Kebermanfaatan Seseorang dan Kebahagiaan di Keluarganya

oleh Reporter

28 Januari 2019 | 04:55

Kata-kata yang mengalir ini terinspirasi dari sabda baginda nabi SAW. Beliau menyampaikan dalam haditsnya bahwa indikator insan terbaik salah satunya adalah mereka yang beriman dan kaya manfaat bagi banyak orang.

Oranglain mendapatkan banyak manfaat dari orang tersebut. Kebermanfaatan seseorang menjadikan orang tersebut jadi bernilai. Semakin seseorang bernilai, maka sebetulnya akses akses kemudahan akan ia temui.

Ada satu prinsip yang mengatakan bahwa uang akan senantiasa hinggap pada mereka yang bernilai. Perusahaan besar sangat memburu SDM terbaik di kelasnya. Lembaga lembaga juga pasti menerima SDM yang sesuai dengan kualifikasi mereka. Calon mertua juga tentu sangat susah menolak SDM (calon menantu) yang sangat baik dari berbagai aspek (agama, finansial, garis keturunan dll nya). Kita juga menyaksikan umat selalu memburu pengajian para alim ulama.

Kebermanfaatan seseorang menjadi salah satu syarat akan terciptanya sebuah kebahagiaan dalam sebuah keluarga, masyarakat dan lebih luas lagi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Nabi SAW menyuruh kita sebagai seorang muslim agar bisa bermanfaat dan bernilai bagi orang dan lingkungan sekitarnya. Ini seharusnya mentenagai kita untuk terus mengembangkan diri dalam keilmuan dan softskill yang kita punya.

Distribusikanlah nilai- nilai manfaat diri kita untuk banyak orang. Allah yang Maha Rahman, pasti akan membuat diri kita meluas dan membesar. Luas rezekinya, luas jejaringnya dan luas juga pengalaman hidupnya. Disisi lain, membesar pengaruh kita dan membesar pula nama umat Islam.

Yang mengerikan adalah ketika seseorang tak mampu membuat dirinya bernilai dan bermanfaat bagi orang sekitarnya, bahkan bagi orang terdekatnya. Seharusnya seorang suami merasakan manfaat besar dari istrinya. Sebaliknya istrinya merasakan manfaat dari suaminya. Begitupula seorang anak merasakan manfaat dari ayah ibunya. Saudara merasakan manfaat  saudaranya.

Jika seseorang tak mampu mendistribusikan manfaat bagi orang terdekatnya saja, maka biasanya yang terjadi adalah masalah-masalah sosial yang akan muncul.  Konflik-konflik internal akan terus berkepanjangan.

 

Ketidakberdayaan

Muncul jiwa-jiwa yang merasa tak berdaya, tak mampu untuk bersaing dan menghadapi masa depan. Merasa tak mampu melakukan arah perubahan diri dan keluarganya. Terus dibayang-bayangi rasa pesimis.

 

Kerdil Produktivitas

Tak mau belajar untuk meningkatkan nilai-nilai kebermanfaatan diri, membawa seseorang pada ketidakproduktifan. Waktu terus berjalan, tapi    berlalu begitu saja tanpa karya dan kerja produktif. Semakin kerdil produktivitas seseorang, semakin tak dibutuhkan oleh sebuh perusahaan dan lembaga. Bahkan hampir hampir tak akan ada yang mau menerimanya bekerja.

 

Broken Home

Masalah selanjutnya yang akan muncul jika satu sama lain tak menghadirkan kebermanfaatan, adalah potensi keretakan rumah tangga dan internal keluarga. Suami tak bermanfaat untuk istri dan anaknya. Istri tak bermanfaat bagi suami dan anak-anaknya. Atau, ayah ibu tak bermanfaat bagi anak-anaknya. Ukurannya bukan harta, tetapi substansi manfaat anggota keluarga tersebut sesuai fungsinya masing-masing.

Berapa banyak artis yang bercerai, padahal mereka bergelimpangan harta. Soal wajah dan penampilan fisik jangan ditanya; cantik dan ganteng maksimal. Mengapa sampai kandas pernikahannya? Salah satu sebab yang sering muncul adalah kehilangan manfaat satu sama lain.

Berapa banyak juga anak-anak yang memilih menjadi badung, pergi ke club club malam, pergi dari rumah bahkan tak sedikit yang terpapar narkoba dan pergaulan bebas. Padahal orangtuanya mapan secara finansial, punya jabatan dan popularitas cukup tinggi. Salah satu faktor terkuat _broken home_ sang anak adalah karena dia tak merasakan manfaat dari ayah dan ibunya. Selama ini yang dicukupi oleh ayah dan ibunya selalu urusan kebutuhan material (uang jajan, sekolah, mainan, dll) sedangkan perhatian, kasihsayang, diajarkan tauhid, disupport, dipuji dan diapresiasi tak didapatkan. Orangtuanya tak hadir saat si anak dihimpit beban beban masalah. Orangtuanya tak memberikan kebutuhan emosional dan spiritual untuk anaknya.

Melihat pentingnya sebuah kebermanfaatan, Pantaslah Nabi SAW menyuruh kita untuk rakus (terus terusan belajar) menggali dan menaikan nilai kebermanfaatan diri kita. Sebab, hal itu sangat berdampak pada kehidupan sosial kita. Berdampak pada kebahagiaan keluarga kita.

Pastikan seorang ayah dan suami memahami fungsi dan tugasnya. Begitu pula seorang ibu dan istri juga harus memahami tugas dan fungsinya dengan baik. Sebagai seorang anak, seseorang juga wajib berbakti kepada kedua orangtuanya. Betapapun kondisinya. Hadirkan manfaatmu sebagai seorang anak di rumah. Jika semuanya menyadari untuk saling menghadirkan manfaat, maka terciptalah tatanan sosial yang didambakan. Tak ada ada pengangguran di keluarga tersebut, hingga broken home pun bisa diminimalisir sekali.

Selamat memicu diri untuk menaikan nilai manfaat bagi oranglain dan lingkungan sekitar. Jadilah insan terbaik di pandangan Allah.

 

Allahu A'lam

 

 

***

Penulis: Taufik Ginanjar

Reporter: Reporter Editor: admin