Oleh: Teten Romly Qomaruddien
Ikhwâni fid dîn A’azzakumullâh ... Saudara-saudara … kaum muslimin yang berbahagia,
Patut disyukuri di pagi yang cerah ini, diiringi sinar mentari dan disaksikan cahaya siang, kita berkumpul di tempat ini dengan penuh kerelaan dan keikhlasan, merunduk dan tunduk di hadapan Allah yang Maha agung dengan iringan Takbir, Tahlil dan Tahmid. Semoga semua ini, semakin menambah kekhusyuan dan khidmat kita dalam rangka menggapai nilai-nilai fithri di hari kemenangan ini.
Nilai fithrah yang telah Allah ‘Azza wa Jalla anugerahkan, hendaknya dipelihara dan dipertahankan sehingga menjadi “nilai abadi” yang dapat menyelamatkan dunia dan isinya. Bukan saja kaum muslimin, melainkan seluruh manusia penghuni bumi ini selamat dari malapetaka (fitnah, fitan) yang mengerikan.
Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Lâ Ilâha Illallâh, Allâhu Akbar, Walillâhilhamd ... Saudara-saudara kaum muslimin, Rahimakumullâh,
Allah Tabâraka wa Ta’ala telah mengingatkan dalam Al-Qur`ânul Karîm tentang fitnah, yakni malapetaka berupa adzab yang akan menimpa ummat manusia, manakala mereka melanggar dan merusak fithrah yang telah diberikanNya.
واتقوا فتنة لا تصيبن الذين ظلموا منكم خاصة واعلموا أن الله شديد العقاب
“Hendaklah kalian takut akan fitnah (adzab Allah), di mana Allah tidak akan menimpakannya secara khusus kepada orang-orang zhalim saja. Ingatlah sesungguhnya Allah Maha keras siksanya.” (QS. Al-Anfâl/ 8: 25)
Hal ini dijelaskan oleh Rasûlullâh shalallâhu 'alaihi wa sallam dalam dialognya bersama Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallâhu 'anhâ. Beliau berkata:
“Apabila telah nampak keburukan-keburukan di muka bumi, Allah akan turunkan siksa kepada penghuninya.” ‘Aisyah pun menyangkalnya: “Bukankah di antara penduduk bumi masih ada orang-orang shalihnya?” Rasûlullâh pun menjawab: “Benar, kemudian bagi mereka (orang-orang shalih) berubah menjadi rahmat Allah.” (HR. Imam Ahmad)
Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia,
Sungguh sangat jelas, terjadinya malapetaka merupakan buah akibat dari perbuatan manusia sendiri yang melahirkan laknat Allah yang bukan hanya menimpa pelaku kezhaliman saja melainkan termasuk orang-orang shalih sekalipun, ikut menanggung beban deritanya. (Lihat: Tafsîr Ibnu Katsîr, 2/ 275 dan As-Syaukâni, Fathul Qadîr, 2/ 376)
Muhammad 'Ali Ash-Shâbuni menjelaskan: “Sesungguhnya orang-orang zhalim dibinasakan karena kezhaliman dan kemaksiatannya, sedangkan orang-orang shalih dibinasakan karena diamnya mereka, tidak mencegah kemaksiatannya itu." (Lihat: Shafwatut Tafâsir, 1/ 500)
Mengapa demikian?
Jawabannya adalah, semua itu terjadi disebabkan ummat manusia meninggalkan Al-Amru bil ma’rûf dan An-Nahyu ‘anil munkar." (Khâlid 'Abdurrahman Al-‘Akk menyebutkan dalam Shafwatul Bayân li Ma’ânil Qur’ân, hlm. 520).
Bila keduanya sirna di tengah-tengah kita, maka yang akan terjadi adalah kehancuran. Bukan hanya peradaban manusia yang binasa, agama pun menjadi rusak, bahkan ketahanan, kewibawaan dan kedisiplinan sebuah bangsa menjadi hancur berantakan karenanya.
Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Lâ Ilâha Illallâh … Allâhu Akbar, Walillâhilhamd ... Saudara-saudara yang berbahagia,
Sesungguhnya zaman terus beredar, seiring dan sejalan pertumbuhan dunia yang semakin maju, kebudayaan yang semakin terbuka dan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin mutakhir, memacu kita semua untuk lebih dapat memposisikan diri sesuai dengan zamannya tanpa harus terbawa hanyut oleh arus zaman itu, di mana gelombang tantangan dan godaannya tentu lebih dahsyat dari zaman sebelumnya.
Karena bagaimana pun, syetan la’natullâh tidak akan pernah rela melihat manusia tertunduk sujud pada aturan-aturan Penciptanya. Dan itu merupakan “Sumpah Mati” yang tidak dapat ditawar lagi, dengan segala daya dan upaya akan menggoda anak cucu Adam ‘Alaihissalam sampai hari di mana manusia dibangkitkan. Dalam rangka melancarkan missi jahatnya, syetan pun telah menyebarkan para pecumbu dan para penggoda yang handal, terlatih, masif, terorganisir dan militan dalam semua sektor kehidupan ummat manusia menurut keahlian dan profesinya masing-masing. Dengan kerja ekstra, mereka berpadu daya, bahu membahu bersama manusia menyatukan kekuatan hingga menjadi gerakan yang mapan (established).
نعوذ بك و ذرياتنا من الشيطان الرجيم
“Kami berlindung kepadaMu (yâ Allah) dan keturunan kami dari gangguan syetan yang terkutuk.”
Saudara-saudara yang berbahagia,
Dengan pandangan objektif dan penuh rasa tanggung jawab untuk mengantisipasi semua bentuk kemungkaran yang ada, di mana hampir semua lapangan kehidupan sudah dijadikan sasaran bagi pengem- bangan misi syetan yang menyesatkan dan merugikan, menuntut kaum muslimin sebagai pewaris “Agama Fithrah” untuk bangkit dan bersikap kritis dalam rangka memperbaharui mentalitas ummat dengan unsur-unsur (anâshir) perbaikan yang telah dipersiapkan.
Sekedar mengetahui sebagian persoalan ummat yang tengah dihadapi, antara lain:
1. Permasalahan Sosial dan Budaya
• Lemahnya moral masyarakat dalam melawan gelombang dahsyat pragmatisme dan materialisme menyebabkan suburnya praktek manipulasi dalam berbagai lini.
• Merosotnya budaya malu dan tidak merasa dosa atas penyimpangan, kekhilafan dan keterpaksaan melakukan perbuatan yang merugikan telah merubah paksa nilai-nilai kemanusiaan yang agamis menjadi perilaku yang animalis (kebinatangan).
• Terlalu menganga lubang filterisasi nilai-nilai budaya asing yang masuk, melahirkan masyarakat menjadi materialis-hedonis (glamour).
• Terlalu toleran (tasâmuh) terhadap budaya asli yang penuh mistik dan animistik melahirkan budaya nativisme yang penuh klenik.
• Terjadi campur aduk (iltibâs) antara haq dan bathil dalam segala urusan telah kadung menjadi mega trend di tengah masyarakat banyak.
2. Permasalahan Sosial dan Ekonomi
• Sulitnya lapangan kerja dan jarak sosial yang terlalu tajam antara si kaya dan si miskin, asri dan kumuh, produktif dan konsumtif, tawadhu’ dan agresif telah mendorong terjadinya kecemburuan sosial yang dapat menimbulkan rawannya kriminalitas.
• Persaingan para pemilik modal yang kurang sehat dalam pergaulan bisnis, mengakibatkan halalnya segala macam cara demi tercapainya cita-cita sekalipun merugikan orang banyak.
3. Permasalahan Politik dan Hukum
• Tidak stabilnya iklim politik dengan berbagai kepentingan yang merugikan bangsa dan negara menyebabkan terjadinya inkonsistensi (tidak kokohnya pendirian) dalam menegakkan hukum itu sendiri.
