Madyan dan Aikah Ahli Ekonomi Hancur Karena Tidak Jujur

oleh Redaksi

07 Januari 2025 | 19:28

Madyan dan Aikah: Ahli Ekonomi Hancur Karena Tidak Jujur

Oleh: Dr. Dedeng Rasyidin, M.Ag



Nama Madyan


Madyan pada awalnya nama orang yaitu, Madyan bin Ibrâhîm al-Khalîl ‘alaihi al-Salam[1], Al-Maraghi menjelaskan, Istri Ibrâhîm As yaitu, Qathurah mempunyai enam orang anak laki-laki, di antaranya bernama Madyan, ia tinggal di Jajirah Sinai sampai Eprat. Kemudian menjadi nama kabilah dan juga nama kampung Madyan[2]. Nabi Syu’aib As mempunyai hubungan nasab dengan Madyan bin Ibrâhîm, Nabi Syu’aib bernama, Syu’aib bin Mîkâ`îl bin Basyjur bin Madyan bin Ibrâhîm al-Khalîl[3]. Nabi Syu’aib As adalah Nabi dari bangsa Arab, dalam Kitab Taurat namanya, Ru’au`îl. Kata Ru’au artinya Shadîq dan kata `îl adalah Allâh, jadi Ru’au`îl adalah Shadîqullâh atau al-Shâdiq fî ‘Ibadah[4].

Sifat Kabilah Madyan


Abdul Wahab al-Najjari bahwa kehidupan Madyan itu maju, mereka ahli dagang, mereka beribadah kepada selain Allâh Swt, mereka suka melakukan pekerjaan yang keji[5]. Menurut Shawi mereka ma’siat, menghalalkan yang haram, dan suka menumpahkan darah (membunuh). Dalam bidang ekonomi atau perdagangan, mereka bersikap curang dan tidak jujur[6],

  1. Jika mereka menjual barang, suka mengurangi takaran dan timbangan.
  2. Jika mereka membeli barang, suka mencela, mengejek dan menjatuhkan harga, lalu membelinya dengan harga yang murah. Ibnu Abbas menjelaskan sifat mereka,


وَكَانُوْا إِذَا دَخَلَ عَلَيْهِمْ اَلْغَرِيْبُ يَأْخُذُوْنَ دَرَاهِمَهُ وَيَقُوْلُوْنَ دَرَاهِمُكَ هَذِهِ زُيُوْفٌ فَيَقْطَعُوْنَهَا ثُمَّ يَشْتُرُوْنَهَا مِنْهُ بِالْبُخْسِ

Mereka apabila kedatangan orang asing membawa dirham mereka berkata, dirham kamu ini palsu lalu mematahkannya kemudian mereka membeli dengan harga murah[7].


  1. Mereka kaum yang bâkhisah, yaitu kaum yang suka bersikap dzhalim dalam perekonomian.
  2. Dan mereka pun kaum yang tidak jujur, curang, suka mengurangi hak-hak orang lain dalam perdagangan[8].


Terhadap Nabi mereka Syu’aib, (1) mereka tidak beriman kepadanya, menganggapnya dusta dan gila dan meminta Syu’aib keluar dari kampung mereka atau mengikuti ajaran nenek moyang mereka, (2) Mereka suka duduk-duduk di pinggir jalan mengganggu orang yang lalu lalang, terutama orang yang akan pergi ke Nabi Syu’aib. Ibnu Abbas berkata,

أَنَّ بِلاَدَهُمْ كَانَتْ خَصْبَةً وَكَانَ النَّاسُ يَمْتَارُوْنَ مِنْهُمْ, فَكَانُوْا يَقْعُدُوْنَ عَلَى الطَّرِيْقِ وَيُخَوِّفُوْنَ النَّاسَ أَنْ يَأْتُوْا شُعَيْبًا وَيَقُوْلُوْنَ لَهُمْ إِنَّهُ كَذَابٌ فَلاَيَفْتِنَنَكُمْ عَنْ دِيْنِكُمْ


Sesungguhnya negeri mereka subur, orang-orang melewatinya, mereka duduk-duduk di jalan dan menakut-nakuti manusia datang kepada Syu’aib dan berkata, sesungguhnya Syu’aib seorang pendusta janganlah kamu tertipu oleh agamanya[9].

Kehancuran Madyan


Nabi Syu’aib As telah memberi peringatan kepada mereka, Firman Allâh Swt,

وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُواْ اللّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـهٍ غَيْرُهُ قَدْ جَاءتْكُم بَيِّنَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ فَأَوْفُواْ الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ وَلاَ تَبْخَسُواْ النَّاسَ أَشْيَاءهُمْ وَلاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ {} وَلاَ تَقْعُدُواْ بِكُلِّ صِرَاطٍ تُوعِدُونَ وَتَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللّهِ مَنْ آمَنَ بِهِ وَتَبْغُونَهَا عِوَجًا وَاذْكُرُواْ إِذْ كُنتُمْ قَلِيلاً فَكَثَّرَكُمْ وَانظُرُواْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ {}


Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata: Hai kaumku, sembahlah Allâh, sekali-kali tidak ada Ilah bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Rabbmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Allâh memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman. (.:) Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allâh, dan menginginkan agar jalan Allâh itu bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allâh memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan[10].

