Muktamar Transisi, Muktamar Kolaborasi

oleh Reporter

27 September 2022 | 06:36

Oleh:
Ridwan Rustandi
(Sekretaris Umum PP Pemuda PERSIS Masa Jihad 2021-2026)

 

Muktamar XVI Persatuan Islam yang digelar pada 23 sampai 26 September 2022 menghasilkan beberapa putusan untuk kemajuan dan keberlanjutan jamiyyah Persatuan Islam. Setidaknya ada empat putusan terbaik yang dihasilkan dalam momentum ini. Pertama, ditetapkannya Qanun Asasi dan Qanun Dakhili sebagai guide berjamiyyah; kedua, terpilihnya KH. Jeje Zaenudin sebagai Ketua Umum Persatuan Islam; ketiga, ditetapkannya Ikatan Pelajar PERSIS dan Ikatan Pelajar PERSIS Putri sebagai bagian otonom Persatuan Islam untuk gerbong kaderisasi jamiyyah di tingkat pelajar; dan keempat, adanya Badan Pendidikan dan Kaderisasi Jamiyyah sebagai pusat pelatihan dan centre of excellence pengkaderan di Persatuan Islam.

 

Tentunya, momentum muktamar menjadi titik awal untuk menguatkan kembali fondasi jamiyyah sekaligus merawat khittah jamiyyah menuju upaya-upaya tranformasi ajaran Islam dalam berbagai sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Momentum muktamar menjadi ruang relasional seluruh kader jamiyyah dalam kolaborasi gagasan dan harapan untuk jamiyyah Persatuan Islam yang satu rasa, satu suara, dan satu usaha.

 

Muktamar XVI Persatuan Islam dapat dikatakan sebagai sebuah muktamar transisi. Hal ini ditandai dengan penyelenggaraan muktamar terakhir di abad ke-1 Persatuan Islam. Pada September 2022, jamiyyah Persatuan Islam berusia 99 tahun, kurang dari satu tahun lagi Persatuan Islam mencapai usia satu abad. Banyak dinamika girah dan fikrah jamiyyah yang terejawantahkan dalam berbagai momentum yang bersifat dinamis dan progresif. Sejak mulai berdirinya pada 1923 sampai sekarang, jamiyyah Persatuan Islam menunjukkan gerakan yang progresif. Di mana Persatuan Islam senantiasa mewarnai jejak Islam di Indonesia. Persatuan Islam berupaya mengonsolidasikan prinsip beragama dalam ruang-ruang strategis dakwah kenegaraan. Hal ini menjadi nilai historis yang perlu diwariskan kepada generasi pelanjutnya. Bahwa Persatuan Islam adalah sebuah jamiyyah yang mengusung gerakan dakwah berdampak dalam berbagai sendi kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan.

 

Muktamar XVI Persatuan Islam dapat dikatakan pula sebagai muktamar kolaborasi. Hal ini ditandai dengan beragamnya gagasan pengembangan kemajuan jamiyyah yang disampaikan oleh seluruh kader. Selain itu, banyaknya alternatif figuritas dan visi kepemimpinan yang disampaikan oleh setiap kandidat Ketua Umum PP Persatuan Islam. Gagasan besar dan visi kepemimpinan jamiyyah yang saling berelasi dari segenap komponen menunjukkan adanya kolaborasi lintas generasi jamiyyah yang berdiri pada cita-cita yang sama untuk kemajuan Persatuan Islam. Apalagi, kolaborasi menjadi nafas organisasi yang akan mengantarkan pada eksistensi organisasi yang berkelanjutan. Kolaborasi lintas generasi menjadi modal bagi jamiyyah Persatuan Islam dalam menyambut abad ke-2 gerakan jamiyyah yang dihadapkan dengan berbagai tantangan organisasi baik secara infrastruktur maupun suprastruktur jamiyyah.

 

Ekosistem Kebahagiaan

 

Komponen manajemen diri dalam sebuah organisasi menjadi aspek penting yang akan menentukan upaya pengembangan organisasi. Komponen ini sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari manajemen sumber daya manusia dalam sebuah organisasi. Kekuatan SDM menjadi aset organisasi yang tidak ternilai. Apalagi, jika SDM organisasi memiliki kompetensi dan komitmen yang kuat dalam mengembangkan organisasi. Secara perspektifsional, organisasi dapat diposisikan dalam dua lanskap, yakni institusional dan interaksional.