• Kerasnya tekanan politik asing untuk mencapai keinginan-keinginannya telah merubah sikap keperibadian negeri tertindas bagaikan seorang budak hina di depan tuannya.
4. Dan tak kalah bahayanya, dalam permaslahan pemikiran dan ideologi; Arus sekularisasi dan liberalisasi turut meramaikan “bursa kesesatan” di tengah-tengah masyarakat yang sedang kebingungan sehingga menjadi "pembenaran" terhadap maraknya faham-faham yang menyesatkan.
Di samping itu, mengkristalnya kembali wacana ortodoksi Islam pribumi yang mendengungkan kearifan lokal tanpa batas dibenturkan dengan paham keislaman lain yang dianggap tidak rahmatan lil ‘âlamîn. Hal tersebut telah menambah deretan stigma buruk terhadap Islam dengan berbagai sebutan; Islam kurang ramah lingkungan, Islam trans nasional, Islam impor, Islam radikal dan stigma lainnya.
Dalam waktu yang bersamaan, muncul pula gerakan yang mendompleng atas nama Islam; Mengobarkan revolusi (tsaurah), menyerang pokok-pokok dasar aqidah ummat Islam, menum- bangkan rukun iman dan rukun Islam serta siap menggeser kedudukkan aqidah Islam (baca: 'aqîdah ahlus sunnah wal jama’ah) di tengah-tengah kaum muslimin.
Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia,
Masih banyak persoalan-persoalan lain tentunya, namun itulah di antaranya, di mana “krisis multidimensi” telah menjadi ancaman nyata, bahaya laten bagi keutuhan bangsa dan sangat merusak sendi-sendi agama.
Sangatlah tepat apa yang pernah Rasûlullâh shalallâhu 'alaihi wa sallam isyaratkan:
ستكون فتن كقطع الليل المظلم؛ يصبح مؤمنا و يمسى كافرا، و يمسي مؤمنا و يصبح كافرا. يبيع دينه بعرض من الدنيا
“Sesungguhnya akan terjadi fitnah (malapetaka) di hadapanmu bagaikan malam gelap gulita; Seseorang di pagi hari masih dalam keadaan mukmin dan di sore hari telah berubah menjadi orang yang kufur. Di sore hari masih mukmin dan di pagi hari sudah berubah menjadi orang kufur. Dia rela menjual agamanya demi kehormatan dunia." (HR. Abu Dâwud, Kitâb Al-Fitan wal Malâhim no. 4259 dan HR. Ibnu Mâjah, At-Tatsbît fil Fitnah no. 3961 dari Abu Mûsa Al-‘Asy’ari radhiyallâhu 'anh)
Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Lâ Ilâha Illallâh … Allâhu Akbar, Walillâhilhamd …
Satu informasi yang menakjubkan, sekaligus semakin menambah keyakinan bahwa Islam adalah agama yang mampu memberikan alternatif dan solusi, bahkan mengeluarkan berbagai persoalan yang sedang dialami penduduk dunia, baik di Timur atau pun di Barat.
Sementara di negara-negara Barat, penduduknya mulai meragukan agama yang dianutnya sehingga terjadi penurunan drastis. Hal ini dikemukakan seorang misionaris sehubungan dengan hancurnya gereja-gereja di Eropa yang "kelabakan" dihantam nilai-nilai sekularisme, modernisme dan klenikisme. (Lihat: Adian Husaini dalam Akhir Sejarah Umat Islam Indonesia, http: // yisc.al-azhar. or.id) sebagai berikut; Di Amsterdam misalnya, 200 tahun lalu 99 persen penduduknya beragama Kristen. Kini, tinggal 10 persen saja yang dibaptis dan pergi ke gereja. Kebanyakan mereka sudah tidak terikat lagi dalam agama atau sudah menjadi sekuler. Di Prancis, yang 95 persen penduduknya tercatat beragama Katolik, hanya 13 persen saja yang menghadiri kebaktian di gereja seminggu sekali. Pada 1987, di Jerman, menurut laporan Institute for Public Opinian Research, 46 persen penduduknya mengatakan, bahwa “Agama sudah tidak diperlukan lagi.” Di Finlandia, yang 97 persen Kristen, hanya 3 persen saja yang pergi ke gereja tiap minggu. Di Norwegia, yang 90 persen Kristen, hanya setengahnya saja yang percaya pada dasar-dasar kepercayaan Kristen. Juga, hanya sekitar 3 persen saja yang rutin ke gereja tiap minggu.
