Ditengah kekisruhan Perang dingin antara blok barat dan blok timur, Presiden Rumania Nicolae Ceaușescu cukup mencuri perhatian publik blok timur atau negara-negara yang tergabung dalam aliansi pakta warsawa yang mengiblat pada komunis Uni Soviet. Hal ini diesebabkan kebijakanya yang terbuka terhadap negara-negara eropa barat dan Amerika Serikat yang sudah tentu berbeda dengan negara aliansi lainya. Awalnya, Ceaușescu menjadi figur yang populer di Rumania dan Dunia Barat karena kebijakan luar negerinya yang independen. Pada tahun 1960-an, ia mengakhiri partisipasi aktif Rumania dalam Pakta Warsawa (meskipun Rumania masih merupakan anggota); menolak mengambil bagian dalam invasi Cekoslowakia 1968 oleh Pakta Warsawa, dan dengan terbuka mengutuk tindakan tersebut.
Sekalipun mendaulat diri sebagai negara yang menganut sosialis-komunis pada tahun 1971, Rumania menjadi anggota Perjanjian Umum Tarif dan Perdagangan (GATT). Rumania dan Yugoslavia juga menjadi satu-satunya negara Eropa Timur yang terlibat dalam perdagangan bebas dengan Komunitas Ekonomi Eropa sebelum runtuhnya blok komunis. Kebijakan luar negerinya yang independen menarik perhatian negara-negara Barat.
Ceaușescu dapat meminjam uang sebesar lebih dari $13 miliar dari Barat untuk mendanai program ekonomi. Sayangnya, pinjaman ini malah menghancurkan Rumania. Untuk memperbaikinya, Ceaușescu berusaha membayar utang Rumania. Ia mengadakan referendum dan berhasil mengubah konstitusi, menambah larangan untuk meminjam uang pada masa depan. Pada tahun 1980-an, Ceaușescu memerintahkan ekspor produk agrikultur dan industri negara untuk membayar utang. Akibatnya, terjadi kekurangan di Rumania. Standar hidup orang Rumania terus berkurang.Utang ini berhasil dibayar sepenuhnya pada musim panas tahun 1989 sebelum jatuhnya Ceaușescu. Ia pun tertarik dengan ideologi juche (kultus Individu) korea utara-nya Kim Il Sung, yang menyatakan bahwa suara pemimpin adalah suara tuhan.
Bagaimanapun kebijakan ekonomi dan politiknya, nyatanya itu berhasil melanggengkan kekuasaanya selama 4 dekade disebabkan tiga kondisi :
1. mereka menempatkan aparatur komunis yang loyal dibawah kendali jaringan kerjasama, seperti angkatan bersenjata, serikat buruh, dan bahkan asosiasi olahraga.
2. mereka mencegah tercipatanya organisasi tandingan, entah itu politik, ekonomi maupun sosial.
3. mereka mengandalkan dukungan sesama partai komunis di Uni Soviet dan Eropa timur.
Ceaușescu baru jatuh dari kekuasaanya begitu ketiga kondisi tersebut telah rusak, Uni soviet menarik perlindunganya pada rezim-rezim komunis eropa timur, tembok berlin runtuh, dan revolusi melanda Polandia, Hungaria, Bulgaria, dan Chekoslovakia. ditambah Pada tahun 1978, Ion Mihai Pacepa, anggota senior Securitate sebuah organisasi intelejen terbesar blok timur membelot kepada Amerika Serikat dan membocorkan agenda mata-mata Rumania yang membuat negara tersebut terisolasi dan semakin terpuruk sehingga mengundang kekisruhan di beberapa kota semisal Timisora pada 17 Desember 1989. Situasi semakin kacau disebakan pemerintah Rumania untuk mengusir pastor Hongaria László Tőkés. Tőkés dituduh menghasut kebencian etnis oleh pemerintah. Anggota kongregasi etnis Hongaria mengelilingi apartemennya untuk menunjukan dukungan mereka kepada Tőkés. Pelajar Rumania lalu bergabung dalam demonstrasi, yang menyebar menjadi demonstrasi anti pemerintah.
Ceaușescu masih merasa yakin menghadapi gelombang pasang tersebut dan ia menoba memobilisasi sekitar 80.000 masa di kota bucharest untuk menunjukan pada dunia bahwa setidaknya masih ada bagian dari masyarakat Rumania yang cinta padanya atau paling tidak takut kepadanya. Sayangnya aksi masa tersebut menjadi boomerang dan akhir cerita dari kekuasaanya. Pada Hari Natal, 25 Desember 1989, mereka diadili secara kilat di pengadilan militer dan dijatuhi hukuman mati dengan tuduhan berlapis, mulai dari memperkaya diri secara ilegal hingga genosida, dan kemudian dieksekusi di Târgoviște. Video pengadilan menunjukkan, setelah vonis, Ceaușescu dan istrinya diikat lalu digiring ke luar gedung pengadilan untuk dieksekusi.
