Oleh: Dr. Dedeng Rasyidin, M.Ag
Di dalam Alquran dikisahkan seorang hamba Allâh Swt yang harus kita baca dan ketahui untuk dijadikan cermin dalam kehidupan terutama pada kesabaran dalam menghadapi ujian Allâh Swt, hamba itu adalah Nabi Ayyub As. Perintah untuk membaca peristiwa itu tertuang dalam Alquran surat Shâd 41,
وَاذْكُرْ عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ.
Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Rabbnya; Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dari siksaan[1].
Dan Allâh menyebut namanya (Ayyub) dalam Alquran sebanyak 4 kali, pada surat al-Nisa 163[2], Al-An’am 84[3], al-Anbiya 83[4], dan Shâd 41[5].
Pengertian
a. Nama
Shawi menyebutkan, Ayyub adalah seorang laki-laki dari Rum, dia adalah Ibnu Amush bin Razih bin Rum bin ‘Aish bin Ishaq bin Ibrahim, Ibunya dari keturunan Nabi Luth As bin Haran saudara Ibrahim As. Dan Shawi menyebutkan pendapat lain, yaitu dia Ibnu ‘Iesh bin Ishaq, dan ada yang berpendapat, Ibnu Amush bin Raiel bin ‘Aish bin Ishaq[6]. Dan al-Maraghi menyebutkan, dia adalah Ayyub bin Amush[7]. Sementara al-Darwis mengatakan, Ayyub adalah seorang laki-laki Rum dari keturunan Ishaq[8]. Sementara al-Suyuthi mengutip riwayat al-Hakim dari Wahab yang menyebutkan, Ayyub bin Amush bin Razah bin ‘Aiesh bin Ishaq bin Ibrahim al-Khalil. Pada bagian lain al-Suyuthi menyebutkan riwayat al-Hakim, Ayyub, hidup 93 tahun, Allâh Swt mengutus setelahnya Basyar bin Ayyub seorang Nabi dan dinamai Dzu al-Kifli, ia tinggal di Syam dan umurnya 75 tahun[9]. Dan al-Shabuni sejalan dengan pendapat di atas yang menyebutkan bahwa Ayyub adalah seorang Nabi dari Rum[10]. Dari beberapa pendapat mufassir di atas dapat diambil pendapat yang sama yaitu Nabi Ayyub As adalah keturunan Ishaq bin Ibrahim As.
b. Sifat
Al-Suyuthi mengutip riwayat al-Hakim dari Ka’ab yang menyebutkan Ayyub as ialah Nabi Allâh, orang shabar, badannya tinggi, berambut kriting, lebar kedua matanya, baik akhlak, pendek lehernya, lebar dadanya, kuat kedua betis dan hastanya, suka memberi makan dan pakaian pada orang miskin, orang juhud dan yang memberi nasihat ke jalan Allâh. Di bagian lain al-Suyuthi menyebutkan, Ayyub adalah orang yang paling banyak beribadah pada masanya, dan paling banyak hartanya. Ia tidak kenyang perutnya kecuali orang yang lapar ikut kenyang, dan tidak berpakaian sehingga orang yang tidak berpakaian memakai pakaian. Ia tidak tidur malam kecuali ada tamu di rumahnya dan tidak makan kecuali ada orang miskin bersamanya[11]. Al-Najjari menyebutkan, Ayyub seorang lelaki yang masyhur dengan istiqamah, ketaqwaan dan kesabarannya, karena itu diberi gelar al-Shiddiq dan kesabarannya dijadikan sebagai contoh[12]. Dan menurut al-Maraghi Ayyub seorang Amir, kaya dan baik akhlak, diluaskan dunianya, banyak harta dan keluarganya[13]. Al-Shawi menambahkan, Ayyub As seorang Nabi yang taqwa, bersyukur terhadap ni'mat Tuhannya, dan bersamanya ada tiga orang yang beriman padanya yang umur mereka antara 30-50 tahunan[14].
c. Istri Ayyub
Al-Najari menyebutkan, istri Ayyub menurut satu pendapat bernama Rahmah binti Afroyim dan pendapat lain bernama Lia binti Ya’qub dan yang lain menyebutkan Mahir binti Mansa binti Yusuf[15]. Dan menurut Ibnu al-Jauzi istrinya bernama Rahmah binti Ifroyim bin Yusuf bin Ya’qub[16]. Dan al-Maraghi menyebutkan, istri Ayyub bernama Rahmah binti Ifraim[17]. Sementara Shawi menyebutkan istri Ayyub bernama Rahmah binti Afroyim bin Yusuf bin Ya’qub dan menurut pendapat lain Lia binti Ya’qub[18]. Sementara al-Suyuthi mengutip riwayat Ibnu Asakir dari Wahab bin Nunbih yang mengatakan istri Ayyub adalah Rahmah binti Misya bin Yusuf bin Ya’qub bin Ishak bin Ibrahim As dari berbagai pendapat di atas nampaknya istri Ayyub bernama Rahmah lebih banyak riwayat dibandingkan bernama Lia atau Mahir[19].
