Film “Cinta dan Sejarah”: Dua Selebgram Muda Ungkap Tantangan dan Nilai Dakwah di Baliknya

oleh Ismail Fajar Romdhon

26 Mei 2025 | 18:45

Andena Surya Zabrina (Dena) - sumber : instagram pribadi Andena Surya Zabrina

Bandung, persis.or.id – Film Cinta dan Sejarah kini memasuki tahap pascaproduksi. Film yang naskahnya ditulis oleh kader asli Pemuda PERSIS, Hilman Indrawan, ini menggandeng dua selebgram muda sebagai pemeran: Andena Surya Zabrina (Dena) sebagai Fatimah dan Fani Meyna (Fani Mey) sebagai Silka.


Saat ditemui tim persis.or.id di sela-sela syuting di PPI 50 Lembang, keduanya mengaku terkejut ketika pertama kali ditawari untuk bermain dalam film ini.

“Kaget banget, karena ini pengalaman pertama Dena. Sebelumnya belum pernah berakting, apalagi di film panjang,” ujar Dena.

Ia mengaku sulit menolak tawaran tersebut karena melihat nilai dakwah dalam film ini.

“Walaupun belum punya pengalaman, jujur, sulit untuk menolak bermain di film ini. Film ini bukan hanya soal cinta, tapi sarat nilai dakwah dan sejarah,” tambahnya.

Senada dengan Dena, Fani juga merasakan hal yang sama.

“Seperti Dena, Fani juga kaget saat ditawari. Apalagi Fani seorang ibu, jadi ada banyak pertimbangan,” ungkap Fani yang merupakan alumni MI PERSIS Al-Jihad Padalarang.

Meskipun telah memiliki pengalaman berakting dalam web series, ini merupakan film panjang pertamanya.

“Pengalaman berakting sih ada, tapi bukan film panjang, baru web series,” jelasnya.

Tentang karakter yang mereka perankan, Dena merasa tertantang memerankan sosok Fatimah.

“Fatimah itu anggun, ceria, dan penurut. Wanita ideal banget menurut Dena. Jadi Dena sambil mendalami tokoh, juga sambil belajar jadi pribadi yang lebih baik,” ujarnya.

Sedangkan Fani merasa lebih mudah memerankan Silka.

“Silka mirip banget sama karakter Fani sendiri. Jadi gak butuh waktu lama untuk mendalaminya. Alhamdulillah,” katanya.

Soal tantangan selama proses syuting, keduanya mengungkap hal yang sama.

“Sering nge-blank. Naskahnya panjang banget, susah dihafal. Pas sutradara bilang action, langsung hilang semua,” ujar mereka sambil tertawa.
“Membangun chemistry juga cukup menantang karena hampir semua pemain baru kenal di lokasi,” tambah mereka.

Pengalaman syuting di lingkungan pesantren PERSIS juga memberi kesan tersendiri, khususnya bagi Fani.

“Senang bisa merasakan suasana pesantren. Lingkungannya positif, shalat tetap terjaga, dan interaksi antar lawan jenis benar-benar dijaga,” cerita Fani.
“Menyenangkan sekali, setiap masuk waktu shalat langsung break untuk ibadah. Interaksi dijaga agar tidak terjadi ikhtilat,” kata Dena.

Menurut mereka, film Cinta dan Sejarah memiliki kekhasan tersendiri.

“Ini bukan film full religi, juga bukan film cinta biasa. Tapi nilai-nilai Islam di dalamnya sangat kental,” kata Fani.
“Dari film ini, kami jadi mengenal sejarah PERSIS. Ternyata perjuangannya luar biasa. Ma sya Allah,” ucap mereka berdua.

Di akhir wawancara, keduanya menyampaikan pesan untuk generasi muda:

“Gak ada yang gak mungkin. Jangan insecure. Kalian pasti bisa kalau niatnya karena Allah, Allah pasti mudahkan,” ujar mereka kompak.
“Jangan karena kalian bukan siapa-siapa, lalu gak mau berbuat apa-apa. Yakin pada diri sendiri!” pungkas mereka.


BACA JUGA:

Adzando Davema Ungkap Tantangan dan Makna Dakwah dalam Film “Cinta dan Sejarah”

Fani Meyna sebagai Silka - Sumber : instagram Fani Meyna (Fani Mey)