Sebagai sebuah gerakan harakah, Pemuda Persatuan Islam tentu memegang peranan penting dalam membangun kesadaran untuk turut ambil bagian dalam mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi semesta. Didirikan pada 22 Maret 1936 di Bandung, Pemuda Persis menjadi bagian tak terpisahkan dari organisasi Persatuan Islam. Pada perjalanannya, Pemuda Persis telah memberikan banyak hikmah serta pelajaran penting tentang bagaimana mengatur peranan pemuda dalam pentas zaman juga sejarah. Diawali dengan masa kepemimpinan Djoedjoe Danuwikarta, Rusyad Nurdin, dan Eman Syar’an (th. 1936-1942). Selanjutnya oleh A. Latif Mukhtar hingga 1956. Yahya Wardi melanjutkan sampai tahun 1962. Hingga tahun 1967 dipimpin oleh Suraedi. Empat tahun kemudian, tahun 1967 – 1981, dipimpin oleh Yaman AS. Kemudian dilanjutkan oleh Ikin Sodikin sampai tahun 1990. Pada kepemimpinan tahun 1990 – 1995, Pemuda Persis dipegang oleh E. Muchtar ZA. Lima tahun kemudian dipimpin oleh Atif Latiful Hayat. Tahun 2000, jabatan ketua dipegang oleh Uus Muhammad Ruhiyat. Selanjutnya, Muktamar di Pondok Gede Bekasi mengamanatkan kepemimpian kepada Jeje Jaenudin Amsari hingga 2010. Lalu pada Muktamar 2010 di Rajapolah Tasikmalaya, Pemuda Persis diamanahkan kepada Tiar Anwar Bachtiar hingga 2015. Dan kini pada Muktamar 2015 di Ciganitri Bandung, Pemuda Persis diamanahkan kepada Eka Permana Habibillah hingga tahun 2020.
Dinamika kepemimpinan dan organisasi Pemuda Persis turut mempengaruhi pentas zaman dengan rentang waktu yang cukup lama bahkan matang. Sejarah periodisasi kepemimpinan di atas paling tidak memberikan warna tersendiri untuk perjalanan jam’iyyah Pemuda Persis. Salah satu yang menarik dari perjalanan dinamika sejarah itu adalah hadirnya musik mars Pemuda Persis yang digagas oleh Suraedi pada sekitar tahun 1967. Mars yang kini sering menggema pada kegiatan-kegiatan kejam’iyyahan tersebut diciptakan pada masa kepemimpinan Suraedi. Selain mars Pemuda Persis, beliau juga tercatat menciptakan dua mars lain di jam’iyyah Persatuan Islam yakni mars Rijalul Ghad dan mars Ummahatul Ghad yang mana kedua mars tersebut merupakan mars untuk otonom pelajar di lingkungan jam’iyyah Persatuan Islam. Sebab, bila ditarik secara kronologis baik mars Pemuda Persis, mars Rijalul Ghad, dan mars Ummahatul Ghad merupakan mars tertua di lingkungan jam’iyyah Persis. Sebab mars Persis sendiri baru disahkan pada muktamar 2015 lalu. Sementara mars Pemudi Persis baru ada pasca Muktamar Pemudi pada tahun 2005. Sedangkan mars Persistri sampai hari ini belum ada.
Ditarik dari catatan sejarah yang ada, menarik bilamana keberadaan mars Pemuda Persis untuk dikaji lebih dalam pemaknaannya dan ketersambungannya dengan pergerakan dan perjuangan Pemuda Persis ke depannya. Keberadaan mars yang bermula dari pergerakan militer dan diterapkan serta diciptakan di lingkungan Pemuda Persis terkhusus oleh ust Suraedi yang merupakan seorang militer menjadi menarik untuk disimak. Berdasarkan catatan penelusuran kami, mars ini diciptakan pasca peristiwa Gerakan 30 September. Sebab, ada lirik-lirik khas kemiliteran yang kami temukan dalam mars Pemuda Persis ini.
