Peran Mubaligh dalam Menyebarkan Dakwah: Menguatkan Pemahaman Islam di Tengah Umat

oleh Ismail Fajar Romdhon

23 Maret 2025 | 08:54

Photo by Naufal Fawwaz Assalam from Pexels: https://www.pexels.com/photo/muslim-men-reading-quran-in-mosque-interior-31125437/

Peran Mubaligh dalam Menyebarkan Dakwah: Menguatkan Pemahaman Islam di Tengah Umat

Oleh: Ustaz KH. Zae Nandang


Pendahuluan


Al-Qur'an adalah pedoman hidup bagi setiap Muslim. Ia bukan sekadar bacaan suci, melainkan juga sumber petunjuk dalam menjalani kehidupan yang penuh ujian dan tantangan. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Az-Zukhruf ayat 43-44:


فَٱسْتَمْسِكْ بِٱلَّذِىٓ أُوحِىَ إِلَيْكَ إِنَّكَ عَلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ ٤٣ وَإِنَّهُۥ لَذِكْرٌ لَّكَ وَلِقَوْمِكَۖ وَسَوْفَ تُسْـَٔلُونَ ٤٤


"Maka berpegang teguhlah kamu pada apa yang diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di jalan yang lurus. Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar menjadi peringatan bagimu dan bagi kaummu, dan kelak kamu akan dimintai pertanggungjawaban."


Ayat ini menegaskan bahwa umat Islam harus senantiasa berpegang teguh pada wahyu Allah agar tetap berada di jalan yang lurus. Al-Qur’an bukan hanya bacaan, tetapi juga pedoman hidup yang akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.


Kehancuran Ketika Kebenaran Ditinggalkan


Sering kali manusia lebih mengikuti hawa nafsu dan kepentingan duniawi dibandingkan dengan petunjuk ilahi. Hal ini telah diperingatkan dalam QS. Al-Mu’minun ayat 71:


وَلَوِ ٱتَّبَعَ ٱلْحَقُّ أَهْوَآءَهُمْ لَفَسَدَتِ ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّۚ بَلْ أَتَيْنَٰهُم بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَن ذِكْرِهِم مُّعْرِضُونَ ٧١


"Dan seandainya kebenaran itu mengikuti keinginan mereka, pasti binasalah langit dan bumi serta semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya, Kami telah memberikan peringatan kepada mereka, tetapi mereka berpaling dari peringatan itu."


Ayat ini mengingatkan bahwa jika kebenaran dikalahkan oleh keinginan manusia, maka kehancuran akan terjadi. Sejarah telah mencatat bagaimana umat terdahulu mengalami kehancuran ketika mereka meninggalkan ajaran wahyu dan lebih mengikuti hawa nafsu mereka sendiri.


Pentingnya Persatuan di Bawah Naungan Al-Qur’an


Dalam QS. Ali ‘Imran ayat 103, Allah memerintahkan umat Islam untuk bersatu dalam ikatan tali agama-Nya dan tidak bercerai-berai:


وَاعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًۭا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءًۭ فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوَٰنًۭا ۚ وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍۢ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمْ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ١٠٣


"Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai. Ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika dahulu kamu bermusuhan, lalu Dia mempersatukan hatimu sehingga dengan nikmat-Nya kamu menjadi bersaudara..."


Perpecahan dalam umat Islam sering kali terjadi akibat ketidaktahuan dan jauhnya umat dari ajaran Al-Qur’an. Padahal, Allah telah memberikan petunjuk agar umat Islam bersatu dalam kebenaran dan tidak terpecah belah oleh kepentingan duniawi.


Bahaya Ilmu yang Tidak Diamalkan


Salah satu faktor yang menyebabkan umat Islam mengalami kemunduran adalah banyaknya orang yang mengetahui ajaran agama, tetapi tidak mengamalkannya. Sebagaimana yang disampaikan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad:


عَنْ زِيَادِ بْنِ لَبِيدٍ قَالَ ذَكَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا فَقَالَ ذَاكَ عِنْدَ أَوَانِ ذَهَابِ الْعِلْمِ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَذْهَبُ الْعِلْمُ وَنَحْنُ نَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَنُقْرِئُهُ أَبْنَاءَنَا وَيُقْرِئُهُ أَبْنَاؤُنَا أَبْنَاءَهُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ قَالَ ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ زِيَادُ إِنْ كُنْتُ لَأَرَاكَ مِنْ أَفْقَهِ رَجُلٍ بِالْمَدِينَةِ أَوَلَيْسَ هَذِهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى يَقْرَءُونَ التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ لَا يَعْمَلُونَ بِشَيْءٍ مِمَّا فِيهِمَا


dari Ziyad bin Labid dia berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menyebutkan sesuatu, lalu beliau bersabda: "Dan itulah saat hilangnya ilmu." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana ilmu bisa hilang? Sedangkan kami masih membaca Al Qur'an dan kami juga membacakannya (mengajarkannya) kepada anak-anak kami, dan anak-anak kami juga akan membacakannya kepada keturunannya sampai hari kiamat datang." Beliau bersabda: "Kebangetan kamu ini wahai Ziyad, padahal aku melihatmu adalah orang yang paling memahami agama di Madinah ini! Bukankah orang-orang Yahudi dan Nashrani juga membaca Taurat dan Injil, namun mereka tidak mengamalkan sedikitpun apa yang terkandung di dalamnya."(HR. Ahmad)


Hadis ini mengingatkan bahwa sekadar membaca atau menghafal Al-Qur’an saja tidak cukup, tetapi harus disertai dengan pemahaman dan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari.


Orang Terbaik adalah yang Mempelajari dan Mengajarkan Al-Qur’an


Rasulullah ﷺ bersabda:


عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ


"Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya." (HR. Bukhari)


Hadis ini menunjukkan bahwa keberkahan dan kemuliaan seorang Muslim terletak pada kemampuannya memahami Al-Qur’an serta menyebarkan ilmunya kepada orang lain. Oleh karena itu, sudah seharusnya setiap Muslim berusaha untuk terus belajar dan mengajarkan isi Al-Qur’an kepada generasi berikutnya.


Kesimpulan


Al-Qur’an adalah cahaya yang harus selalu menerangi kehidupan seorang Muslim. Berpegang teguh pada Al-Qur’an bukan hanya perintah, tetapi juga kebutuhan bagi umat Islam agar tetap berada di jalan yang lurus. Umat Islam harus menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman utama dalam kehidupan, mengamalkannya dengan penuh kesungguhan, dan mengajarkannya kepada generasi berikutnya. Dengan demikian, kejayaan Islam dapat terwujud dan umat ini akan tetap berada dalam naungan rahmat Allah.


Disampaikan pada acara Pembinaan Mubaligh PC PERSIS Margaasih, Jumat 21 Maret 2025

BACA JUGA:

Karakter Mubaligh Ideal dalam Mengemban Misi Dakwah Rasulullah