Masyarakat Kristen Eropa juga tergila-gila pada Paranormal, mengalahkan kepercayaaan mereka pada pendeta atau Imam Katolik. Di Jerman Barat (sebelum bersatu dengan Jerman Timur) terdapat 30.000 pendeta, tetapi jumlah peramal (dukun klenik/ witchcraft) mencapai 90.000 orang. Di Prancis terdapat 26.000 imam Katolik, tetapi jumlah peramal bintang (astrolog) yang terdaftar mencapai 40.000 orang. (Lihat: Adian, 2002: hlm. 01)
Sangatlah keliru seandainya di abad ini masih ada manusia yang memiliki penilaian bahwa Islam merupakan agama yang menakutkan, menjadikannya sesuatu yang bahaya, phobi dan menganggap- nya musuh yang wajib diperangi dan diberangus sebagaimana anggapan orang- orang Barat: “Setelah keruntuhan ideologi Komunisme Soviet di Timur, musuh satu-satunya Barat adalah Islam.” Dengan dalih itulah, mereka menghadapkan moncong senjatanya ke negeri-negeri Islam dengan menggelar drama murahan, menyebar fitnah (petaka) dan tuduhan atas nama missi perdamaian dan keadilan, berlaga bak polisi dunia (globocop) dan pelindung Hak Asasi Manusia (HAM). Ternyata, semua itu hanya sebatas isapan jempol dan retorika munafik yang dikemas untuk menutupi kelemahan dan kebobrokannya. Tak ubahnya seperti macan tua ompong yang kehilangan kekuatan tapi masih ditakuti lawan-lawannya.
Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Lâ Ilâha Illallâh … Allâhu Akbar, Walillâhilhamd …
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, sebuah fakta dan data yang tak dapat dibantah, merupakan bukti yang tak mungkin dipungkiri bahwa cerminan “masyarakat yang rusak dan sakit” tak akan mendatangkan kemashlahatan, justeru sebaliknya hanya akan semakin meluaskan kemadharatan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta semakin tingginya pengetahuan hanya akan menuai bencana dan Petaka Akhir Zaman manakala dasar-dasar moral dan prinsip-prinsip samawy/ rabbany (ajaran-ajaran wahyu) diabaikan oleh seluruh penghuni bumi ini. Oleh karenanya Rasûlullâh shalallâhu 'alaihiwa sallam turut mendo’akan dan memohon perlindungan kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar ummatnya diselamatkan dari bencana dan adzabNya yang sangat dahsyat.
Abdullah Ibnu Umar radhiyallâhu ‘anhu menceritakan bahwa Rasûlullâh datang menghadap kaum Muhajirin seraya berkata: “Allah akan menimpakan bencana disebabkan lima perkara: a) Tidaklah merajalelanya perzinahan di suatu kaum, melainkan Allah akan turunkan wabah penyakit yang tidak pernah terjadi pada masa-masa sebelumnya, b) Tidaklah perbuatan curang (mengurangi sukatan dan timbangan, manipulasi) dilakukan sebuah kaum, melainkan Allah timpakan kesulitan bertahun-tahun lamanya dan sulitnya mendapatkan pertolongan, c) Tidaklah orang-orang kaya mereka enggan membayar zakat, melainkan Allah akan menahan barakah hujan dari langit, kalaulah bukan karena sayang terhadap binatang ternak di muka bumi, hujan itu tak akan Allah turunkan, d) Tidaklah mereka mengingkari janji Allah dan RasulNya, melainkan Allah datangkan kesulitan lain berupa musuh yang akan merampas apa yang dimilikinya, dan e) Apabila pemimpin mereka menolak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah, melainkan Allah jadikan siksa di antara mereka.” (HR. Ibnu Mâjah, Fî Abwâbil Fitan, Bab ‘Uqubat, hadits no. 4019).
