Jakarta, persis.or.id - Dua pesantren PERSIS di Jawa Barat, yakni PPI Al-Ma’ruf Ciwidey dan PPI Cikajang Garut, kini mendapat sorotan nasional setelah ditetapkan sebagai model pesantren tani berkelanjutan dalam sebuah penelitian yang dipresentasikan oleh Ade Rahmat, kader Hima PERSIS, dalam The 3rd International Conference on Pesantren (ICOP) 2025 di Universitas Darunnajah, Jakarta, Senin (26/5/25).
Penelitian yang mengangkat judul "Pesantren-Based Circular Economy: A Study of the Persis Agropreneur Pesantren Community" ini memotret secara langsung bagaimana dua pesantren tersebut berhasil mengintegrasikan prinsip-prinsip ekonomi sirkular ke dalam sistem pertanian mereka.
Praktik pengelolaan lahan wakaf, produksi hortikultura, pengolahan limbah menjadi pakan dan pupuk, hingga pemasaran hasil tani oleh santri, menjadi bagian dari inovasi yang kini mulai diakui secara luas.
PPI Al-Ma’ruf mengelola lahan wakaf seluas dua hektar, menjalankan budidaya tanaman hortikultura, kopi arabika, serta budidaya ikan lele berbasis limbah pertanian.
Sementara itu, PPI Cikajang fokus pada produksi kentang dan olahan kuliner santri, serta optimalisasi limbah menjadi pupuk organik.
Keduanya menjalankan sistem produksi dari hulu ke hilir dengan pelibatan aktif santri, membentuk ekosistem pesantren yang mandiri secara ekonomi dan ekologis.
Temuan ini memperkuat posisi Komunitas Pesantren PERSIS Agropreneur sebagai pionir dalam pengembangan pertanian sirkular berbasis pesantren.
Model yang dikembangkan di dua pesantren ini diyakini dapat direplikasi oleh pesantren lain di Indonesia, menjadikan pesantren sebagai pusat pembelajaran dan penggerak ekonomi hijau berbasis nilai keislaman.
[]
BACA JUGA:Peneliti Muda PERSIS Bawa Gagasan Ekonomi Sirkular Pesantren ke Forum Internasional ICOP 2025