Jenis-Jenis Perbuatan Syirik dalam Islam dan Dampaknya terhadap Tauhid (Bagian Kedua)

oleh Redaksi

28 Januari 2025 | 20:19

Jenis-Jenis Perbuatan Syirik dalam Islam dan Dampaknya terhadap Tauhid (Bagian Kedua)

Oleh: Dr. Dedeng Rasyidin, M.Ag

(Lanjutan)



E. Al-Istisqa bi al-Anwâ`


Istisqa artinya memohon siraman hujan. Anwa adalah bentuk jamak dari naw`un artinya posisi bulan (bintang). Seperti ditunjukkan pada surat Yasin 39,


وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ


“Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. (Qs. Yâsîn [36]:39)


Selanjutnya kata ini dipakai untuk arti bintang saja. Secara istilah artinya memohon siraman hujan kepada bintang atau menisbatkan kerja itu kepada bintang baik kerja menurunkan hujan ataupun kerja lain. Pekerjaan itu adalah terlarang dalam Islam karena semua kefaktoran itu harus dinisbatkan kepada Allah. Firman-Nya,


وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ


“Kamu (mengganti) rizqi (yang Allah berikan) dengan mendustakan (Allah). (Qs. Al-Waqi’ah [56]:82)


Abdurrahman bin Hasan (1979:328) mengutif tafsiran Ali bin Abi Thalib maksud dari ayat di atas, yaitu kamu menjadikan syukur kamu atas rizkimu sedangkan kamu sendiri mendustakan dengan mengatakan,


مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا وَبِنَجْمِ كَذَا وَكَذَا.


Perbuatan ini adalah kebiasaan dari orang Arab jahili. Sabda Nabi Saw,


أربع من امر الجاهلية لايتركونهنّ الفخر بالأحساب والطعن فىالأنساب والإستسقاء بالنجوم والنياحة {رواه مسلم}


“Ada empat hal dari urusan jahiliyah yang belum mereka tinggalkan; berbangga dengan keluarga, menuduh nasab, memohon hujan kepada bintang, dan meratapi mayat”.


Sabda Rasulullah yang menjelaskan firman Allah,


أصبح من عبادي مؤمن بي وكافر فأمّا من قال مُطرنا بفضل الله ورحمته كذالك مؤمن بي وكافر بالكوكب وأمّا من قال مُطرنا بنوء كذا وكذا فذالك كافر بي مؤمن بالكوكب {البخارى ومسلم}


F. Al-Thiyarah


Al-Buraikan (1994:148) menyebutkan, al-Thiyarah berarti merasa pesimis terhadap sesuatu. Akar katanya adalah thatayyur. Asalnya adalah kebiasaan orang-orang Arab untuk menjadikan burung atau kijang yang lewat di depan atau belakang atau atas rumah mereka sebagai tanda-tanda keberkahan atau pesimisme. Jika misalnya, hewan itu mengarah ke kanan, maka mereka menyebutnya sânihân (sânih), jika ke utara menyebutnya bârihân (bârih), jika ia datang dari arah depan mereka menyebutnya nâshihân (nâshih), dan jika ia datang dari arah belakang mereka menyebutnya mu’îdân (mu’îd). Sebagian mereka menjadikan bârih sebagai tanda pesimis dan sânih sebagai tanda berkah. Sebagian mereka melakukan sebaliknya. Jadi batasan defenitif bagi istilah thatayyur atau thiyarah adalah kebiasaan merasa pesimis dengan tanda-tanda tertentu dari burung, binatang-binatang tertentu, warna, individu, hari dan bulan serta lainnya. Kebiasaan itu kemudian dilarang setelah Islam datang. Thiyarah adalah perbuatan yang diharamkan Islam, jika pelakunya hanya melakukan dengan ucapan dan perbuatan atas dasar keyakinan bahwa hewan itu hanya merupakan tanda-tanda yang menyertai datangnya manfaat atau madharaat, maka syirik kecil. Jika ia meyakini sebagai faktor yang berpengaruh mutlak (pasti) dalam mendatangkan manfaat atau madharat maka termasuk syirik besar. Ayat al-Quran yang mengisyaratkan itu adalah surat al-A’râf 131,


فَإِذَا جَاءتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُواْ لَنَا هَـذِهِ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُواْ بِمُوسَى وَمَن مَّعَهُ أَلا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِندَ اللّهُ وَلَـكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ


“Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: Ini adalah karena (usaha) kami. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”. (Qs. Al-A’râf [7]:131)


Sabda Rasulullah Saw yang melarang thiyarah,


اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ, اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ, اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ ثَلاَثًا وَمَا مِنَّا إِلاَّ وَلَكِنَّ اللهِ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ. {أبو داود, 3: 16. كتاب الطب, باب فى الطيرة}


Rasulullah Saw juga menjelaskan sesuatu yang dapat menghapus dosa thiyarah,


من ردّته الطيرةُ عن حاجته فقد أشرك , قالوا فما كفّارة ذالك؟ قال: أن يقول : اللهمّ لاخيرَ إلاّ خيرُك ولا طيرَ إلاّ طيرُك ولا إله غيرك {رواه أحمد}


BACA JUGA:

Jenis-Jenis Perbuatan Syirik dalam Islam dan Dampaknya terhadap Tauhid (Bagian Pertama)

Reporter: Redaksi Editor: Ismail Fajar Romdhon