Pelampiasan dan Kenyataan

oleh Reporter

31 Desember 2018 | 07:52

Tibalah waktunya nanti kita berada di kondisi yang membuat perasaan dan pikiran tertekan (stress). Adanya sesuatu yang membuat kita kecewa berat. Adanya kenyataan hidup yang terasa ngilu di ulu hati kita. Lamanya menanggung beban, membuat kita frustasi menjalani sebuah kenyataan waktu itu.

Disinilah, setan melakukan provokasi di dalam hati. Ia membisikan banyak ide ide gila. Ide ide pelampiasan yang terlihat sebagai solusi (meski itu semu). Sekalipun hati nurani kita menyadari bahwa pelampiasan tersebut adalah hal yang salah.

Ia butuh menyeimbangkan pikirannya, agar tidak terus terusan merasa sakit dijangkiti kefrustasian.

Pelampiasan itu sebagai bentuk perlawanan dirinya menghadapi kenyataan. Kenyataan yang tak mampu ia terima dan maknai sebagai sebuah ujian dari Allah. Ketidakmampuan itu disebabkan karena ketidakbergantungan dirinya terhadap Rabb yang selama ini mengurusi segala hidupnya.

Pelampiasan yang buruk, mengandung konsekuensi yang buruk juga. Alih alih mau melepaskan diri dari masalah, justru timbullah masalah masalah baru.

Di titik ini, harusnya membuat seseorang mengeluarkan potensi kecerdasan Emosional dan Spiritualnya. Itulah kecerdasan yang pasti ada dalam diri tiap manusia. Semakin dibenturkan dengan masalah, semakin bisa terasah kecerdasan tersebut.

Orang yang mampu mengelola kecerdasan emosional dan spiritualnya dengan baik, akan memilih pelampiasan yang baik. Pelampiasan yang baik (yang tak melanggar syariat) memiliki konsekuensi yang baik pula.

Misal, saat seseorang mengalami frustasi, ia memilih untuk habis habisan mendekat kepada Allah. Habis habisan mengevaluasi dirinya, dan berusaha keras berpikir mencari solusinya.

Atau, dengan cara bekerja ekstra. Makan ekstra, tidur ekstra, silaturahim ekstra, belajar dan mempelajari sesuatu dengan ekstra, nulis ekstra produktif, baca buku baca quran sangat ekstra, dan lainnya.

Sampai sampai ia menyadari titik terlemahnya sebagai manusia. Ia berserah diri kepada Rabb-nya. Menangislah, menangislah dan akui kelemahan juga kehinaan diri kita di hadapan Allah. Menangislah, karena salah kita sendiri melakukan dosa. Dosa itu yang mengundang malapetaka dalam hidup kita. Tapi Allah mahabaik, Dia mengingatkan dan menggiring mu agar kau bisa kembali mengingat dan taat lagi kepada-Nya.

Pelampiasan buruk, tak akan mengubah kenyataan jadi membaik. Tetapi pelampiasan yang baik akan mengubah kondisi kenyataan ke arah yang lebih baik. Lampiaskan saja segala beban beratmu itu dengan menangis dan bersujud kepada Rabb semesta alam, Allah SWT. Kenyataan terbaik, akan segera kau dapati.

 

 

***

Penulis: Taufik Ginanjar (Konsultan Psikologi Remaja dan Keluarga)

Reporter: Reporter Editor: admin