PEMBAHASAN
Bila diperhatikan secara struktur, mars Pemuda Persis terdiri dari tiga bait dengan masing-masing bait terdiri dari empat baris. Ini menandakan adanya keterpengaruhan bentuk sajak lama seperti pantun, syair dan lain sebagainya. Bahkan rima akhir masing-masing bait itu pun sama. Seperti di bait pertama dengan rima akhir –a, -a, -i, -i. Di bait kedua dengan rima akhir –a, -a, -a, -a. Serta di bait ketiga dengan rima akhir –a, -i, -a, -a. Bila diperhatikan secara sederhana bait pertama merupakan pola pantun. Lalu bait kedua mengikuti pola syair. Ini menandakan bahwa keterpengaruhan sajak lama tersebut tetap memiliki peranan meski penciptaan mars ini dilakukan pada tahun 1960-an.
Bait pertama mars Pemuda Persis ini berbunyi, ‘kami pemuda pembela agama, pembangkit umat yang utama, bertabligh memikat hati yang suci, berdalilkan Qur’an dan Hadis’. Bait pertama ini dibuka dengan awalan kalimat ‘kami pemuda pembela agama’ dimana baris pertama ini menandakan bahwasannya sebagai pemuda terkhusus Pemuda Persis sudah sepatutnya berperan menjadi pembela agama baik dalam kehidupan keseharian, kehidupan berjam’iyyah maupun kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Baris pertama ini menjadi penanda serta penegas tentang identitas Pemuda Persis sebagai seorang muslim yang siap memperjuangkan dan mengorbankan jiwa, harta serta tenaganya demi tegaknya kemuliaan Islam yang mana penegas ini disambung di baris kedua dengan kalimat pembangkit umat yang utama, dimana baris ini bisa diterjemahkan bahwa selain berperan sebagai seorang pembela agama, Pemuda Persis pun mesti berperan sebagai agen perubahan di masyarakat, jam’iyyah juga negara. Selain memiliki posisi sebagai pembela agama juga pembangkit umat, Pemuda Persis pun wajib berperan sebagai penyampai pesan-pesan Ilahiyah dan Sunnah Rasulullah untuk mengajak umat bergerak dalam kebaikan iman juga islam sebagaimana terdapat di baris ketiga yang berbunyi ‘bertabligh memikat hati yang suci’. Sementara baris keempat dalam mars ini, kurang lebih menjelaskan bahwa landasan Penuda Persis menjalankan perannya sebagai pembela, pembangkit umat, serta penyampai risalah keumatan mesti berlandaskan aturan Qur’an dan Sunnah sebagaimana larik baris tersebut yang berbunyi ‘berdalilkan Qur’an dan Hadits’. Secara singkat, bait pertama dalam mars Pemuda Persis ini paling tidak menerangkan tentang fondasi awal serta peran fungsi Pemuda Persis. Pemuda Persis dalam bait awal mars ini diharapkan bisa menjadi seorang pembela agama, pembangkit umat, serta berperan serta dalam mendakwahkan syiar Islam dalam naungan Qur’an dan Sunnah. Hal ini seturut dengan motto Pemuda Persis yang berbunyi ‘ana muslim qobla kulli syaiin’,
Bila di bait pertama kita sudah menemukan bagaimana identitas seorang Pemuda Persis dibentuk, maka pada baris kedua Ust Suraedi mengungkapkan bahwa identitas Pemuda Persis sebagai kader pembela, pembangkit dan penyampai risalah mesti dibentuk dengan serangkaian tahapan penting mengingat peran serta fungsi Pemuda Persis di hadapan umat. Di baris pertama pada bait kedua ini dibuka dengan kalimat ‘ditanam iman, disebar amal’. Satu kalimat yang dimaksudkan bahwa segala bentuk kegiatan seorang Pemuda Persis mesti dilandasi dengan kesungguhan iman