal.  


عن ابن دينار، عن ابن عمر: أنَّهُ كَانَ إِذَا خَرَجَ إِلَى مَكّةَ كَانَ لَهُ حِمَارٌ يَتَرَوَّحُ عَلَيهِ إِذَا مَلَّ رُكُوبَ الرَّاحِلةِ، وَعِمَامَةٌ يَشُدُّ بِهَا رَأسَهُ، فَبيْنَا هُوَ يَومًا عَلَى ذلِكَ الحِمَارِ إِذْ مَرَّ بِهِ أعْرابيٌّ، فَقَالَ: ألَسْتَ فُلاَنَ بْنَ فُلاَن؟ قَالَ: بَلَى. فَأَعْطَاهُ الحِمَارَ، فَقَالَ: ارْكَبْ هَذَا، وَأَعْطَاهُ العِمَامَةَ وَقالَ: اشْدُدْ بِهَا رَأسَكَ، فَقَالَ لَهُ بعضُ أصْحَابِهِ: غَفَرَ الله لَكَ أعْطَيْتَ هَذَا الأعْرَابيَّ حِمَارًا كُنْتَ تَرَوَّحُ عَلَيهِ، وعِمَامةً كُنْتَ تَشُدُّ بِهَا رَأسَكَ؟ فَقَالَ: إنِّي سَمِعتُ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ: «إنَّ مِنْ أَبَرِّ البِرِّ أَنْ يَصِلَ الرَّجُلُ أهْلَ وُدِّ أبيهِ بَعْدَ أَنْ يُولِّيَ» وَإنَّ أبَاهُ كَانَ صَديقًا لعُمَرَ - رضي الله عنه. رَوَى هذِهِ الرواياتِ كُلَّهَا مسلم.


Dari Abdullah bin Dinar, dari Ibnu Umar, sesungguhnya beliau apabila keluar menuju Mekah beliau mengendarai keledai jika bosan menunggang unta, beliau juga biasa mengenakan sorban untuk membalut kepalanya. Suatu hari lewat kepada beliau seorang Arab Badui. Ia menyapa Abdullah, “bukankah anda fulan putranya fulan?”. Beliau menjawab, “ya!”. Kemudian beliau memberikan keledainya seraya berkata, “tunggangilah keledai ini!”. Kemudian memberikan sorbannya dna berkata, “pakailah sorban ini!”. Sebagian sahabat beliau berkata kepadanya, “semoga Allah mengampuni anda. Engkau berikan keledai tungganganmu itu dan sorban pembalut kepalamu kepada orang Baduy itu?”. Beliau menjawab, “aku mendengar Rasulullah bersabda, “sesungguhnya di antara kebaikan yang terbaik adalah seseorang menghubungkan (silaturahmi) dengan sahabat ayahnya setelah ia tidak ada”. Ayah orang Baduy itu adalah sahabatnya Umar ra.(Riwayat Imam Muslim)  


Pada hadits lain yang diriwayatkan Abu Dawud juga ditegaskan:


وعن أَبي أُسَيد مالك بن ربيعة الساعدي - رضي الله عنه - قَالَ: بَيْنَا نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - إذ جَاءهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِي سَلَمَةَ، فَقَالَ: يَا رسولَ اللهِ، هَلْ بَقِيَ مِنْ برِّ أَبَوَيَّ شَيءٌ أَبِرُّهُما بِهِ بَعْدَ مَوتِهمَا؟ فَقَالَ: «نَعَمْ، الصَّلاةُ عَلَيْهِمَا، والاِسْتغْفَارُ لَهُمَا، وَإنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِما، وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتي لا تُوصَلُ إلاَّ بِهِمَا، وَإكرامُ صَدِيقهمَا». رواه أَبُو داود


Dan dari Abu Usaid Malik bin Rabiah al Sa’idy RA. Ia berkata, “Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah SAW tiba-tiba datang seorang lelaki dari Bani Salimah, ia berkata, ‘Wahai utusan Allah, apakah masih tersisa kebaikan kepada kedua orang tua untuk aku lakukan setelah keduanya meninggal?’. Nabi menjawab, ‘ya!’. Engkau shalat bagi keduanya, memohonkan ampunan banginya, menunaikan janji-janjinya, silaturahmi yang tidak disambungkan kecuali oleh keduanya, dan memuliakan sahabat-sahabatnya”.


Termasuk ke dalam bentuk silaturahim adalah melakukan perbuatan saling mengunjungi dan saling memberi bantuan, saling tolong menolong dan meringankan beban sesama saudara seiman. AlQuran menyatakan: 


وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا [الإسراء: 26]


Dan berikanlah bantuan kepada kerabat dekat dan kepada kaum miskin serta anak-anak terlantar, dan janganlah berbuat boros.!”


