Bandung, persis.or.id — Dalam rangkaian acara Talkshow Cast Film Cinta dan Sejarah yang digelar di Dome Bale Rame Pemkab Bandung, Sabtu (12/7/2025), salah satu aktris dalam film tersebut, Eko Riyanti, berbagi kisah inspiratif di balik perannya sebagai tokoh pejuang hijab dalam sejarah jamiyyah PERSIS.
Saat diwawancarai, Eko mengungkapkan bahwa motivasinya bergabung dalam film ini bukan semata-mata soal seni peran. “Motivasinya adalah jamiyyah dan dakwah,” ujarnya.
“Film ini bermaksud mengenalkan sejarah PERSIS kepada khalayak, khususnya generasi muda, dan menyebarkan dakwah secara lebih kreatif. Kebetulan saya juga aktif di Persistri sebagai Bidgar Pengembangan Dakwah. Jadi sangat sayang kalau kesempatan ini saya lewatkan. Justru inilah tugas saya: mengembangkan dakwah secara kreatif dan inovatif.”
Dalam film tersebut, Eko memerankan Bu Icih, sosok nyata dari Persistri yang memperjuangkan hijab di Pameungpeuk pada tahun 1934. Ia menggambarkan karakternya sebagai perempuan yang lembut, penyayang, namun sangat berani dalam menyuarakan kebenaran.
“Tantangannya luar biasa, karena ini tokoh nyata. Saya khawatir tidak bisa menggambarkan Bu Icih yang sebenarnya. Salah satu adegan paling menguras emosi adalah ketika Bu Icih dilempari batu oleh masyarakat saat itu karena perjuangannya. Adegan itu harus kami ulang berkali-kali. Itu pengalaman yang sangat berkesan dan tidak akan saya lupakan,” ujar Eko.
Lebih dari sekadar pengalaman akting, peran ini menjadi ruang refleksi dakwah bagi dirinya pribadi dan kader Persistri pada umumnya.
“Pesan yang saya ambil: perjuangan kita belum selesai. Kita tidak boleh takut menyuarakan kebenaran. Bu Icih bukan hanya memperjuangkan hijab, tapi juga mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak, sesuatu yang dianggap sesat kala itu. Namun beliau pantang menyerah, bahkan rela mengorbankan nyawanya.”
Sebagai penutup, Eko menyampaikan harapan besar atas lahirnya film Cinta dan Sejarah:
“Semoga masyarakat sadar bahwa PERSIS punya peran penting dalam tegaknya NKRI. Saya ingin anak-anak muda lebih mengenal tokoh-tokoh PERSIS dan siap berjihad, minimal melawan hawa nafsu sendiri. Jangan cuma hura-hura atau pacaran, tapi semangat menuntut ilmu, menjaga batas pergaulan, dan berkarya untuk negeri dan agama.”
Film Cinta dan Sejarah menjadi salah satu terobosan dalam dakwah kreatif yang digagas kader muda PERSIS melalui medium film, untuk memperkenalkan sejarah perjuangan jamiyyah kepada generasi milenial dan Gen Z.
BACA JUGA:PORDA PERSIS Kabupaten Bandung 2025: 10.000 Kader Meriahkan Gerak Jalan Santai
