Pemuda Persis Kirim Kader Da’i-nya ke Muara Siram Kaltim

oleh Reporter

19 Agustus 2015 | 10:10

Muara Siram adalah salah satu kampung terpencil yang ada di tepian sungai Bongan Kab. Kutai Barat Kalimantan Timur. Untuk menuju kampung Muara Siram, kita harus melewati jalan berbatu sejauh 4 km dari jalan poros Provinsi. Penduduk Muara Siram mayoritas suku Kutai yang berbahasa Melayu. Orang-orang Kutai telah memegang teguh agama Islam sebagai identitas sukunya. Penduduk yang tinggal di Muara Siram ada sekitar 300 kepala keluarga. Mata pencaharian masyarakat di sana di antaranya ada yang bertani, menyadap karet, usaha sarang walet, penebang kayu di hutan dan lain-lain. Namun ketika berdiri sebuah perusahaan sawit di kampung ini, masyarakat banyak yang beralih menjadi buruh di perusahaan sawit tersebut. Di tengah-tengah masyarat Muara Siram terdapat Taman Pendidikan Al-Qur’an Pesantren As-Somadiyah, pesantren ini telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat kampung Muara Siram. Hampir semua orang tua sekarang yang ada di kampung ini pernah mencicipi pendidian Al-Qur’an di pesantren ini. Lembaga pendidikan ini dirintis pada tahun 1976 oleh KH. Abdus Somad dari Samarinda dan Pak Hamzah Kasim. Beliau berdua adalah aktivis dakwah yang telah banyak mengislamkan masyarakat dayak di Kecamatan Bongan. Setelah keduanya meninggal dunia, lembaga pendidikan ini dikelola oleh Mansyah, anak Pak Hamzah Kasim dan didanai oleh Yayasan Jamiatul Mualaf yang didirikan oleh KH. Abdus Somad. Pak Mansyah memiliki jaringan dakwah dengan Ustads Al-Hafidz Ibnul Qayyim yang tiada lain merupakan ketua PW Persis Kaltim. Melalui Ust. Qoyyim inilah Pak Mansyah meminta bantuan untuk dikirimkan da’i ke kampungnya. Sejalan dengan program kaderisasi da’i di PP Pemuda Persis, akhirnya diutuslah Muhamad Ihsan yang juga Alumni STAI Persis Garut untuk menjadi da’i dan sekaligus menjadi pengajar di pesantren As-Somadiyah Muara Siram pada bulan Januari 2015. “Ketika saya tiba di kampung ini, saya langsung menjalankan pelajaran pertama mengajarkan Al-Qur’an kepada anak santri pesantren As-Somadiyah. Tidak banyak yang hadir ketika itu, hanya sekitar delapan orang-an. Setelah ada berita guru baru yang mengajar di kampung, sejak itu banyak anak-anak kampung berduyun-duyun ingin mengaji. Sehingga tercatat ada sekitar 80 santri yang ikut mengaji, namun hingga sekarang yang aktif mengaji rutin sekitar 30 orang,” tutur Ihsan. Menurut Ihsan, kegiatan belajar mengajar seperti layaknya di TPA atau TQA, diawali dengan materi agama Islam secara klasikal lalu dilanjutkan dengan mengajar Al-Qur’an secara privat. Pelajaran seperti tata cara beribadah, doa-doa sehari-hari, tajwid-tahfidz, tarikh nabi dan yang lainnya telah menjadi materi yang diajarkan sejak Januari lalu. Selain mengajar mengaji anak-anak kampung Muara Siram. Adapula program dakwah lainnya seperti khatib jum’at, pengajian ibu-ibu dan kajian keislaman di SMP dan sekolah-sekolah lainnya. Selama mengabdikan diri di daerah ini, Ihsan dibantu pendanaan oleh AMCF (Asian Muslim Charity Foundation), selain dari PP Pemuda Persis. Atas inisiatif kedua lembaga ini, masyarakat Muara Siram, di antaranya, mendapatkan manfaat cukup besar karena memperoleh tenaga da’i yang segar dan mumpuni sehingga masyarakat dapat terbina. Tentu saja, ke depan perlu dipikirkan kaderisasi da’i secara lebih permanen melibatkan penduduk sekitar agar dakwah dengan kualitas yang baik dapat terus dipertahankan di kawasan ini. Ini harus menjadi perhatian bersama dengan membuat program lain untuk mewujudkan keinginan dan cita-cita tersebut.   Laporan: Muhammad Ihsan (persis.or.id).
Reporter: Reporter Editor: admin