d. Anak Ayyub
Menurut Ibnu al-Jauzi, Ayyub mempunyai 13 anak[20] dan menurut Shawi anak Ayyub adalah tiga laki-laki dan tiga perempuan[21], dan ada pendapat lain setiap jenis laki-laki terdiri dari 7 orang (14 orang). dan al-Darwis menyebutkan bahwa anaknya itu 7 anak laki-laki dan 7 anak perempuan[22]. Dari pendapat para mufassir di atas yang lebih banyak riwayatnya tentang anak Ayyub adalah 7 anak laki-laki dan 7 anak perempuan.
e. Harta Ayyub
Shawi menyebutkan tentang kekayaan Nabi Ayyub As yaitu, ia mempunyai beberapa jenis harta berupa unta, sapi, kambing, kuda dan himar yang tidak ada pada masa itu yang banyak hartanya kecuali Ayyub dan ia pun mempunyai lima ratus pasang lembu yang dijaga oleh lima ratus hamba, bagi setiap hamba mempunyai istri, anak dan harta[23]. Sementara al-Darwis mengatakan ia mempunyai bermacam-macam binatang dan lima ratus pasang lembu yang digembala oleh lima ratus hamba, dan bagi setiap hamba mempunyai istri, anak dan pohon kurma[24].
______________________
[1] Qs. Shâd [38]:41
[2] Qs. Al-Nisa [4]:163.
إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِن بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإْسْحَقَ وَيَعْقُوبَ وَالأَسْبَاطِ وَعِيسَى وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا.
Sesungguhnya Kami telah mamberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan Nabi-Nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.
[3] Qs. Al-An’am [6]:84.
وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَقَ وَيَعْقُوبَ كُلاًّ هَدَيْنَا وَنُوحًا هَدَيْنَا مِن قَبْلُ وَمِن ذُرِّيَّتِهِ دَاوُودَ وَسُلَيْمَانَ وَأَيُّوبَ وَيُوسُفَ وَمُوسَى وَهَارُونَ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ.
Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Ya'qub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
[4] Qs. Al-Anbiya [21]:83.
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ.
Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Rabbnya: (Ya Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.
[5] Al-Najari, Op. Cit. h. 349.
[6] Shawi, Op. Cit. III:103, 444.
[7] Al-Maraghi, Op. Cit. VI [17]:60.
[8] Muhyidin al-Darwis, 'I'rab Alquran wa Bayanuhu, Dar Ibnu Katsir, Beirut, 2001, V:67.
[9] Al-Suyuthi, Op. Cit. V:652, 661.
[10] Muhamad Ali al-Shabuni (selanjutnya disebut al-Shabuni), Shafwat al-Tafasir, Jilid II, Dâr Ihya al-Turats al-‘Arabi, Beirut, Libanon 1998, II:186.
[11] Al-Suyuthi, Op. Cit. V:652-653.
[12] Al-Najari, Op. Cit. h. 349.
[13] Al-Maraghi, Op. Cit. III [7]:181 dan VI:60.
[14] Shawi, Op. Cit. III:103.
[15] Al-Najari, Op. Cit. h. 351.
[16] Ali Bin Muhamad al-jauzi (selanjutnya disebut al-Jauzi), Zad al-Masir fi Ilmi Tafsir, V, VII, Al-Maktabah al-Islamiyah, baerut, 597 H, V:376.
[17] Al-Maraghi, Op. Cit. VIII [23]:126.
[18] Shawi, Op. Cit. III:104-144.
[19] Al-Suyuthi, Op. Cit. VII:197.
[20] Al-Jauzi, Op. Cit. V:375.
[21] Shawi, Op. Cit. III:444.
[22] Muhyidin al-Darwis, Op. Cit. V:67. Al-Shabuni,Op. Cit. II:186.
[23] Shawi, Op. Cit. III:153.
[24] Muhyidin al-Darwis, Loc. Cit.
BACA JUGA:Madyan dan Aikah Ahli Ekonomi Hancur Karena Tidak Jujur