 

Pada lanskap yang pertama, organisasi ditempatkan sebagai sebuah struktur formal, ruang relasi, dan sistem organisasi yang mengatur cara kerja organisasi. Pada sisi ini, organisasi sebagai sebuah institusi yang memiliki visi, identitas, dan karakteristik tertentu yang boleh jadi sama atau bahkan berbeda dengan organisasi lainnya. Pada lanskap kedua, organisasi dipandang sebagai sebuah subjek hidup, tempat membangun relasi, persuasi, dan inspirasi dari seluruh stakeholders organisasi. Melalui inilah, segala dinamika organisasi tercipta karena setiap individu atau anggota organisasi memiliki tujuan, harapan, dan motivasi berorganisasi yang berbeda dan harus disesuaikan dengan tujuan organisasi secara kolektif.

 

Organisasi sebagai sebuah ruang interaksi bermuara pada perwujudan ekosistem kehidupan yang menyatukan berbagai latar perbedaan dari setiap anggotanya. Perbedaan pendapat, perbedaan harapan, dan perbedaan latar belakang individual saling dinegosiasikan dalam ruang-ruang interaksi keorganisasian. Karenanya, proses negosiasi ini akan melahirkan berbagai dinamika dan bahkan mengarah pada konflik organisasi. Karenanya, segenap perangkat institusi dan interaksi organisasi harus mampu menciptakan kondisi bahagia. Organisasi harus mewujud menjadi sebuah ekosistem kebahagiaan yang mampu mengikat hubungan setiap anggotanya.

 

Secara psikologis, kebahagiaan muncul dari berbagai kondisi, yakni dari pikiran yang sehat, suara hati yang jernih, dan kondisi interaksi yang saling menguntungkan. Ketika, setiap anggota organisasi memiliki ketiga komponen kebahagiaan tersebut, maka relasi interaksional organisasi akan melahirkan sebuah kondisi yang bermuara pada perwujudan ekosistem kebahagiaan. Ekosistem kebahagiaan ini dapat diukur dari beberapa indikator berorganisasi, yakni (1) aspek kejujuran sebagai pangkal organisasi humanis yang memposisikan setiap anggota secara manusiawi, bukan robot kendali; (2) keterbukaan dalam membangun iklim organisasi produktif; (3) kepercayaan sebagai upaya saling membesarkan; dan (4) budaya apresiasi sebagai upaya menjaga keutuhan organisasi.

 

Dinamika Muktamar XVI menggambarkan upaya-upaya menuju ekosistem kebahagiaan ini. Apabila diukur dari empat indikator di atas, sejak awal jamiyyah Persatuan Islam berdiri di atas nilai-nilai adiluhung ajaran agama yang mengajarkan prinsip kejujuran, keterbukaan, kepercayaan, dan penghargaan bagi setiap kader jamiyyah dalam proses pencapaian tujuan dan pengembangan organisasi. Hal ini dapat dirasakan dari atmosfer muktamar yang menyatupadankan berbagai gagasan dan kepentingan dari seluruh delegasi muktamar yang terdiri dari kader jamiyyah lintas generasi. Para founding fathers Persatuan Islam mewariskan pengetahuan, ritualistik, pengalaman, kesadaran, dan komitmen berjamiyyah yang dibangun di atas nilai-nilai teologis (tauhid) dan humanis (ukhuwah). Kesemuanya termaktub menjadi produk muktamar (Qanun Asasi & Qanun Dakhili) yang menghimpun berbagai gagasan dan kepentingan dari seluruh komponen jamiyyah.

 

Kepemimpinan Kolaboratif, Sebuah Harapan

 

Salah satu bagian penting dalam penyelenggaraan Muktamar XVI Persatuan Islam adalah memilih dan menetapkan Ketua Umum Persatuan Islam untuk satu masa jihad ke depan. Sedari awal, dalam penyampaian pandangan Laporan Pertanggungjawaban Tasykil PP Persis Masa Jihad 2015-2022, Pimpinan Pusat Pemuda Persis berharap agar perhelatan Muktamar XVI ini tidak mewariskan pengalaman traumatik bagi generasi muda sebagai pelanjut estafeta kepemimpinan jamiyyah. Hal ini sebagai upaya mengajak seluruh komponen jamiyyah untuk mewarnai pelaksanaan muktamar dengan dinamika yang menggembirakan. Muktamar hendaknya meninggalkan jejak kebaikan yang akan mengkolaborasikan seluruh kekuatan komponen jamiyyah untuk kemajuan Persatuan Islam di masa mendatang.