Para ketua mereka tidak menerima nasihat syu’aib dan berkata, kami akan mengusirmu dan orang yang beriman atau engkau kembali pada ajaran kami (7:88). Kepada orang lain dia berkata, lain ittiba’tum Syu’aibân innakum idzân lakhâsirûn (7:90). Firman Allah,

قَالَ الْمَلأُ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُواْ مِن قَوْمِهِ لَنُخْرِجَنَّكَ يَا شُعَيْبُ وَالَّذِينَ آمَنُواْ مَعَكَ مِن قَرْيَتِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا قَالَ أَوَلَوْ كُنَّا كَارِهِينَ.


Pemuka-pemuka dari kaum Syu'aib yang menyombongkan diri berkata: Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami. Berkata Syu'aib: Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak menyukainya[11].


وَقَالَ الْمَلأُ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَوْمِهِ لَئِنِ اتَّبَعْتُمْ شُعَيْباً إِنَّكُمْ إِذاً لَّخَاسِرُونَ


Pemuka-pemuka kaum Syu'aib yang kafir berkata (kepada sesamanya): Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syu'aib, tentu kamu jika berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang merugi[12].


فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُواْ فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ.


Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka[13].

Menurut riwayat Ibnu Abi Hatim  dari Ibnu Ka’ab,

أَنَّ أَهْلَ مَدْيَنَ عُذِّبُوْا بِثَلاَثَةِ أَصْنَافَ مِنَ الْعَذَابِ: أَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةَ فيِ دَارِهِمْ حَتىَّ خَرَجُوْا مِنْهَا, فَلَمَّا خَرَجُوْا مِنْهَا أَصَابَهُمْ فَزَعٌ شَدِيْدٌ, فَفَرَقُوْا أَنْ يَدْخَلُوْا الْبَيْتَ أَنْ تَسْقُطَ عَلَيْهِمْ, فَأَرْسَلَ اللهُ عَلَيْهِمُ الظِّلَّةَ فَدَخَلَ تَحْتَهَا رَجُلٌ فَقَالَ: مَارَأَيْتَ كَالْيَوْمِ ظِلاًّ أَطْيَبَ وَلاَأَبْرَدَ… هَلُمُّوْا أَيُّهَا النَّاسُ, فَدَخَلُوْا جَمِيْعًا تَحْتَ الظِّلَّةِ, فَصَاحَ فِيْهِمْ صَيْحَةٌ وَاحِدَةٌ فَمَاتُوْا جَمِيْعًا.


Sesungguhnya ahli Madyan diadzab dengan tiga jenis adzab, menimpa pada mereka gempa bumi di rumah mereka sehingga keluar dari padanya. Ketika keluar mereka ditimpa dengan ketakutan yang sangat sehingga mereka menjauh untuk masuk rumah karena takut menimpa mereka. Allâh mendatangkan awan bagi mereka lalu seorang laki-laki bernaung di bawahnya dan berkata, aku tidak mendapatkan hari sesejuk, sebagus, sedingin hari ini… kemarilah wahai manusia! Lalu mereka masuk semuanya bernaung di bawah awan lalu petir menyambar mereka dengan satu kali sambaran, merakapun mati semuanya[14].



____________

[1] Ahmad al-Shawi al-Maliki (selanjutnya disebut Shawi), 1993, Hatsiat al-‘Alamah al-Shwi ‘ala Tafsir Jalalain, II, Dâr al-Fikr. II:105. Abi Ja’far Muhammad bin Jarir al-Thabari (selanjutnya disebut al-Thabari), 1988, Jami al-Bayan an al-Ta`wil Ai Alquran,  Dâr al-Fikr, Beirut. V:237.

[2] Ahmad Mushtafa al-Maraghi (selanjutnya disebut al-Maraghi), Tafsir al-Maraghi, III, V, VII, X, Dâr al-Fikr, Beirut, 1974. VII:208.

[3] Shawi, Loc. Cit.

[4] Al-Maraghi, Loc. Cit.

[5] Abdul Wahab al-Najjari (selanjutnya disebut al-Najari), Qishash al-Anbiya, Dâr al-Fikr, Beirut, tt, h. 45.

[6] Shawi, Loc. Cit.

[7] Abdu al-Rahman Jalaludin al-Suyuthi (selanjutnya disebut al-Suyuthi), al-Dur al-mantsur fi Tafsir al-Ma`tsur, Dâr al-Fikr, Beirut, 1992, III:501.

[8] Al-Thabari, Loc. Cit.

[9] Al-Maraghi, Op. Cit. III:211.

[10] Qs. Al-A’râf [7]:85-86.

[11] Ibid, 7:88.

[12] Ibid, 7:90.

[13] Ibid, 7:91.

[14] Al-Suyuthi, Op. Cit. V:92.



BACA JUGA: Penyimpangan Akidah Islam
Reporter: Redaksi Editor: Ismail Fajar Romdhon