Bandung – persis.or.id, PP Pemudi Persis menyelenggarakan acara “Daurah Du’at” yang dihadiri oleh seluruh mubalighot pemudi persis sebagai upaya meningkatkan kinerja dan wawasan para mubalghot Pemudi Persis.
Acara ini, selain dihadiri oleh para mubalighot, dihadiri pula oleh ketua dan bidang garapan dakwah tiap jenjang, baik PW, PD, PC maupun PJ. Acara yang dihadiri oleh 130 peserta yang berasal dari wilayah Jabar, Banten dan Jakarta ini, diselenggarakan pada hari ahad, 26 agustus 2018 di Kampus STAI Persis Bandung.
Dengan tema “Sinergitas Keluarga dan Jam’iyyah dalam Dakwah Pemudi Persis” Bidang garapan Dakwah PP Pemudi Persis berharap para mubalighot semakin giat dan semangat melakukan tugas dakwah, dan keluarga tidak lagi menjadi alasan para mubalighot terhenti dakwahnya.
Dalam kegiatan ini, Prof. Dr. H. Dadan Wildan Anas, M.Hum hadir sebagai keynote Speaker dengan sajian materi “Peran Dakwah Pemudi Persis Di era Digital/Milenial”.
Diakhir pemaparannya, beliau menyampaikan pesan kepada para peserta agar Pemudi Persis terus menjalankan dakwahnya, baik secara tradisional (Menghadiri pengajian di masjid-masjid atau pengajian yang bersifat tatap muka) maupun konvensional melalui media online (youtube, FB, Web dan lain-lain).
Tiga pembicara utama dalam acara Daurah Du’at adalah para da’iyah yang sudah lebih dulu mengatahui kondisi dakwah Pemudi Persis, mereka adalah para mantan ketua umum PP Pemudi Persis.
Pembicara pertama: Husni Rofiqoh, M.Ag dengan tema “Dinamika Dakwah Pemudi Persis” menyampaikan, bahwa dinamika dakwah di Pemudi tidak terlepasa dari peran keluarga terutama suami.
Seorang mubalighot haruslah mendapat izin dan ridho dari suami ketika berdakwah, agar ketika berjihad, dakwahnya tidak menjadi korban semata (tidak menjadi pahala) namun akan menjadi sebuah kurban yang mampu mendekatkan upaya jihad (dakwah) kita lebih dekat kepada Allah.
Selanjutnya pengisi sesi kedua oleh Imas Karyamah, M.Pd dengan tema “Komunikasi Dakwah Pada Tatanan Pribadi, Keluarga dan Jam’iyyah.
Catatan penting dalam paparan bunda imas adalah berdakwah artinya berkomunikasi, menyerukan kebaikan untuk menjadi lebih baik karena hakikat dakwah adalah adanya sebuah perubahan yang tentunya kearah yang lebih baik bukan untuk “terlihat” baik dimata manusia”.
Selain itu poin penting yang beliau sampaikan adalah “Keluarga adalah jam’iyyah terkecil. Suksesnya keluarga sebagai sebuah barometer terhadap suksesnya Jam’iyyah”.
Berikutnya, materi pamungkas dengan tema “Mengoptimalkan Potensi Dakwah Pemudi Persis” yang disampaikan oleh Ibu Hafifah Rahmi, M.Pd lebih menitik beratkan kepada analisis SWOT Pemudi Persis, dimana setiap analisisnya menjadi catatan terpenting dalam peran dakwah pemudi Persis.
Dengan pengalamannya menjadi ketua umum PP Pemudi Persis serta kiprah dakwahnya yang saat ini masih membara di Persistri, seluruh pemaparan yang beliau sampaikan lebih kepada pengalamanya mengoptimalkan potensi yang Pemudi miliki dan meminimalisir kekurangan yang dimiliki Pemudi, agar gerak dakwah tidak hanya berfokus pada kelemahan-kelemahan yang ada, nampun kepada potensi besar yang dimiliki oleh pemudi.
Selain itu, beliaupun berpesan “Optimalkanlah potensi yang dimiliki dengan tahap kerja yang baik (Memahami ajaran islam berdasarkan al-quran dan Sunnah, mengamalkan ajaran islam berdasarkan al-quran dan Sunnah, serta mendakwahkan ajaran islam berdasarkan al-quran dan Sunnah), agar ketika mengenai sasaran dakwah Pemudi Persis (Pemudi Persis, Pemudi Muslimat Indonesia, Pemudi Indonesia), ajaran islam dapat terinternalisasikan dengan baik.
Ada hal yang sangat menggembirakan bagi kami (Pemudi Persis) ketika para pembicara membuka bahkan menutup materi yang akan di sampaikan, mereka satu suara menyampaikan ucapan “Terimakasih karena masih mau memberi kesempatan untuk berbagi”.
Bagi kami, bukan hanya berbagi pengalamannya yang berharga, namun kesediaan beliau-beliau untuk meluangkan waktunya berada ditengah-tengah para mubalighot Pemudi. Semoga Allah mencatat segala kebaikan para pembicara sebagai amal jariyah yang tak akan pernah terputus. (/FF)