Thaghut Dalam Al-Quran

oleh Redaksi

30 Januari 2025 | 09:03

Ustaz Dr. Dedeng Rasyidin, M.Ag

C. Yang Menjadikan Manusia Thâgût


Abdurrahman Faudah (tt, 181) menyebutkan, yang mendorong manusia menjadi thâgût adalah:


1. Al-Ginâ, yaitu kekayaan, hal ini dapat ditunjukkan dengan ayat al-Qur’ân, al-‘Alaq 6-7,


كَلآإِنَّ اْلإِنسَانَ لَيَطْغَى {} أَن رَءَاهُ اسْتَغْنَى.


“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, (.:) karena dia melihat dirinya serba cukup”. (Qs. Al-‘Alaq [96]:6-7) Hal ini seperti Qarûn.


2. Sulthân, kekuasaan, hal ini seperti Fir’aun menjadi thâgût, firman Allâh Swt,


اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى.


“Pergilah kepada Fir'aun; sesungguhnya ia telah melampai batas”. (Qs. Thaha [20]:24)


Dan seperti kaum Âd dan Tsamûd, firman Allâh Swt,


كَذَّبَتْ ثَمُودُ بِطَغْوَاهَآ.


“(Kaum) Tsamûd telah mendustakan (Rasûlnya) karena melampaui batas”, (Qs. Al-Syams [91]:11)


D. Bimbingan Al-Qur’ân Bagi Manusia Tentang Thâgût


1. Kufurlah kepada thâgût, imanlah kepada Allâh Swt dengan itu kita berpegang pada tali yang kuat yang tidak akan putus. Al-Baqarah: 256,


لآَإِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لاَ انْفِصَامَ لَهَا وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ.


“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thâgût dan beriman kepada Allâh Swt, maka sesunguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allâh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Qs. Al-Baqarah [2]:256)


2. Yang memandang dan memilih non mu’min lebih lurus dan benar jalannya, adalah dila’nat Allâh Swt. Al-Nisa: 52,


أُوْلاَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ وَمَن يَلْعَنِ اللهُ فَلَن تَجِدَ لَهُ نَصِيرًا.


“Mereka itulah orang yang dikutuki Allâh. Barangsiapa yang dikutuki Allâh, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya”. (Qs. Al-Nisa [4]:52)


3. Jangan jadikan thâgût sebagai auliyâ, penolong, pelindung, pemimpin, karena thâgût merupakan auliyâ orang kafir, al-Baqarah 257,


اللهُ وَلِيُّ الَّذِينَ ءَامَنُوا يُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَآؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُوْلَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ.


“Allâh Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni nereka; mereka kekal di dalamnya”. (Qs. Al-Baqarah [2]:257)


4. Berpalinglah dari thâgût, Al-Nisa 63,


أُوْلاَئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ اللهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُل لَّهُمْ فِي أَنفُسِهِمْ قَوْلاً بَلِيغًا.


“Mereka itu adalah orang-orang yang Allâh mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”. (Qs. Al-Nisa [4]:63)


5. Berjuanglah untuk menegakkan kalimat Allâh Swt, bukan untuk thâgût. Firman Allâh Swt Al-Nisa 76,


الَّذِينَ ءَامَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَآءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا.


“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allâh, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thâgût, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah”. (Qs. Al-Nisa [4]:76)


6. Jangan jadikan auliyâ orang yang suka menjadikan agama sebagai permainan, karena mempermainkan agama, diantara sifat thâgût, Al-Maidah 57,


يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَآءَ وَاتَّقُوا اللهَ إِن كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ.


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil menjadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu menjadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allâh jika kamu betul-betul orang yang beriman”. (Qs. Al-Maidah [5]:57)


7. Berbahagialah orang yang menjauhi thâgût dan kembali pada Allâh Swt, Al-zumar 17,


وَالَّذِينَ اجْتَنَبُوا الطَّاغُوتَ أَن يَعْبُدُوهَا وَأَنَابُوا إِلَى اللهِ لَهُمُ الْبُشْرَى فَبَشِّرْ عِبَادِ.


“Dan orang-orang yang menjauhi thâgût (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allâh, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku”, (Qs. Al-Zumar [39]:17)


8. Ke-thâgût-an, tidak akan dapat menyelamatkan, membebaskan manusia dari kebinasaan, keterpurukan kehidupan dunia dan akhirat, seperti binasanya kaum Nûh As karena Ke-thâgût-annya, Al-Nazm 52,


وَقَوْمَ نُوحٍ مِّن قَبْلُ إِنَّهُمْ كَانُوا هُمْ أَظْلَمَ وَأَطْغَى.


“Dan kaum Nûh sebelum itu. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling dzhalim dan paling durhaka”, (Qs. Al-Najm [53]:52)





DAFTAR PUSTAKA



 Ali al-Shabuni, Shafwat al-Tafasir, III, Dâr Ihya Al-Turats, Beirut, Lubnan 1998.

 Ahmad Mushtafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, I, II, V, VIII, Dâr al-Fikr, Beirut, 1974.

 Muhyidin al-darwis, ‘Irab Al-Qur’ân wa bayanuhu, I, Al-Yamamah, Beirut, 2001.

 Abdurrahman Faudah, Ma’ani al-Qur’ân, Dâr Kitab Arabi, tt.

 Jalaludin Suyuthi, Al-Dur al-Mantsur, I, II, III, Dâr al-Fikr, Beirut, 1993.

 Abdu Al-Baqi, Al-Mu’jam Al-Mufahrasy li Alfadl Al-Qur’ân Al-karim, Dâr al-Ma’rifah.

 Al-Raghib, Al-Mufradat fi Gharib Al-Qur’ân, Dâr al-Ma’rifah, Baerut, tt.

 Ahmad Shawi, Hasyiah Alamah Al-Shawi, I, II, III, Dâr al-Fikr, Beirut, 1993.

 Ibnu Al-Jauzi, Zâd al-Masir fi Ilmi Tafsir, I, II, IV, Maktabah Al-Islami, 1965.

 Al-jurjani, Al-Ta’rifah, Dâr Kitab Arabi, Beirut, 1992.

BACA JUGA:

Kaum Tsamud Arsitek Yang Pasik Dalam Al-Quran (Bagian Satu)

Reporter: Redaksi Editor: Ismail Fajar Romdhon