Analisis Hadits-Hadits Ibadah Khusus Bulan Sya’ban

oleh Redaksi

16 Februari 2025 | 11:36

Analisis Hadits-Hadits Ibadah Khusus Bulan Sya’ban

11. Malam Nishfu Sya’ban Allah mengampuni selama tidak dendam dan dengki


إِذَا كَانَ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، يَطَّلِعُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى خَلْقِهِ، فَيَغْفِرُ لِلْمُؤْمِنِينَ، وَيَتْرُكُ أَهْلَ الضَّغَائِنِ، وَأَهْلَ الْحِقْدِ بِحِقْدِهِمْ


“Jika datang malam Nishfu Sya’ban, Allah azza wajalla mengamati makhluknya, lalu Dia mengampuni orang mukmin dan membiarkan pendendam dan pendengki dengan kedengkiannya.” [15]


12. Malam Nishfu Sya’ban Allah turun mengampuni dosa-dosa kecuali orang kafir dan orang yang bertengkar


إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ هَبَطَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِلَى السَّمَاءِ فَيَطَّلِعُ اطِّلَاعَهُ عَلَى أَهْلِ الْأَرْضِ، فَيَغْفِرُ لِأَهْلِ الْأَرْضِ جَمِيعًا إِلَّا لِكَافِرٍ أَوْ مُشَاحِنٍ "


”Jika datang malam Nishfu Sya’ban Allah tabaraka wata’ala turun kelangit, maka Dia mengamati penduduk bumi lalu mengampuni semua penghuni bumi selain orang kafir atau orang yang bertengkar." [16]


Komentar Para Ulama:


Al-Hafizh Abul Khithab Ibnu Dihyah berkata:


قال أهل التعديل والتجريح ليس في فضـــــل ليلـــة النصف من شعبان حديث صحيح


”Ahlu Ta’dil dan Tajrih berkata: mengenai keutamaan malam Nishfu Sya’ban Tidak ada satu hadits pun yang shahih.”


Ibnul Arabi dalam A’ridhatul Ahwadzi 3/275 berkata:


ليس في ليلة النصف من شعبان حديث يعول عليه


“Tidak ada mengenai malam nishfu Syaban satu hadits pun yang bisa dipercaya.”


Al-Uqaili dalam adh-Dhu’afa al-Kabir 3/29 berkata:


وفي النزول ليلة النصف من شعبان أحاديث فيها لين


“Tentang Turunnya Allah pada malam Nishfu Sya’ban hadits-haditsnya rapuh.”


Abdurahman bin Zaid bin Aslam berkata:


لم أدرك أحـــــــــداً من مشيختنا ولا فقهائنا يلتفتون إلي ليلة النصف من شعبان ، ولم ندرك أحداً منهم يذكـر حديث مكحول ولا يرى لها فضلاً على سواها من الليالي


”Aku tidak menjumpai seorangpun dari guru-guru kami dan tidak pula para fuqaha kami melirik kepada malam nishfu Sya’ban dan kami tidak menjumpai dari mereka yang mengingat hadits Makhul dan tidak pula memandang punya keutamaan dibanding malam-malam lainnya.”

(HR. Ibnu Wadhdhah dalam al-Bida’ hal 100)


Mengapa disebut hadits Makhul ? Tidaklah berlebihan, bila Makhul diduga menjadi sumber hadits Nishfu Syaban sebab Nama beliau paling banyak disebut dalam sanad hadits Nishfu Sya’ban, yaitu kurang lebih 79 kali.


Ibnu Abi Malikah ketika diceritakan bahwa Ziyad al-Munqari (tukang kisah) berkata:


إن أجر ليلـــة النصف من شعبان مثل أجـر ليلـة القـدر


”Sesungguhnya pahala malam Nishfu Sya’ban sama seperti pahala lailatul Qadar.”