serta diwujudkan dalam bentuk amal perbuatan yang tentunya sesuai dengan tuntunan syari’at Islam. Sementara di baris kedua pada bait kedua ini, peran dan fungsi Pemuda Persis tidak hanya bisa diejawantahkan dalam sebentuk iman dan juga amalan melainkan juga dengan ikhtiar untuk menjadi seorang pemimpin sebagaimana hadits baginda Nabi yang menerangkan bahwa "setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya”. Dimana salah satu tugas kepemimpinan tersebut adalah berikhtiar mengembalikan kemurnian Islam sesuai dengan tuntunan Qur’an dan Sunnah sebagaimana larik ketiga dalam bait kedua yakni ‘membasmi bid’ah agama’ yang bisa dilaksanakan dengan cara berjihad (berjuang), berdakwah (menyampaikan), serta beruswah (menjadi contoh/keteladanan) sebagaimana tercantum dalam larik terakhir yang berbunyi ‘berjihad, berdakwah, beruswah’. Menariknya dalam lirik asli mars ini, kata berjihad, berdakwah dan beruswah justru berbunyi bergembar, bergembor, berkhutbah yang kemudian disempurnakan dengan kalimat berjihad, berdakwah, beruswah. Bait ketiga ini paling tidak memberikan gambaran lengkap tentang bagaimana jalan juang seorang Pemuda Persis sebagai seorang pembela, pembangkit dan pelanjut dakwah para pendahulu.
Lalu bagaimana akhir dari proses pembentukan identitas Pemuda Persis dari yang berperan sebagai pembela, pembangkit dan pelanjut dakwah hingga ikhtiar pembentukan itu diwujudkan melalui kekuatan iman serta penyebaran amal jama’i (bersama) dalam kerangka mendakwahkan Islam dengan diwujudkannya jihad (perjuangan), dakwah (penyampaian) serta uswah (keteladanan). Lirik akhir dari mars ini menegaskan bagaimana tujuan akhir dari proses pembentukan dan penegasan identitas tersebut. Sebagai kader Persatuan Islam, Pemuda Persis diharapkan bisa mempersatukan umat serta menghindarkan umat dari hal-hal yang bersifat kebathilan seperti bid’ah, khurafat dan takhayul yang masih eksis hari ini serta serangkaian bentuk perang pemikiran (ghazwul fikri) dari musuh-musuh Islam. Sebagaimana dijelaskan dalam baris yang berbunyi, ‘bersatulah, bersatulah, bersatulah, bersatulah, hai muslimin, siapa yang menentang Islam, musnahlah dalil dan hujjahnya’. Di larik ini tentu digambarkan dengan jelas bagaimana seharusnya gerakan Pemuda Persis yang diharapkan mampu menyatukan umat sebagaimana motto Persatuan Islam yang berusaha agar umat tetap dalam satu suara, satu rasa, satu usaha, dan satu pemikiran Islam.
AKHIRAN
Dari paparan singkat di atas dapat kita simpulkan bahwasannya mars Pemuda Persis yang diciptakan Ust. Suraedi memberi gambaran utuh tentang bagaimana peran Pemuda Persis di tengah-tengah umat, bagaimana menjalankan perannya sebagai pemuda di tengah umat serta usaha mewujudkan ikhtiar para pendahulu untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan di tengah umat mulai dari satu suara, satu rasa, satu usaha, dan satu pemikiran yang hari ini masih dirasakan jauh panggang dari api. Besar harapan kami lewat telisik sederhana ini, mudah-mudahan mars tersebut tak hanya berhenti dari sekedar pelafalan belaka (dinyanyikan dalam hal-hal seremonial) tapi bisa diteruskan dengan dikaji lebih mendalam demi terwujudnya cita-cita Pemuda Persis sebagai pelanjut dakwah Persis ke depannya.****
Oleh Aldy Istanzia Wiguna