Eksistensi mahasiswa merupakan pelopor perubahan dalam berbagai ranah, baik sosial maupun politik, regional maupun nasional. Kaum intelektual yang identik dengan keberanian dan daya juang yang tangguh, mampu membaca dan mengartikulasikan potensi maupun semangat yang di milikinya. Selain itu kaum intelektual yang terdidik dari kalangan mahasiswa merupakan sebuah modal yang berharga bagi sebuah perubahan kerakyatan, keumatan, kebangsaan.
Hima Persis, membaca dua potensi diatas sebagai dua tugas yang sangat urgen untuk dilaksanakan sebagai sebuah gerakan mahasiswa. Pertama, eksternal, kedua internal. Secara eksternal, Hima Persis harus melakukan upaya pembelaan terhadap kepentingan umat dan kebutuhan masyarakat. Saat bersamaan, posisi Hima Persis mempunyai peranan akan keberadaannya sebagai agent social of change. Sebagai komunitas mahasiswa, Hima Persis semestinya mempunyai sifat kepekaan dan sensitifitas terhadap persoalan-persoalan keumatan dan kemasyarakatan, untuk kemudian direspon, dirumuskan, dan dicarikan solusinya dengan nalar yang jernih. Sehingga produk pemikiran kader Hima Persis tidak terpisah dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Inilah yang kami sebut social movement.
Sedangkan secara internal, Hima Persis harus melakukan kaderisasi di tingkat mahasiswa [kader inti] untuk kemudian melakukan pembinaan secara intelektual yang intensif. Posisi mahasiswa yang senantiasa bertapa di lingkungan kampusnya, merupakan bekal ilmu bagi sebuah kesiapan konsep akan pengabdiannya dimasyarakat. Diskusi-diskusi rutin, dialog-dialog intelektual, interaksi-interaksi pemikiran dan pergelaran mimbar bebas, merupakan wahana bagi pembekalan mahasiswa akan teori-teori keilmuan. Inilah kemudian yang kami maksud dengan student movement.
Posisi leadership Hima Persis sangat menentukan bagi arah dan futuristiknya estafeta organisasi; yang kemudian akan mengaktualisasikan dan mengimplementasikan platform, cita-cita maupun agenda organisasi. Peralihan estafeta kepemimpinan harus melalui mekanisme yang legal formal yakni; Muktamar. 23-25 September lalu, Alhamdulillah Hima Persis telah sukses melaksanakan Muktamar VIII di Bandung.
Dengan tema yang diusung pada Muktamar VIII:”Reposisi Gerakan Mahasiswa Muslim, Menjaga Kedaulatan Bangsa”, Hima Persis berharap menjadi bagian dari gerakan mahasiswa muslim nasional yang berkomitmen menjaga bangsa dan negara Indonesia yang telah diperjuangkan dengan darah para syuhada.
Muktamar VII Hima Persis bertujuan untuk meningkatkan komitmen kader Hima Persis dalam upaya membangun jiwa kepemimpinan yang berdaya saing tinggi. Kemudian, mengevaluasi pelaksanaan amanat program kerja PP Hima Persis Periode 2013-2016, yang kemudian dalam pelaksanaanya seluruh Muktamarin melalui perwakilan pimpinannya menerima tanpa syarat seluruh Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) PP Hima Persis periode 2013-2016. Kemudian, Muktamar VIII ini juga menetapkan amandemen Qaidah Asasi dan Qaidah Dakhili, GBHO, dan Pedoman-Pedoman di organisasi HIMA PERSIS. Serta, terakhir, memilih dan menetapkan ketua umum Pimpinan Pusat Hima Persis selanjutnya.
