Bandung – persis.or.id, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia menggandeng Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis) untuk meningkatkan kesadaran santri dan pihak pesantren terhadap Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).
Bentuk program kerjasama itu dikemas dalam sebuah acara yang bertajuk Orientasi Asatiz dan Santri Optimialisasi Germas dan Eliminasi TBC, diselenggarakan di Puteri Gunung Hotel, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Rabu (10/10/2018).
Diterangkan oleh Bidgar Sosial PP Persis sekaligus penanggungjawab Program, Nanang Hendrayatna, bahwa program tersebut menggarap 20 pesantren yang tersebar di 10 kota kabupaten di Jawa barat.
Ia menambahkan bahwa Program itu sebagai ikhtiar mewujudkan pesantren dan santri sehat di lingkungan jamiyyah persatuan Islam.
“Target jangka pendek dari program ini adalah adanya gerakan di lingkungan pesantren dengan kegiatan kegiatan yang ada kaitannya dengan indikator GERMAS dan upaya mencegah penyakit TBC”, ungkapnya.
Pendamping program Germas Kemenkes RI, Bayu Aji mengatakan, eliminasi penyakit TBC di Indonesia menjadi program prioritas Kemenkes. Pasalnya, penyakit TBC sangat membahayakan dan jumlah penderitanya dan kasus TBC di Indonesia terus bertambah.
Karena itu, Kemenkes memandang perlu untuk memberikan edukasi mengenai bahanya dan penaggulangan penyakit TBC ini. Karena dari segi jumlah dan kasus penderita TBC terus bertambah, ujarnya kepada wartawan usai menjadi pemateri.
Menurut Bayu, penyakit TBC merupakan penyakit menular yang bisa menyerang siapa saja. Dan Indonesia menjadi salah satu negara dengan kasus penyakit TBC sangat tinggi.
Penyakit TBC ini sangat berbahaya dan menular. Jadi harus ditangani termasuk mengetahui gejala-gejalanya sehingga masyarat bisa melakukan antisipasi, ungkapnya.
Dijelaskannya, pihaknya bekerja sama dengan Persis untuk berusaha mengeliminasi TBC. Upaya yang dilakukan adalah dengan mengoptimalsiasikan Germas di lingkungan pesantren. Karena menurutnya, lingkungan dengan banyak orang seperti pesantren menjadi tempat yang berisiko tinggi tertular penyakit TBC.
Satu orang dalam satu ruangan terjangkit TBC, maka rekan-rekan satu ruangannya berpotensi besar tertular TBC, terangnya.
Diakuinya, penyakit TBC bisa disembuhkan dengan pengobatan. Namun dalam penyembuhannya membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama.
Jadi daripada terjangkit TBC, lebih baik kita melakukan hal-hal preventif, ucapnya.
Upaya preventif yang harus dilakukan, di antaranya adalah dengan menjaga kebersihan di lingkungan pesantren. Selain itu juga, perilaku dalam keseharian santri di lingkungan pesantren terutama saat batuk atau bersin.
Jadi kalau batuk atau bersin, maka harus menutup mulut. Sehingga bisa meminimalsiasi menularnya penyakit, tandasnya.
Selain itu, ventilasi udara di ruangan baik itu pondokl maupun kelas harus bagus. Ventilasi udara juga harus diperhatikan dengan baik, tegasnya. (*)