Maka beliau menjawab:


لو سمعته يقول ذلك وفي يدي عصاً لضربته بها


”Seandainya Aku mendengar dia ngomong seperti itu dan ditanganku ada tongkat, pasti aku memukul dia.”(HR. Abdurazzaq 4/317 dengan sanad shahih)


Kesimpulannya: amalan-amalan nishfu sya'ban tidak dapat diamalkan karena dalil-dalilnya lemah atau dloif. (red)


Wallahu A’lam bish-Shawab



_____________________________________________


[15] Diriwayatkan oleh Ibnu Abi A’shim dalam as-Sunnah 1/223, al-Lalaka’I dalam as-Sunnah 2/493


Sanad hadits ini mudtharrib dan munkar, di dalamnya ada rawi al-Ahwash bin Hakim. Imam Ibnul Madini tak mau menuliskan riwayat hadits darinya. Abu Hatim dan Daruquthni berkata: Dia munkarul hadits. Imam Ahmad berkata: tidak boleh meriwayatkan darinya. Dan Ibnu Hibban berkata: Dia meriwayatkan hadits-hadits munkar dari rawi-rawi masyhur.

(Al-Jarh wat-Ta’dil 2/175, al-Makrifat wat Tarikh lil faswi 2/461, al-Majruhin libni Hibban 1/175, Mizanul I’tidal 1/167, Tahdzibut-Tahdzib 1/184, adh-Dhu’afa lid-Daruquthni hal 157, dll)


Adapun kemudhtharibannya antara lain :


- Dalam mu'jam kabir 22/224, al-Ilal al-Mutanahiyah 2/70 dan al-Amali lisy-Syajari 2/103 melalui jalur Isa bin Yunus dari Ahwash bin Hakim dari Habib bin Shuhaib dari Abu Tsa’labah.

- Dalam al-Arsy libni Abi Syaibah hal 93, Ibnu Qani’ dalam mu’jam Shahabah hal 160 diriwayatkan melalui Bisyr bin Umarah dari Ahwash bin Hakim dari Muhashir bin Habib dari Makhul dari Abi Tsa’labah. (Sanad ini memiliki 3 cacat: 1) Bisyr bin Umarah rawi dhaif dan matruk, 2) Ahwash rawi munkar, 3) Makhul tidak mendengar dari Abu Tsa’labah)

- Dalam Mu'jam kabir Imam Thabrani 22/223, al-Baihaqi dalam Sunan Shughra 1/379 atau dalam Syu’abul Iman 3/381, melalui Abdurahman al-Muharibi dari Ahwash dari Habib bin Shuhaib dari Makhul dari Abu Tsa’labah


(Sanad ini memiliki 3 cacat: 1) Abdurahman al-Muharibi mudallis dan ‘an’anah dalam hadits ini. 2) Ahwash rawi munkar, 3) Makhul tidak mendengar dari Abu Tsa’labah)


Oleh sebab itu Imam Daruquthni dalam al-Ilalnya 6/323 berkata: ”Hadits ini Mudhtharrib dan tidak ajeg.”


[16] Diriwayatkan oleh Imam Asy-Syajari dalam al-Amalinya 2/100


Sanad hadits ini maudhu, Ja’far bin Zubair matruk berdasarkan Ijma para muhaddits. Imam Bukhari berkata: Dia matrukul hadits, mereka mematrukannya karena dalam haditsnya banyak munkar dan idltirab.

(Tarikh Kabir Imam Bukhari 2/192, al-Jarh wat Ta’dil 2/479, Tahdzibul Kamal 5/32, Mizan I’tidal 1/406, Tahdzibut Tahdzib 1/436, adh-Dhu’afa libnil Jauzi 1/171, dll), dan rawi sebelumnya ada Ibnu Amir bin Mirdas sebagai rawi pemalsu hadits.

BACA JUGA:

Benarkah Isra Mi’raj Tanggal 27 Rajab?

Reporter: Redaksi Editor: Ismail Fajar Romdhon