Pembukaan Muktamar VIII pada hari Jum’at 23 September 2016 digabung dengan Muktamar Himi Persis bertempat di Gedung Qarnul Manajil Bandung, dihadiri lebih dari 200 kader hima Persis dari berbagai Pimpinan Wilayah (PW), Pimpinan Daerah (PD) dan Pimpinan Komisariat (PK) se-indonesia, diantara PW yang hadir ialah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jogjakarta, Jawa Timur, Riau dan Maluku, serta 12 PD dan 13 PK. Dalam pembukaan Muktamar VIII ini, ketua umum PP Persis, KH. Aceng Zakaria mengamanahkan kepada kader Hima Persis untuk senantiasa menjadi kader Ummat yang pandai berpikir dan tidak lupa berdzikir. KH. Aceng Zakaria juga mengingatkan kader Hima Persis untuk senantiasa berusaha menjadi kader yang ulul albab (memiliki kecerdasan pikiran), ulin nuha (yang bisa menahan diri dari maksiat dan keburukan), ulil abshar (pandangan yang dalam dan berbobot), ulul ilmi (berpikir ilmiah, dengan bukti dan dalil) dan uli aidah (memiliki kekuasaan yang digunakan untuk kebajikan). Setelah memberikan sambutan, KH. Aceng Zakaria berkenan membuka muktamar dengan tiga ketukan palu sidang. Setelah pembukaan usai, muktamirin kemudian melanjutkan rangkaian persidangan di Gedung Kampus STAIPI Bandung.
Secara keseluruhan sidang-sidang muktamar berlangsung dengan lancar. Terdapat beberapa perubahan yang dihasilkan khususnya dalam pembahasan QA-QD yang terkait dengan strukur kepengurusan, pedoman-pedoman dan yang lainnya. Dalam sidang pemilihan Ketua Umum umum berlangsung dengan lancar, dalam penentuan calon terdapat tiga bakal calon yang terpilih yaitu saudara Nizar Ahmad Saputra, Ridwan Rustandi dan Alam Permana dengan menggunakan sistem one delegation one vote (satu level pimpinan satu suara). Dalam penentuan bakal calon ini saudara Nizar mendapatkan 45 suara, Ridwan mendapat 31 suara, dan Alam mendapat 3 suara. Karena syarat menjadi calon harus mendapatkan minimal 10 suara, maka calon terpilih menjadi 2 orang yakni Nizar dan Ridwan. Setelah itu dilaksanakan uji kriteria calon dan penyampaian visi-misi, dan kedua calon tersebut dinyatakan lolos uji criteria. Setelah itu dilangsungkan pemilihan ketua umum dengan sistem one man one vote (1 orang peserta utusan 1 suara). Dalam pemilihan tersebut saudara Nizar mendapat 49 suara dan Ridwan mendapatkan 29 suara dan 1 suara abstain. Dengan demikian saudara Nizar Ahmad Saputra berhak menjadi Ketua Umum PP Hima Persis Periode 2016-2018.
Nizar Ahmad Saputra yang terpilih kembali menjadi nahkoda Hima Persis dua tahun kedepan dalam pemaparan visi dan misinya, akan melanjutkan program pengkaderan di Hima Persis dan mulai menegaskan Nilai Identitas Kader (NIK) Hima Persis sebagai Negarawan Reformis. Epistemology Ulul Albab (yang menjadi falsafah gerakan Hima Persis semenjak berdiri) dengan Negarawan Reformis mempunyai relevansi yang kuat. Bahkan, dengan konsepsi negarawan reformis bisa dijadikan landasan strategis dan taktis dalam langkah gerakan Hima Persis, baik itu pada posisinya sebagai bagian otonom Persis, maupun sebagai gerakan Mahasiswa. Nilai Identitas Kader tersbut tertuang dalam buku Negarawan Reformis: Identitas Kader Hima Persis, yang ditulis sendiri oleh Ketua Umum dan disahkan dalam Muktamar VIII Hima Persis.
Akhirnya, Hima Persis adalah aset Jam’iyyah Persis. Sudah selaiknya, para kader memosisikan diri sebagai kader yang siap meneruskan perjuangan Persis di masa depan. Hima Persis setelah Muktamar, harus konsen untuk menjalankan keputusan-keputusan Muktamirin. Mulai memperluas wilayah dakwahnya sampai ke berbagai pelosok daerah. Solid internal dan produktif melahirkan ide dan gagasan serta membumikannya. Hima Persis adalah kaki dan tangan dakwah Persis di bilik-bilik kelas universitas.