Oleh: Fajar Shiddiq
Reporter Majalah Risalah
Ramadhan adalah sumber inspirasi bagi manusia. Demikianlah kata syaikh Mahmoud Syaltut dalam Min taujihatil islam-nya. Sebab bagi kaum muslimin, lanjutnya, ia mempunyai inspirasi yang menggetarkan hati, melapangkan dadanya, dan meninggikan jiwanya, serta makin meluas pengetahuan manusia tentang ciri-cirinya yang khas, peristiwa-peristiwa, dan pengaruh bulan tersebut.
Betul memang, Ramadhan bukan hanya bulan di mana berkumpulnya amalan-amalan besar sebagaimana ungkap Ibnu Hajar dalam Al-Fathu-nya. Lebih dari itu, ia seperti kawah candradimuka sebagaimana dalam dongeng pewayangan.
Inspirasi pendidikan adab. Begitulah kira-kira yg hendak saya tekankan. Yah, tarbiyyatut ta'dib di bulan Ramadhan bukan hanya sekadar dari shaum, di mana kita harus belajar sabar menahan keriutnya bunyi lambung dari makanan yang halal, dan/atau dahaganya kerongkongan dari seteguk air yang dapat menyegarkan. Namun, lebih dari itu, Ramadhan adalah bulan menyejarah di mana peristiwa-peristiwa penting dapat kita petik hikmahnya, lalu kita tebarkan di bumi.
Yah, 10 Ramadhan di tahun ke 8 Hijriah, ungkap Ibnul Qoyyim dalam Zadul Ma’ad-nya, adalah tanggal menyejarah Fathu Makkah terjadi. Satu peristiwa penting juga sebagai inspirasi bagi sekalian Muslimin; sepenggal kisah pembuktian historis tentang keluhuran adab Muhammad Saw. dan para sahabatnya.
Bahkan, fragmen sejarah yang jika pendeta Saifudin Ibrahim mau membaca ini kisah, dapat membungkam mulutnya yang keukeuh harus menghapus 300-an ayat Al-Qur’an, karena memicu intoleran dan kebengisan umat Islam.
Fathu Makkah adalah dalil terkuat bahwa ekspansi Islam bukan agresi, sebagaimana Belanda melakukan agresi kepada Indonesia setelah nyata kemerdekannya. Namun, Fathu Makkah adalah sebuah pembebasan kepada umat manusia dari belenggu kekafiran menuju kehidupan yang hakiki, yaitu ni'matul Islam.
Pada 10 Ramadhan, tepat di mana kemuliaan Adab Islam dibuktikan oleh Muhammad saw. kepada masyarakat Quraisy yang pernah memboikotnya selama tiga tahun tanpa ampun, mencacinya, menyakitinya, bahkan hampir membunuhnya. Padahal, dengan puluhan ribu pasukan muslimin, bisa saja dengan satu instruksi untuk melampiaskan segala amarah dan dendam kepala akan terpisah dari badan, jasad dibakar, darah akan mengalir, nyawa meregang untuk membalas perbuatan nista itu. Sebagaimana dalam ancaman Sa’ad bin Ubadah kepada masyarakat quraisy bahwa hari itu adalah hari di mana dihalalkannya yang haram.
Ketika ancaman itu sampai kepada Rasul, dengan segera beliau memindahalihkan kepemimpin Sa’ad kepada anaknya, Qais. Hal itu untuk meng-counter apa yang tidak akan dilakukan oleh beliau.
Justru, ketika Quraisy meringkuk dalam segala getir ketakutan, sang teladan berucap, "Wahai segenap Quraisy! Apa yang akan aku lakukan pada kalian menurut sangkaan kalian?"
Suhail bin Amr dalam tekanan perasaan takut memberanikan diri menjawab, "kebaikan sebagai saudara yg mulia dan anak dari saudara yg mulia," ujarnya.
Dalam kerendahan hati, dengan penuh senyum, "Pergilah kalian! Sesungguhnya kalian telah bebas," katanya tegas.
Sekali lagi! 10 ramadhan adalah inspirasi dan pendidikan dari rasul yang kemuliaan akhlaknya tidak akan ditemukan pada manusia mana pun kecuali beliau. Tidaklah ia masuk ke Makkah dengan kepala angkuh, melainkan dengan syahdu dan rendah hati, merundukan kepalanya sampai hampir mengenai punduk untanya.
Mari sedaya upaya, sumber inspirasi ini kita wujudkan dalam momen Ramadhan kali ini. Bahwa Islam adalah agama yang paling komitmen terhadap konsep kasih sayang, bukan agama bengis yang membantai jutaan kepada manusia tanpa ampun.
Editor: Dhanyawan
Image: pexels.com