“Oh, saya (termasuk) jamaah pengajian Ustaz Kasman,“ kata seorang pemilik bengkel mobil, sambil memeriksa kerusakan mobil. Maka, ongkos perbaikan mobil PW PERSIS Banten pun dikurangi. Dari mana pemilik bengkel tahu? Dari nama dan lambang PERSIS yang terpasang di mobil itu. Pada waktu yang lain, seorang pejabat mengaku pernah meng-copy paste khotbah Ustaz Kasman Diputra Maryasan, saat dimintaberceramah di lingkungannya. “Betul-betul saya copy paste khotbahnya dulu, dan saya masih ingat,” kata pejabat tadi.
Ketika berbincang masalah PERSIS di Serang, Provinsi Banten, khususnya, selalu saja sampai pada nama Ustaz Kasman. Sampai sekarang, saya masih selalu mendengar namanya disebut-sebut. Selalu dikenang, antara lain, karena materi pengajiannya yang menarik – sampai ke otak dan qalbu (hati). Ada 30 titik lebih tempat pengjian yang diasuhnya, terdiri dari masjid, majlis taklim, kantor pemerintah dan swasta, dan lain-lain.
Suatu hari, Ustaz Kasman, teman sekelas di PPI I Bandung (Muallimin 1976) ini menelepon saya (telepon lama, PT Telkom). “Din, ana rek diumrohkeun ku jamaah pengajian ana” (Din, ana mau diberangkatkan umrah oleh jamaah pengajian ana).
Saya mengira, dia menitikkan air mata. Suaranya terbata-bata, tetapi gembira. “Geuning, ana bisa umrah. Anta iraha? Didoakeun, bisa umrah!” katanya lagi, lalu menutup telepon. (Ternyata, saya bisa umrah, Anta kapan? Saya doakan, bisa umrah). Di tengah-tengah hidupnya yang amat sangat sederhana, ketika itu, bisa umrah adalah sebuah “kemewahan”.
Umrahnya yang pertama ini, dan saya yakin, jadi modal pertama untuk kemudian jadi pembimbing haji dan umrah. Sekaligus pula, Ustaz Kasman jadi ketua Kelompok Bimbingan Haji dan Umrah (KBIHU) PW PERSIS Banten yang pertama. Ketua KBIHU berikutnya, H. Tb. Halimi (salah seorang anggota jamaah pengajiannya), sampai sekarang.
Ustaz Kasman tutup usia, tahun 2016 (lahir tahun 1958 di Bandung), dimakamkan di Padarincang, kampung halaman istrinya. Ustaz Kasman ditugasi PP PERSIS jadi guru di PPI 72 Padarincang, tahun 1977. Ada berkah, kemudian jadi menantu tokoh PERSIS setempat, H. Arief yang punya anak gadis, Fauziyah. Ustaz Kasman pun tak menolak jadi menantunya.
Salah satu peninggalan ayah delapan anak itu, yang kini diurus PERSIS, tanah wakaf Andamui, di Kecamatan Curug (sekitar 1,6 hektare) dan di Kecamatan Cipocok Jaya (720 meter persegi). Biaya pembelian tanah di kedua lokasi itu berasal dari jamaah pengajian yang memang diasuhnya, lalu diwakafkan ke PERSIS -jamiyah yang mengasah dan mengasuhnya jadi mubalig baliigha.
(Dean Al-Gamereau)
BACA JUGA:Ustaz Ara Djuhara “Jalan Siti Munigar Akan Selalu Kukenang”