Faktor utama jatuhnya Ceaușescu bukan disebabkan aksi masa yang besar justru kekuasaan diambil alih oleh sekelompok orang yang menamakan diri front penyelamat Nasional yang sesungguhnya masih sayap moderat partai komunis. Kelompok tersebut diawaki oleh Ilon Iliescu seorang yang pernah menjabat sebagai ketua departemen propaganda. dengan citra yang mereka bangun berhasil memproklamirkan menjadi pemimpin revolusi dan mengambil alih kekuasaan.
Sejarah memberi bukti tentang makna penting dari sebuah kerjasama yang terstruktur sekalipun kecil bagianya bisa mendominasi masa yang besar tak terorganisir. Runtuhnya rezim Mubarak di Mesir bukan disebabkan besarnya jumlah demonstrasi di lapang tahrir, namun siasat yang terorganisir dari ikhwanul muslimin walaupun pada akhirnya dibajak dan diambil alih oleh Militer. gagalnya kudeta terhadap Erdogan pada Juli 2016 atau upaya pemberontakan DN Aidit bersama PKI-nya pada 1965 sudah tentu disebabkan tidak memperhatikan tiga kondisi diatas.
Bila mau berkaca pada situasi politik Indonesia saat ini menggunakan tiga pendekatan kondisi di atas maka sudah menjadi sebuah keniscayaan bagi kubu petahana/pemerintah menggunakan strategi tersebut untuk melanggengkan kekuasaanya. Sebaliknya, sebagai pihak lawan yang ingin membuat kekuatan baru mesti menggunakan cara yang lebih efektif bukan hanya sebatas mengutuk atau memobilisasi masa yang banyak. Karena siapapun yang menjadi pemegang kekuasaan pasti ingin membuat kursinya tak tertandingi oleh siapapun.
Sikap politik pemerintah untuk memusatkan kekuasaan mereka ini terlihat dengan dibangunya kekuatan dari dalam; hubungan yang kuat dengan aparatur negara atau militer, menarik simpati kaum buruh, miskin dan fafa, meninggikan citra positif hasil kerja pemerintah dan menekan citra pihak lawan atau oposisi, mencari perhatian dari orang-orang yang cukup berpengaruh, serta membangun hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Cina (RRC). hubungan ini begitu kentara saat kebijakan ekonomi yang dikeluarkan lebih menguntungkan RRC dibanding AS. mengingat Indonesia bisa dikatakan menjadi arena pertarungan kedua blok tersebut.
Salah satu bentuk ketidaksenangan AS terhadap kedekatan Indonesia-RRC dengan memberikan ancaman sanksi senilai USD 350 juta atau senilai Rp. 5,04 Triliun setelah dimenangkanya gugatan terhadap kebijakan ekonomi yang dinilai merugikan AS terhadap pembatasan impor produk makanan, tanaman dan produk hewan, termasuk apel, anggur, kentang, bawang, bunga, jus, buah kering, sapi, ayam dan daging sapi kepada WTO (organisasi perdagangan dunia).
Pada akhirnya, tentu sebagai pihak yang ingin membawa era baru bagi Indonesia ini merupakan sebuah momentum yang bisa menambah kekuatan berdasar pada pertimbangan kondisi-kondisi diatas; pertama, untuk melawan blok petahana yang mengiblat pada RRC maka sebaliknya pihak opoisi mesti mencari blok yang lain entah itu AS atau pihak lain yang siap memasang badan sebagai bentuk kerjasama menggalang kekuatan baru, maka wajar jika siapapun presidenya akan tetap condong pada salah satu kekuatan sebagai bentuk pengukuhan kekuasaannya. kedua, jika mereka menggunakan propaganda-propaganda untuk mencuri opini publik maka mesti ada cara yang lebih efektif melawan arus itu. ketiga, untuk mendorong sebuah cita-cita baru apalagi jika wajah dan wijhah Islam yang akan dimunculkan maka umat Islam tidak boleh abstain (memilih untuk menghindar) dalam kancah politik ini, mesti ada kesatuan visi dan misi, loyal terhadap pimpinan dan arahan Ulama. Karena sekali lagi, bahwa dunia memberi bukti untuk membangun sebuah kekuatan tidak cukup dengan masa yang besar, namun mesti dengan kerjasama yang efektif dan terstruktur, jika Ion Iliescu merebut kekuasaan dengan memanfaatkan situasi bergejolak dibalik layar, maka tugas umat Islam Indonesia yang akan menghadapi tahun politik saat ini paling tidak menitipkan amanat pada orang yang tepat .
Wallahu A’lam bissowab.
Oleh : Ilham Habiburohman S.H