`Silaturahim juga wajib diwujudkan dengan bentuk saling menghargai peran dan jasa masing-masing anggota keluarga. Tidak boleh seorang suami melupakan jasa istrinya, sebagaimana istri tidak boleh mengingkari jasa suaminya. Apalagi anak-anak terhadap jasa orangtuanya. Rasulullah adalah orang yang sangat mengingat jasa-jasa istrinya, bahkan kepada jasa istrinya yang sudah meninggal sekalipun. Sebagaimana dalam sebuah riwayat yang diceritakan oleh Aisyah RA:


وعن عائشة رضي الله عنها ، قَالَتْ : مَا غِرْتُ عَلَى أحَدٍ مِنْ نِسَاءِ النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - مَا غِرْتُ عَلَى خَدِيجَة رضي الله عنها ، وَمَا رَأيْتُهَا قَطُّ ، وَلَكِنْ كَانَ يُكْثِرُ ذِكْرَهَا ، وَرُبَّمَا ذَبَحَ الشَّاةَ ، ثُمَّ يقَطِّعُهَا أعْضَاء ، ثُمَّ يَبْعثُهَا في صَدَائِقِ خَديجَةَ ، فَرُبَّمَا قُلْتُ لَهُ : كَأنْ لَمْ يَكُنْ في الدُّنْيَا إلاَّ خَديجَةَ ‍! فَيَقُولُ : إنَّهَا كَانَتْ وَكَانَتْ وَكَانَ لي مِنْهَا وَلَدٌ ) مُتَّفَقٌ عَلَيه


Dari Aisyah RA beliau berkata, “Aku tidak pernah mencemburui seorang pun dari istri-istri Nabi melebihi cemburu kepada Khadijah, padahal aku tidak pernah ketemu Khadijah sama sekali, tetapi karena Nabi sering sekali menyebutnya. Terkadang beliau menyembelih kambing lalu membagi-baginya beberapa bagian, kemudian mengirimkannya kepada sahabat-sahabat Khadijah. Terkadang aku berkata, “Seakan di dunia ini tidak ada lagi wanita kecuali Khadijah”. Beliau bersabda, “sesungguhnya ia memang demikian, daripadanyalah aku punya anak”. (Muttafaq Alaih)


Silaturahmi dalam keluarga dan masyarakat juga tidak mungkin terlaksana jika tidak dibarengi dengan menanamkan sikap lemah lembut dan kasih sayang dalam pergaulan sehari-hari, baik di internal keluarga maupun di tengah masyarakat. Karena itulah Rasulullah memberi keteladanan bagaimana bersikap dan bergaul dengan keluarganya penuh kasih sayang dan lemah lembut. Dalam beberapa hadits diriwayatkan:


Dari Abu Huraerah RA. Sesungguhnya Rasululah mencium Al Hasan bin Ali RA dan Aqra’ bin Habis At Tamimi duduk disamping beliau. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, akau punya sepuluh anak laki-laki tidak pernah aku mencium salah seorang dari mereka!”. Nabi memandangnya dan bersabda, “Sesunguhnya siapa yang tidak penyayang, tidak akan disayang!”. (Riwayat Imam Muslim)


عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ : كان النبيُّ -صلى الله عليه وسلم- يأخذني فَيُقْعِدُني على فَخِذِه ، ويُقْعِدُ الحسنَ على فخذه الأخرى ، ثم يَضُمُّهما ، ثم يقول : «اللهم إني أرْحَمُهُا ،فَارْحَمْهُما» أخرجه البخاري.


Dari Usamah bin Zaid berkata, “Adalah Nabi SAW memegangku dan mendudukanku di pahanya dan memegang Hasan lalu mendudukannya dipaha sebelahnya, kemudian memeluk keduanya seraya berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku menyayangi keduanya maka sayangilah keduanya!”. (Al Bukhari)  


Dari Iyas bin Abdullah bin Abi Dzubab RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Jangan kalian memukul sahaya-sahaya Allah (kaum wanita)!” Kemudian datang Umar melaporkan kepada Nabi, “Kaum wanita berlaku berani kepada suami-suami mereka!” Maka Nabi mengizinkan memukul mereka. Kemudian banyak kaum wanita mengelilingi rumah Nabi mengadukan suami-suami mereka. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya telah banyak kaum wanita yang mengelilingi rumah keluarga Muhammad mengadukan suami-suami mereka. Bukanlah mereka itu (suami-suami) yang baik di antara kalian”. (Abi Dawud)


الله أكبر الله أكبر لا إله إلاّ الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد


Ma'asyiral muslimin Jamaah Shalat Iedul Fitri rahimakumullah!


Demikianlah beberapa keterangan yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadits Nabi Saw tentang betapa pentingnya silaturahim menurut ajaran Islam, serta bagaimana manfaat dan dampaknya yang besar bagi ketahanan dan keharmonisan keluarga dan masyarakat muslim. Semoga Allah Swt melimpahkan taufiq hidayahnya kepada kita semua, sehingga dengan selesainya ibadah mulia puasa Ramdhan, buah dan pengaruhnya tetap mengalir dalam kehidupan diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Sehingga kita semua menjadi pribadi yang bertaqwa, keluarga yang sakinah-mawaddah-warahmah, dan menjadi negara serta bangsa yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.  


رَبَّنَا اغْفِرْ لَناَ وَلإِ خْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإِ يمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا .رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَمِيْعُ الْعَلِيمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ . رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار.


BACA JUGA:

PERSIS Tetapkan Awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha 1446 H/2025 M

Reporter: Redaksi Editor: Ismail Fajar Romdhon