Penulis: Robani Rahman
Indonesia Raya
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Di sanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku, Rakyatku, semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
Reff:
Indonesia Raya
Merdeka, merdeka
Tanahku, negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia Raya.
Anda sering mendengar lagu ini? Tentu saja, karena lagu ini adalah lagu kebangsaan rakyat Indonesia. Tak sah rasanya bilamana kita sebagai warga negara yang baik tidak hafal akan lagu ini. Haram hukumnya (bukan dalam definisi agama) apabila mengaku asli orang Indonesia, tapi tidak pernah sekalipun melantunkan lagu yang begitu menggugah semangat ini.
Penulis masih ingat ketika sekolah dasar dulu dengan riang gembira menyanyikan lagu ini bersama teman-teman. Meskipun belum faham makna dari lagu tersebut, kami bernyanyi dengan penuh khidmat sambil memberi hormat, dengan fokus memandang pengibaran bendera merah putih yang siap berkobar dengan gagah di tiangnya.
Setiap tanggal 17 Agustus dan tiap pekan di hari senin, pada acara upacara bendera di masing-masing sekolah lagu ini sudah menjadi lagu wajib yang sakral dinyanyikan oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Sering juga penulis saksikan momen-momen penting ketika lagu ini dikumandangkan. Manakala tim sepak bola nasional Indonesia bertanding dengan negara-negara lain, pun ketika di ajang olahraga lain para juara dari tim Indonesia berhasil berkompetisi di tiap cabang, sudah pasti lagu Indonesia Raya akan bersenandung ria dengan begitu indahnya mengiringi euforia kemenangan anak bangsa.
Dalam kesempatan tulisan kali ini, izinkan penulis mengutip salah satu bait dalam rangkaian lirik lagu di atas. Penulis merasa perlu untuk memberikan pandangan sendiri bahwa ada sesuatu yang sangat istimewa dalam beberapa bait dalam lagu tersebut.
"Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya"
Itulah sepenggal kalimat dalam lagu yang ternyata sudah dilantunkan dan dimainkan bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka, tepatnya sejak 28 Oktober 1928 oleh Wage Rudolf Supratman. Sedangkan, lagu kebangsaan yang umumnya kita nyanyikan saat prosesi upacara saat ini adalah lagu Indonesia Raya dengan stanza pertama, yang diaransemen ulang oleh musisi Addie MS dan Twilight Orchestra pada tahun 1997 (Kumparan.com).
Pada sepenggal bait yang penulis kutip di atas, perlu kiranya begitu penting kita renungkan bersama. Penulis naskah lagu tersebut begitu mengerti artinya pembangunan jiwa serta raga.
Betapa tidak, untuk membangun sebuah peradaban di suatu bangsa diperlukan pribadi-pribadi yang utuh dan tangguh. Tidak hanya kita fokus membangun badan atau yang bersifat material belaka, akan tetapi penting juga kita perhatikan aspek-aspek rohaniah yang berhubungan dengan kejiwaan atau spiritualitas seseorang. Tiap pribadi mesti menganggap penting akan kesucian jiwanya.
Tentu kita pasti ingat dengan ungkapan Mens sana in corpore sano, yang berarti di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Begitulah pentingnya membangun jiwa yang kuat berbalut tubuh yang sehat.
Dalam sebuah hadits dijelaskan, Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan (HR Muslim).
Perlu kita perhatikan bersama, Islam sangat peduli terhadap keadaan seorang mukmin. Tentu saja kuat di sini berarti terkait banyak hal, baik secara fisik maupun batin kita. Kita dituntut senantiasa memperkuat modal-modal dasar kita. Sehat dan kokoh secara fisik, kuat secara mental, mapan dengan modal harta benda, otak dan akal yang jernih serta berwawasan luas, dan terakhir tidak kalah berharganya memiliki jiwa yang berusaha disucikan yang selalu mendekatkan serta berzikir pada Allah Swt.
Sesuai Undang-Undang
Di dalam Undang-Undang 1945 disebutkan di dalam pasal 31 ayat (3) yang berbunyi, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang- undang.”
Begitu pun di dalam UU No. 20 tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."
Serta di dalam UU No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi juga disebutkan tujuannya sebagai berikut:
a. Berkembangnya potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa;
b. Dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya siang bangsa;
c. Dihasilkannya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penelitian yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia; dan
d. Terwujudnya pengabdian kepada masyarakat berbasis penalaran dan karya penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa."
