Kesedihan, Ketakutan dan Kekuatan

oleh Reporter

30 Desember 2018 | 10:37

Dalam kajian psikologi, ada dua hal yang mempengaruhi kemajuan dan keterpurukan seseorang. Jika ia tak bisa mengendalikan kedua hal tersebut, yang terjadi adalah keterpurukan dan gak akan maju maju. Malahan bisa membahayakan kesehatan mental kita. Namun, jika kedua hal tersebut bisa kita kelola dengan baik, maka kita akan menjadi pribadi yang berkembang dengan baik dan semakin optimis menghadapi masa depan.

Apa kedual hal tersebut? Kedua hal tersebut adalah kesedihan dan ketakutan. Dua kata ini banyak disebut juga dalam ayat-ayat Quran.

Siapa yang bisa terhindar dari kesedihan? Tak akan ada satu manusia pun yang tak mengalami masalah dalam hidupnya. Fakta-fakta kehidupan yang tak kita kehendaki, seringkali kita temui. Kehilangan sesuatu dan seseorang yang berharga. Mengalami pengalaman pahit di masa yang telah berlalu.

Adanya rasa sedih itu sangat manusiawi. Sekaligus sebagai mekanisme yang Allah atur dalam diri kita agar kita bisa beradaptasi dengan hal yang membuat sedih tersebut. Terpenting, kesedihan tersebut sejatinya muncul agar kita mengingat dan terus bergantung kepada Rabb yang telah menciptakan dan mengurus diri kita selama ini.

Dan, siapa juga manusia yang tak pernah mengalami rasa takut? Dipastikan, tak ada manusia yang tak punya rasa takut dalam hatinya. Ketakutan muncul saat hati dan pikiran kita mendefinisikan hal yang akan dihadapi itu terlampau sulit, berat, memalukan, membebani moral dan membahayakan. Ketakutan membuat seseorang tak berani melangkah ke depan. Bayang bayang kegagalan, ketidakberdayaan dan aral bahaya terus menyelimuti hati dan pikirannya. Sampai ia sendiri bisa berkompromi , beradaptasi dan melakukan tindakan yang tepat untuk menghadapi ketakutan tersebut.

Bisa kita bayangkan, jika ketakutan dan kesedihan terus menggelayuti hidup seseorang? Ia akan merasa terus bersalah dalam hidup. Ia akan merasakan dirinya tak berdaya, payah dan pada akhirnya menarik diri dari beberapa interaksi sosial yang baik. Ia bahkan melabeli dirinya sebagai pecundang, loser (orang yang gagal), sampah tak berguna. Puncak puncaknya ia mulai mengalami stagnasi yang akut. Waspadalah, beberapa orang memutuskan hal yang konyol dengan cara menyakiti diri hingga bunuh diri. Sebagian yang lain memilih tindakan bodoh dengan melakukan hal hal yang melanggar syariat Allah.

Solusi seperti apa yang Allah tawarkan kepada kita kita, saat mengalami dua kondisi diatas?

Kesedihan dan ketakutan itu harusnya mendorong diri untuk membuktikan tauhid rubbubiyyah dan keistiqamahan kita sebagai seorang muslim dan mu'min.

Kesedihan dan ketakutan dengan intensitas biasa mungkin belum cukup membuat kita menyadari rubbubiyyahnya Allah terhadap diri kita. Namun saat intensitas kesedihan itu meningkat dengan rentang waktu yang lama dan juga akumulatif, maka inilah dorongan kuat yang harusnya membentuk utuh ketauhidan rubbubiyyah yang mestinya ada dalam diri kita.

Bukan malah sebaliknya, ada kesombongan dan sikap mengingkari kemahabesaran Allah dalam masalah yang menimpa dirinya.

Contoh yang sering kita jumpai, manakala datang bencana alam hampir tiap orang tetiba mengucap dan mengingat Allah, rabb mereka. Itu karena intensitas ketakutannya naik secara drastis dan ekstrim. Bahkan sekelas Firaun saja yang mengaku sebagai Tuhan, ia harus mengalami ketakutan mendalam detik detik ditenggelamkan di laut merah, sayangnya keimannya sudah tak berguna lagi waktu itu.

Kembali pada Ayat Al-Quran yang menjelaskan solusi atas kesedihan yang mendalam dan ketakutan yang ekstrim. Allah jelaskan dalam Q.S. Fusshilat ayat 30-32

{إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنزلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30) نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (31) نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ (32) }

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah, ” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

Ketauhidan Rubbubiyyah seseorang dan keistiqamahan dirinya mentaati semua aturan ketetapan Allah, membawa keselamatan dan pertolongan.

Allah akan menurunkan para malaikat-nya agar mengilhami para hambanya untuk tidak usah larut dalam kesedihan dan ketakutan.

Kondisi tersebut akan terus memperbaiki struktur pikiran orang tersebut dengan izin Allah. Disisi lain, Allah juga mengurus jalan jalan solusi dari setiap permasalahannya. Munculah energi dari husnudzan ia kepada Allah. Tumbuh subur pula kejernihan berpikirnya, muncul ide ide kreatif yang bisa meretas masalan yang tengah dihadapinya. Ada keberanian melangkah dan mengambil keputusan yang tepat. Ia akan bisa beranjak dari kesedihan dan ketakutan. Allah lah yang mengurusi semua kebutuhan dirinya. Allah turunkan sakinah pula pada hatinya.

Saat ketakutan dan kesedihan itu dilebur dengan tauhid rubbubiyyah dan keistiqamahan dirinya mengimplementasikan ketaatan kepada Allah, maka saat itulah ada kekuatan yang bisa membuat ia strugle, mampu bertahan dalam setiap kondisi sulit dan buruk sekalipun.

 

 

***

Penulis: Taufik Ginanjar (Konsultan Psikologi Remaja dan Keluarga)

Reporter: Reporter Editor: admin