Bandung - persis.or.id, Orang alim hanya berani menyampaikan apa yang diketahuinya. Tapi seorang alim yang bijak tidak akan menyampaikan segala yang diketahuinya kepada setiap orang.
Suatu saat Rasulullah menyampaikan berita gembira kepada Sahabat Muadz Bin Jabal, "Siapa saja yang menyatakan tiada tuhan selain Allah dengan tulus murni dari hatinya, ia pasti masuk sorga".
Betapa gembiranya Muadz dengan sabda Rasulullah itu. Ia meminta izin, "Wahai Rasulullah, bolehkah aku sebarkan berita gembira ini kepada manusia?". Rasul menjawab, "Jangan!, nanti mereka bergantung kepada kata - kata tersebut!".
Imam Bukhary membuat judul untuk hadits itu dalam Sahihnya, Kitab Al Ilmu, kurang lebih jika diterjemah bebas adalah, "Bab tentang seorang pemimpin memberi pelajaran ilmu mengkhususkan kepada satu kaum dan tidak mengajarkan kepada kaum yang lain karena khawatir tidak difahami dengan benar".
Rasulullah bukan sekedar 'alim tetapi hakim / amat bijak. Mengabarkan ilmu adalah wajib. Tapi tidak wajib mengabarkan setiap ilmu kepada setiap orang.
Ilmu dan berita yang amat manfaat bisa jadi malapetaka jika diajarkan kepada orang yang tidak tepat. Muadz Bin Jabal baru menceritakan ilmu yang penting
Muadz Bin Jabal baru menceritakan ilmu yang penting itu di saat menjelang tutup usianya, ketika beliau menilai keluarga dan handai taulannya dipandang sudah cukup cakap untuk memahami sabda Nabi yang mulia itu, karena beliau juga khawatir ada ilmu yang belum tersampaikan pada saat ajal telah menjemputnya.
Kerusakan bukan hanya karena ilmu tidak disebarluaskan, tetapi juga karena menyebarkan sembarang ilmu kepada sembarang orang. Sebagaimana kerusakan juga terjadi bukan hanya sebab menyembumyikan berita, tetapi juga karena orang menyebarkan setiap berita yang didapatinya kepada sembarang orang.
Rasulullah mengingatkan dalam hadits Riwayat Imam Muslim, "Cukup seorang jadi berdosa disebabkan selalu menyampaikan apa saja yang didengar atau diketahuinya".
Tidak mudah memang menjadi orang yang pintar sekaligus bijak seperti Rasulullah. Sebagaimana tidak mudah juga bersabar menjaga segala yang diketahui untuk tidak diberitakan kepada sembarang orang.
Jeje Zaenudin Abu Himam: Bekasi, 8 Syawal 1440