Jenis-Jenis Perbuatan Syirik dalam Islam dan Dampaknya terhadap Tauhid (Bagian Pertama)

oleh Redaksi

28 Januari 2025 | 07:58

Jenis-Jenis Perbuatan Syirik dalam Islam dan Dampaknya terhadap Tauhid (Bagian Pertama)

Oleh: Dr. Dedeng Rasyidin, M.Ag



Beberapa bentuk perbuatan syirik itu ada yang bertentangan dengan tauhid ada pula yang bertentangan dengan kesempurnaan tauhid dan ada pula yang memiliki dua dimensi; di satu sisi ia bertentangan dengan tauhid dan di sisi lain ia juga bertentangan dengan kesempurnaan tauhid. Itu juga terjadi karena, terkadang perbuatan termasuk syirik atau kafir atau nifaq besar, tapi juga tergolong syirik atau kafir atau nifaq kecil. Seperti telah disebutkan sebelumnya, bagian pertama bertentangan dengan tauhid, sedang yang kedua bertentangan dengan kesempurnaan tauhid. Kategorisasi hukum ini selanjutnya diberlakukan sama dengan sarana-sarana yang mengantar kepada syirik. Jadi sarana yang mengantar kepada syirik besar dan semacamnya, maka hukum sarana itu sama dengan hukum syirik besar. Dan sarana yang mengatur kepada syirik kecil dan semacamnya, maka hukumnya sama dengan syirik kecil.



Jenis-jenis Perbuatan Syirik


A. Al-Sihru


1. Arti Sihir


Al-Buraikan (1994:141) menyebutkan, kata sihir dalam bahasa Arab digunakan untuk sesuatu yang tersembunyi dan faktor-faktor yang halus. Dari sini kemudian sihir disebut sebagai sihir karena ia selalu dilakukan di ujung malam secara sembunyi-sembunyi dengan efek yang berpengaruh secara halus. Untuk makna ini misalnya, kita temukan dalam sabda Rasulullah Saw,


إِنَّ مِنَ الْبَيَانِ لَسِحْرًا. {البخارى}


Sesungguhnya sebagian dari bayan (penjelasan dengan kata, orasi) ada yang bisa menyihir. (Al-Bukhari)


Karena orang yang pandai membuat penjelasan dengan kata (orator) memiliki kesanggupan menyembunyikan hakikat kebenaran dalam kemilau kata.


Dalam terminologi syariat, sihir diartikan sebagai azimat, jampi dan buhul tali yang berpengaruh pada jiwa dan raga; dalam artian dapat membuat sakit, membunuh, memisahkan suami istri seperti yang disinyalir Allah,


وَاتَّبَعُواْ مَا تَتْلُواْ الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَـكِنَّ الشَّيْاطِينَ كَفَرُواْ يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولاَ إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاَ تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُم بِضَآرِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ بِإِذْنِ اللّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلاَ يَنفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُواْ لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاَقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْاْ بِهِ أَنفُسَهُمْ لَوْ كَانُواْ يَعْلَمُونَ


“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaiu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya sendiri dengan sihir, kalau mereka mengetahui”. (Qs. Al-Baqarah [2]:102)


Allah Swt telah menyuruh kita untuk berlindung dari sihir dan tukang sihir dalam firman-Nya,


وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ


“Dan dari kejahatan-kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul”. (Qs. Al-Falaq [113]:4)


Al-Raghib (2004:254) menyebutkan makna sihir secara bahasa adalah Tharfu al-Khulqûm (ujung tenggorokan). Selanjutnya ia menyebutkan sihir itu mempunyai beberapa makna,


1. Tipu daya dan khayalan yang bukan hakikatnya, ditunjukkan oleh surat al-A’râf 116,


قَالَ أَلْقُوْاْ فَلَمَّا أَلْقَوْاْ سَحَرُواْ أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَاءوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ


“Musa menjawab: Lemparkanlah (lebih dahulu)!. Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan)”. (Qs. Al-A’râf [7]:116)


Mereka menyulap mata manusia. Dan dalam Thaha 66,


قَالَ بَلْ أَلْقُوا فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِن سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى


“Berkata Musa: Silakan kamu sekalian melemparkan: Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat lantaran sihir mereka”. (Qs. Thâhâ [20]:66)


2. Pengaruh bantuan syetan dengan cara bertaqarrub kepadanya. ditunjukkan dalam surat al-Baqarah 102,


... وَلَـكِنَّ الشَّيْاطِينَ كَفَرُواْ يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولاَ إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاَ تَكْفُرْ


“…Hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaiu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. (Qs. Al-Baqarah [2]:102)


3. Pengaruh perkataannya yang halus. Ini ditunjukkan oleh hadist Bukhari, inna min al-Bayân lasihrân. Atau karena perbuatannya yang lembut, ini ditunjukkan oleh surat al-Hijr 15,


لَقَالُواْ إِنَّمَا سُكِّرَتْ أَبْصَارُنَا بَلْ نَحْنُ قَوْمٌ مَّسْحُورُونَ


“Tentulah mereka berkata: Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang-orang yang kena sihir”. (Qs. Al-Hijr [15]:15)


Seperti seseorang berkata bahwa dengan kekuatan ilmunya ia dapat merubah wujud sesuatu seperti merubah manusia menjadi keledai yang pada hakikatnya tidaklah mampu.

BACA JUGA:

“Ghanimah” Memecah Belah: Pelajaran Ramadhan dari Perang Badar Kubro

Reporter: Redaksi Editor: Ismail Fajar Romdhon