Luruskan Statemen Said Aqil, Haris Muslim: Standar Kebenaran itu "Al-Quran dan Sunnah".

oleh Reporter

31 Januari 2019 | 09:37

Bandung - persis.or.id, Statemen ketua umum PBNU, Said Aqil Sirajd, yang menyebutkan tokoh  imam masjid mesti dari NU dan menafikan yang lain ternyata jadi polemik di masyarakat muslim Indonesia.

Terkait hal itu Sekretaris Umum PP Persis H. Haris Muslim Lc. MA., menanggapinya santai dan meminta agar umat tetap menjaga iklim persaudaraan.

"Saya berpikir KH Said Aqil lagi bercanda, karena salahnya ditinjau dari standar apa?", ujar Haris, saat diwawancara di ruangannya, Rabu (30/01/2019).

Haris menyampaikan juga bahwa kebenaran itu bukan hak preogratif suatu kelompok atau ormas Islam tertentu. Ia menyebutkan, dalam Islam standar kebenaran itu adalah Al-Quran dan Sunnah.

"Kita megaku sebagai ahlu sunnah wal jamaah, berarti sesuatu yang benar itu bukan ditentukan oleh kelompok tertentu. Standarnya kebenaran harus memakai Al-Quran dan Sunnah", jelas Haris.

Sah-sah saja jika selama ini Said Aqil mengkritik orang-orang yang diluar kelompoknya, yang dianggap salah karena membidah-bidahkan.  

Namun Haris memandang saat ini justru posisi itu dilakukan oleh Said Aqil dengan cara mengklaim hanya NU yang benar, selainnya adalah salah.

 "Saya berpikir kalau mungkin yang dimaksud standar kebenaran dan kesalahannya itu standar dari NU, ya silahkan saja tetapi, standar kebenaran dalam kita menjalankan agama dan hidup berbangsa bernegara tidak bisa diukur oleh kelompok tertentu", ungkap Sekretaris Umum PP Persis itu.

Kalau ini statemen serius dari Said Aqil, menurut Haris hal tersebut dinilai sebagai sebuah arogansi yang berpotensi memecah persaudaraan umat.

"Tetapi kembali saya melihat, nampak nampaknya KH. Said Aqil sedang bercanda, sehingga kita kembali fokus kepada kehidupan berbangsa dengan damai dengan tidak saling membenarkan kelompok sendiri  dan menyalahkan  kelpmpok orang lain", jelasnya.

PP Persis berharap dari di tengah situasi yang sangat sensitif ini agar bisa menjaga statemennya tidak membuat statemen yang bisa memancing di air keruh sehingga dampaknya bisa menimbulkan kegaduhan dan menimbulkan respon negative dari berbagai kalangan.

Haris berpesan kepada seluruh kader jamiyyah Persis, bahwa statemen tersebut tak usah diperpanjang.

"Kita harus mengakhiri statemen ini, jangan terlalu diperpanjang, justru akan menjadi rugi dua kali kalau ternyata kita tanggapi atau kita respon dengan serius", pungkas Haris. (HL/TG)

Reporter: Reporter Editor: admin