Membaca dan Menyikapi Kejahatan Kemanusiaan China terhadap Muslim Uyghur

oleh Reporter

20 Desember 2018 | 02:31

Bandung – persis.or.id, Di sela-sela Muskernas IV PP Persis, Yusuf Burhanudin, Lc. M.Pd.I ketua bidang garapan Hubungan Luar Negeri (Hubluneg) angkat bicara mengenai persoalan yang dirasakan Muslim Uyghur.

Hal yang melatarbelakangi penahanan hingga pembantaian klan Muslim Uyghur di provinsi Xinjiyang China itu, menurut Yusuf, lebih kepada kekhawatiran pemerintah China terhadap pertumbuhan dan perkembangan Muslim Uyghur.

“Kecemasan China juga dipicu karena secara ras dan juga budaya, Muslim Uyghur lebih dekat kepada klan Turki ketimbang kepada bangsa china”, ujar Yusuf yang juga akrab disapa YB.

Di Xinjiyang China terdapat beberapa dinasti diantaranya adalah dinasti Han dan dinasti Hui.  Diterangkan oleh YB bahwa Dinasti Hui merupakan kelompok Muslim terbesar di China dan mereka mendapatkan banyak bantuan hidup serta terlihat lebih aman.

“Karena memang, secara ras dan budaya lebih sama dengan orang-orang China pada umumnya”, jelas YB kepada persis.or.id, (09/12/2018).

Sementara Uyghur, lanjut YB, karena lebih mirip klan Turki sehingga mereka distigma oleh China memiliki semangat agama yang bisa melakukan gerakan separatis.

Kemiripan Muslim Uyghur dengan Turki ataupun bangsa Atroks seringkali mereka disebut sebagai Islamic Movement (Islam Turkistan Timur).

YB menilai adanya indikasi Muslim Uyghur melakukan tindakan melawan disebabkan adanya diskriminasi yang dilakukan pihak pemerintah China.

“Ketidakadilan otoritas China dalam memberikan hak-hak sipil kepada warga negaranya, Inilah yang sesungguhnya kita kecam”, ungkap Yusuf Burhanudin (YB).

YB kembali menekankan bahwa persoalan Muslim Uyghur bukan semata persoalan agama tetapi sudah masuk dalam persoalan kemanusian yang paling mendasar.

“China tidak memberikan hak ras budaya, bahkan laporan PBB mereka menahan para muslim Uyghur di kamp konsentrasi, hingga mencapai 1 juta orang disana”, tandas YB.

Adapun adanya pelarangan ritualitas ibadah, pelarangan berjilbab bagi kaum perempuannya dan hingga jenggot panjang bagi laki-lakinya, disebutkan YB sebagai upaya China untuk mengikis agama agar tidak menjadi kekuatan gerakan separatis tersebut.

Hak-hak fundamental sebagai manusia, dirampas oleh pemerintah China. Mereka juga dinilai telah melakukan tindakan diskriminatif terhadap Muslim Uyghur.

“Saya kira ini wajar terjadi, karena memang hak-hak sipil tidak diberikan kepada mereka dan memang harus diakui juga china juga memberikan pengakuan yang luar biasa terhadap Muslim lainnya karena etnisnya China yaitu bangsa Hui yang adalah muslim terbesar di Tiongkok”, terang YB.

Muslim Hui diberi perlakukan pada umumnya warga China lainnya, walaupun masih dalam pengawasan ketat pihak pemerintah China.

Ketua Hubluneg PP Persis itu menghimbau, agar pemerintah RI khususnya Presiden langsung memberikan statement tegas, agar China tidak diskriminatif terhadap warganya.

“Kita sangat menentang diskriminasi ras, budaya untuk gerakan-gerakan phobia terhadap Islam”, tambahnya.

YB memandang tindakan diskriminatif China hampir mirip ke arah genosida, tetapi seporadisnya agak rendah dibanding dengan pembantaian yang terjadi di Rohingya

Ada indikasi Muslim Uyghur ditahan dan dikekang agar tidak bisa sampai mendominasi di wilayah Xinjiang.

“Sebagimana kita ketahui bahwa Xinjiang adalah jalur sutera, jalur perdagangan yang sangat luar biasa  dimana sumber daya alamnya juga memiliki kekayaan yang tidak terhingga”, ujar YB.

Hal tersebut menjadi sangat penting bagi pemerintah China untuk mempertahankan ataupun melindungi Xinjiang dari pengaruh-pengaruh suku dan budaya yang lain, terutama dari mendomiasinya umat Islam di Uyghur

“China berusaha memberhentikan agama tidak tumbuh menjadi perekat sosial dan perekat ukhuwah, sehingga jika tidak diberhentikan pemberontakan dianggap akan lebih kuat”, ucap YB.

Ketua Hubluneg PP Persis itu menegaskan bahwa Persis juga turut mengutuk keras persoalan ketidakadilan dan kekerasan otoritas China terhadap Muslim Uyghur.

YB menyarankan agar PP Persis bekerjasama dengan ormas-ormas lainnya untuk kemudian menyerukan persoalan ini dikarenakan sudah mendesak.

Perlakuan tak manusiawi, penyiksaan dan perampasan hak hidup secara seporadis dilakukan China dalam waktu yang cukup panjang.

“Penderitaan Muslim Uyghur sudah cukup panjang dan media tidak memberitakanya, sebagaimana kita ketahui bahwa China itu sangat represif terhadap media, mereka bisa membungkam media, apalagi media-media sosial”, pungkasnya. (HL/TG)

Reporter: Reporter Editor: admin