Dan jalan satu-satunya yang akan menyelamatkan kita adalah kembali kepada “Dienul Fithrah” dengan pemahaman yang benar, yakni agama suci di mana Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan kitabNya sebagai aturan hidup; Satu kitab yang menceritakan kejadian-kejadian masa silam, satu kitab yang menginformasikan kejadian-kejadian yang terjadi kemudian dan sekaligus sebagai penuntun hukum dalam kehidupan. Siapa saja yang meninggalkannya dengan sengaja dan menunjukkan kebencian, sungguh Allah akan merobek-robek dan menghancurkannua. Siapa saja yang cenderung memilih petunjuk selain petunjuk Allah, maka mereka akan tersesat. Kitabullah itu merupakan tali yang sangat kuat (hablullâh al-matîn), merupakan juru peringatan yang sangat bijak (ad-dzâkirul hakîm) dan ia merupakan jalan petunjuk yang lurus (as-shirâth al-mustaqîm).
Kaum muslimin … Rahimakumullâh,
Di tengah-tengah gelimangnya dosa dan kemaksiatan, kerasnya persaingan hidup yang kita rasakan, derasnya fitnah dan cobaan membuat kita kesal untuk tidak menerima kenyataan, cobaan demi cobaan terus menghunjam menggoncang benteng keimanan menjadikan kita hilang keseimbangan untuk tidak menerima keadilan Tuhan, bahkan hidup terasa membosankan membuat putusnya harapan. Semoga Allah Tabâraka wa Ta’alâ memberikan kekuatan dan ketabahan kepada kita untuk senantiasa memegang teguh AgamaNya …
Yaa Allah … Ya Tuhan kami, masukkanlah kami ke dalam Islam dengan cara yang baik dan keluarkanlah kami ke tengah-tengah masyarakat dengan cara yang baik pula …
Kalau sekiranya kami tergoda, dalam melaksanakan tugas kami terhadapMu … Ya Allah, berilah kami bantuan dan perlindungan langsung dari sisiMu ...
KepadaMu lah kami curahkan isi hati kami, yang dapat dan yang tidak dapat kami lahirkan dalam ungkapan kata-kata …
Engkau Dzat yang Maha mendengar dan Maha mengetahui ...
Singkapkanlah hati kami ya Allah,
supaya kami dapat mensyukuri nikmat karunia, yang telah Engkau limpahkan kepada kami dan kepada kedua orang tua kami, juga orang-orang yang beriman kepadaMu supaya kami termasuk orang-orang yang beramal shalih. Masukkanlah kami ke dalam hamba-hambaMu yang shalih pula, dengan rasa kasih dan sayangMu …
Selamatkan kami di dunia ya Allah ... Selamatkan kami di akhirat kelak, jauhkanlah kami dari adzab neraka yang amat dahsyat …
Rabbanâ zhalamnâ anfusanâ … Rabbanaghfirlanâ wa liwâlidainâ ... Rabbanâ hab lanâ ... Allâhumma Arinâl haqqa haqqan …
Subhânakallâhumma wa bihamdika asyahadu an lâ ilâha illâ anta astaghfiruka wa atûbu ilaika ... TAQABBALALLÂHU MINNÂ WA MINKUM.
Aqûlu qailie hâdza was salâmu ’alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh. (@Ditulis di Madinah Al-Munawwarah, 08 Ramadhan 1440 H./ 13 Mei 2019 M.)
______
Penulis adalah: Anggota Dewan Hisbah PP. Persatuan Islam (Komisi 'Aqiedah), Anggota Fatwa MIUMI Pusat (Perwakilan Jawa Barat), Wakil Sekretaris KDK MUI Pusat, Ketua Bidang Ghazwul Fikri & Harakah Haddâmah Pusat Kajian Dewan Da'wah dan Ketua Prodi KPI STAI Persatuan Islam Jakarta.