oleh: Cepi Hamdan Rafiq, S.Th.I. | Kabid. Pendidikan PP Pemuda PERSIS
Pemuda Persatuan Islam merupakan jam'iyyah yang menekankan pada peningkatan 'uluwwul himmah (semangat tinggi) untuk senantiasa mendalami ilmu dan menebar amal kebaikan, sebagaimana Syaikh Musthafa al-Maraghi menuturkan bahwa indikator sebuah kumpulan dinamakan jam'iyyah itu adalah ilmu dan amal shaleh. Beliau berkata,
اَلْجَمْعِيَّةُ: جَمَاعَةٌ يَتَخَيَّرُوْنَ الْعِلْمِ وَالْعَمَلَ الصَّالِحَ
“Jam'iyyah adalah sebuah kumpulan yang memilih ilmu dan amal shaleh.”
Pertama: Dahulukan ilmu
Maka Pemuda PERSIS dituntut untuk senantiasa mengedepankan ilmu sebelum berucap dan bersikap, sebagaimana Imam al-Bukhari mencantumkan sebuah bab dalam kitab shahihnya, “Al-‘Ilmu qabla al-qauli wa al-‘amali”, dahulukan ilmu sebelum ucapan dan perbuatan.
Allah Swt. mengisyaratkan pentingnya ilmu dalam meyakini kemahaesaan-Nya. Allah Swt. berfirman,
فَاعْلَمْ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ
Ketahuilah (Nabi Muhammad) bahwa tidak ada Tuhan (yang patut disembah) selain Allah. (QS Muhammad [47]: 19)
Oleh karena itu, sebelum melakukan amal saleh, terlebih dahulu harus memiliki ilmu. Tanpa ilmu, amal yang dilakukan tidak terarah, sia-sia, dan tertolak. Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang beramal tanpa dasar dari kami, amalan tersebut tertolak.” (HR Muslim, no. 1718)
Syaikh al-Bakhi pernah berkata, “Masuk dalam amalan hendaklah diawali dengan ilmu, lalu terus mengamalkan ilmu tersebut dengan bersabar, kemudian pasrah dalam berilmu dengan ikhlas. Siapa yang tidak memasuki amal dengan ilmu, maka ia jahil (bodoh).” (Hilyatul Auliya’, 8: 69)
Kedua: Buktikan dengan Amal Perbuatan
Ilmu yang dipelajari tidak akan bermanfaat jika seseorang tidak mengamalkannya. Tujuan mempelajari ilmu bukan sekadar pengetahuan dan wawasan saja, melainkan amal saleh.
Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk meminta jalan yang lurus dan berlindung dari dua penyimpangan sikap terhadap ilmu. Yang pertama adalah beramal tanpa ilmu. Yang kedua adalah berilmu, tetapi tidak beramal. Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala,
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat. (QS Al-Fatihah [1]: 7)
“Barang siapa yang berilmu tapi tidak beramal, maka mereka adalah yang dimurkai, berhak mendapat murka Allah Ta’ala, disebabkan oleh kelalaian mereka dalam mewujudkan tujuan dari ilmu, yaitu amal saleh. Dan barang siapa yang beramal tanpa ilmu, maka mereka adalah orang yang tersesat dari jalan Allah Ta’ala dan jalan yang lurus.” (Tsamaraatul ‘Ilmi al-‘Amalu, hal. 13)
Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata, “Barang siapa yang rusak dari kalangan para ulama kita, maka pada dirinya ada keserupaan dengan orang Yahudi. Dan barang siapa yang rusak dari kalangan ahli ibadah kita, maka pada dirinya ada keserupaan dengan orang Nasrani.” (Iqtidha Sirathil Mustaqim, dikutip dari Tsamaraatul ‘Ilmi Al-‘Amalu, hal. 14)
Pemuda PERSIS Mesti Memiliki Bashirah
Bashirah adalah ilmu yang menerangi hati. Untuk jiwa, ilmu itu seperti air bagi bumi yang kering, dan untuk hati ilmu itu seperti cahaya bagi penglihatan. (Al-Bashirah fi ad-Da’wat ilallah, hlm. 17)
Dengan bashirah itulah kemuliaan seseorang bertingkat-tingkat, seperti kata seorang salaf ketika menyinggung generasi silam, “Itu hanya karena mereka beramal dengan dasar bashirah.” Seseorang tidak pernah mendapat karunia lebih afdhal dari bashirah (pengetahuan yang dalam) tentang agama Allah Swt. meski dia beramal sekadarnya. Allah Swt. berfirman,
وَاذْكُرْ عِبٰدَنَآ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ اُولِى الْاَيْدِيْ وَالْاَبْصَارِ
“Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishakdan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.” (QS Shaad [38]: 45)
Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang keutamaan-keutamaan hamba-hamba-Nya yang menjadi rasul dan para nabi yang ahli ibadah, “Dan ingatlah hamba- hamba Kami: Ibrahim, Ishaq, dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.” (Shad: 45), yakni amal saleh, ilmu yang bermanfaat, serta kekuatan dalam mengerjakan ibadah, juga mempunyai pandangan yang tajam. (Tafsir Ibnu Katsir, juz VII, hlm. 76)
Maka jika Pemuda PERSIS memiliki bashirah, dia akan menjadi pribadi yang senantiasa mengedepankan ilmu, mengamalkan ilmu, ahli ibadah, pandangan tajam, visioner, penuh pertimbangan dan perhitungan, terukur, tidak bertindak gegabah dan menjadi pribadi yang bijaksana.
[]
(dh)