 

Sejak awal, hiruk pikuk muktamar diwarnai dengan banyaknya konsolidasi dan propaganda kebaikan dari setiap kader terbaik jamiyyah yang dipandang mampu memimpin Persatuan Islam untuk satu masa jihad ke depan. Figuritas kader jamiyyah, seperti KH. Aceng Zakaria, KH. Zae Nandang, KH. Atip Latifulhayat, KH. Jeje Zaenudin, KH. Iman Setiawan Latif, KH. Ihsan Setiadi Latif, KH. Tiar Anwar Bachtiar, dan KH. Latif Awaludin muncul di berbagai lini masa media jamiyyah baik di tingkat pusat maupun cabang, baik pada platform konvensional maupun digital. Kesemuanya muncul sebagai figur-figur jamiyyah yang dipandang memiliki kompetensi dan komitmen untuk meneruskan jejak langkah founding fathers Persatuan Islam. Kesemuanya dipandang mampu membangkitkan ghirah jamiyyah untuk menarasikan Islam dalam berbagai sendi kehidupan keumatan dan kebangsaan.

 

Dari semua figur pemimpin yang muncul, terpilihlah KH. Jeje Zaenudin sebagai Ketua Umum Terpilih Pimpinan Pusat Persatuan Islam Masa Jihad 2022-2027. KH. Jeje Zaenudin mendapatkan kepercayaan penuh dari muktamirin untuk memimpin jamiyyah, menerjemahkan gagasan jamiyyah, sekaligus memperkuat konsolidasi Islam-Indonesia melalui jamiyyah Persatuan Islam. Tentu perlu dikuatkan dengan langkah-langkah kolaboratif dari seluruh stakeholders dan komponen jamiyyah untuk membawa kapal besar Persatuan Islam mengarungi samudra perjuangan dakwah di Indonesia. Karenanya, dalam khutbah ta’aruf Ketua Umum, KH. Jeje Zaenudin menegaskan bahwa kepemimpinannya akan diwarnai dengan keterwakilan dari kader-kader jamiyyah yang memiliki militansi berjamiyyah, komitmen terhadap manhaj Al-Qur’an dan Sunnah sebagai basis dakwah jamiyyah, memiliki keahlian, kemampuan, dan kecakapan organisasi, loyal dan setia kepada pimpinan, leadership management secara kolektif, memiliki akhlak atau adab berjamiyyah, kemampuan akademik dan profesional, dan siap berkolaborasi dalam sebuah teamwork. Karenanya, kepemimpinan kolaboratif menjadi prinsip kerja jamiyyah yang akan mewarnai perjuangan Ketua Umum ke depan. Kolaborasi figuritas, kolaborasi struktural yang menghimpun seluruh kader dari tingkat wilayah dan daerah, Pemuda PERSIS dan Hima PERSIS, serta kolaborasi gagasan komponen jamiyyah secara utuh dan menyeluruh.

 

Inilah sebuah harapan untuk segenap kader jamiyyah, bahwa kepemimpinan kolaboratif menjadi nafas perjuangan Persatuan Islam. Kepemimpinan kolaboratif akan menjadi kekuatan yang menyatukan seluruh modal jamiyyah untuk tumbuh dan berkembang. Kepemimpinan kolaboratif yang menyatukan berbagai fraksi dan friksi jamiyyah. Kepemimpinan kolaboratif yang menyatukan rasa, suara, dan usaha jamiyyah untuk merespon tantangan organisasi ke depan. Warisan terbaik inilah yang memberikan pengalaman bagi seluruh kader jamiyyah dalam mentransformasi gerakan dakwah Persatuan Islam untuk mewujudkan Islam Rahmatan Lil Alamien dalam Bingkai NKRI. Semoga!

 

Reporter: Reporter Editor: admin