Begitulah fakta dari fungsi dan tujuan pendidikan di Indonesia ini sangat memperhatikan keseimbangan antara pembentukan yang bersifat fisik (material) dan bersifat kejiwaan (immaterial), bagi tiap-tiap anak bangsa yang sudah diatur oleh undang-undang.
Kita patut berbangga kepada bapak perumus bangsa bahwa sejak dulu dasar pembangunan pendidikan di kita selalu mengutamakan pembentukan jiwa-jiwa yang selalu dekat kepada Tuhannya. Amanat undang-undang begitu selaras dengan konsep tazkiyatun-nafs yang dikenal dalam agama Islam, karena sejatinya dasar-dasar negara Indonesia tidak terlepas dari peran penting dan jasa para ulama dan umat Islam sejak dahulu.
Seseorang dikatakan telah berpendidikan manakala sudah tertanam di dalam dirinya keimanan yang kuat kepada Allah Swt. Senantiasa bertakwa kepada-Nya yang dijabarkan dengan mengerjakan segala perintah Tuhannya dan menjauhi segala larangan-Nya. Tidak lupa di dalam kehidupan bermasyarakat akhalaqul-karimah harus terus dipupuk serta dijaga terhadap sesama manusia, seperti yang sudah dicontohkan oleh Sang suri teladan, yaitu Nabi Muhammad saw.
Itulah hebatnya tujuan pendidikan kita di negara dengan mayoritas penduduk muslim ini. Sebelum menginjak aspek-aspek yang meningkatkan kecerdasan akal kita—yang mendukung pelbagai keperluan dalam menjalani aneka tantangan zaman ke depannya—kita diberi beban untuk mengenal dulu apa hakikat tujuan kita diciptakan ke alam dunia ini; siapa Tuhan kita sebenarnya yang benar dan patut kita sembah; bagaimana cara kita beribadah kepada-Nya, dan bersikap terhadap sesama manusia serta lingkungan, sampai pada sikap kita bagaimana harus sungguh-sungguh sadar dan yakin kemana tujuan akhir dari hidup kita nanti.
Itulah pentingnya kita memahami bahwa seseorang dikatakan orang hebat dan berpendidikan yang berkarakter kuat itu adalah orang yang bisa memadupadankan aspek yang bersifat spiritualitas dengan aspek yang kebendaan. Jiwa yang selalu ingat dan dekat kepada Allah lebih penting plus berharga, dari hanya sekadar otak cerdas yang ber-IQ tinggi layaknya seorang Albert Einstein. Lebih hebat lagi kalau saja ada keseimbangan yang selaras diantara kedua aspek tersebut. Karena di dalam Islam pula orang-orang yang beriman dan berilmu itu akan diangkat derajatnya oleh Allah Swt.
يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ ۙ وَا لَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ ۗ وَا للّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
"Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS Al-Mujadilah [58] Ayat 11)
Bila kita tengok ayat-ayat Al-Qur’an, ternyata dapat kita temukan bahwa memang aspek penyucian jiwa sangat Allah Swt. perhatikan. Orang yang selalu berusaha menyucikan jiwanya dijamin oleh Allah Swt. menjadi orang-orang yang berbahagia di dunia dan akhirat. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰٮهَا ۖ
"Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu)." (QS Asy-Syams [91] Ayat 9)
Dan justru akan sangat merugi bagi orang yang mengotorinya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَقَدْ خَا بَ مَنْ دَسّٰٮهَا ۗ
"Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya." (QS Asy-Syams [91] Ayat 10)
Itulah kiranya beberapa hal yang perlu serius kita perhatikan tentang beberapa aspek mendasar, khususnya mengenai pendidikan yang sangat menentukan akan pembentukan pribadi-pribadi anak bangsa; yang begitu sejalan antara yang tercantum di dalam undang-undang dan juga di dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah.
Sebagai penutup tulisan ini, penulis kutip kembali salah satu ayat Al-Qur’an. Allah Swt. menegaskan di salah satu ayat-Nya, bahwa orang yang paling mulia dan berharga dalam pandangan Allah Swt. adalah orang yang paling bertakwa di antara sesama manusia. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
ۗ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ ۗ
“Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa." (QS Al-Hujurat [49] Ayat 13).
Wallahu A'lam.
Editor: Dhanyawan
Image: pexels.com