Karakter Mubaligh Ideal dalam Mengemban Misi Dakwah Rasulullah
Oleh: Ustaz KH. Zae Nandang
Pendahuluan
Dakwah merupakan tugas mulia yang diwariskan oleh Rasulullah ﷺ kepada umatnya. Seorang mubaligh tidak hanya bertanggung jawab menyampaikan kebenaran, tetapi juga harus memiliki karakter yang kokoh agar dakwahnya efektif dan berbuah hasil yang baik. Karakter seorang mubaligh mencerminkan istiqamah, keteguhan dalam memegang prinsip, serta keikhlasan dalam berdakwah.
Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah:
فَٱسْتَقِمْ كَمَآ أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا۟ ۚ إِنَّهُۥ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌۭ
"Maka tetaplah engkau (Muhammad) di jalan yang benar, sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertaubat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Hud: 112)
Ayat ini menjadi dasar penting bahwa dalam berdakwah, seorang mubaligh harus berpegang teguh pada kebenaran tanpa tergoda oleh penyimpangan.
Tiga Golongan Ahli Ilmu dalam Dakwah
Dalam perjalanan dakwah, para mubaligh dapat dikategorikan ke dalam tiga golongan berdasarkan bagaimana mereka memanfaatkan ilmunya:
- Ahli Syubhat – Mereka yang memiliki ilmu tetapi terperangkap dalam keraguan dan kebingungan. Dalam berdakwah, mereka sering kali tidak memiliki kepastian dalam menyampaikan kebenaran, sehingga dapat menyesatkan umat.
- Ahli Syahwat – Mereka yang menggunakan ilmu sebagai alat untuk kepentingan pribadi, baik demi harta, kedudukan, atau popularitas.
- Ahli Ilmu Sejati – Mereka yang menyampaikan kebenaran dengan ikhlas, bertindak sesuai ilmu yang dimiliki, serta berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Sunnah.
Tiga golongan ini menggambarkan bahwa tidak semua orang yang berilmu dapat istiqamah dalam dakwahnya. Oleh karena itu, penting bagi seorang mubaligh untuk menjaga niat dan orientasi dakwahnya agar tetap berada di jalur yang benar.
Kriteria Mubaligh Ideal
Seorang mubaligh yang ideal dalam dakwah harus memiliki karakter sebagai berikut:
1.Istiqamah dalam Kebenaran
Seorang mubaligh harus tetap teguh dalam menyampaikan kebenaran, meskipun menghadapi tekanan atau godaan. Allah berfirman:
وَلَا تَرۡكَنُوۤا۟ إِلَى ٱلَّذِینَ ظَلَمُوا۟ فَتَمَسَّكُمُ ٱلنَّارُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ مِنۡ أَوۡلِیَاۤءَ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ
Dan janganlah kamu cenderung kepada orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, sedangkan kamu tidak mempunyai seorang penolong pun selain Allah, sehingga kamu tidak akan diberi pertolongan. (QS. Hud: 113)
Ayat ini menegaskan bahwa seorang mubaligh tidak boleh condong kepada kekuasaan atau kepentingan yang bertentangan dengan prinsip Islam.
2.Tidak Terpengaruh oleh Godaan Duniawi
Rasulullah ﷺ pernah memperingatkan:
إِنِّي أَخْوَفُ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ بَعْدِي: زَلَّةُ عَالِمٍ، وَجِدَالُ مُنَافِقٍ بِالْقُرْآنِ، وَدُنْيَا تُفْتَحُ عَلَيْكُمْ
"Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kalian sepeninggalku adalah: tergelincirnya seorang ulama, perdebatan orang munafik dengan Al-Qur'an, dan dunia yang dibukakan bagi kalian." (HR. Ath-Thabrani dari Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu)
Hal ini mengingatkan bahwa seorang mubaligh harus memiliki integritas tinggi dan tidak menjadikan dakwah sebagai alat untuk mencari keuntungan duniawi.
3.Menyebarkan Pemahaman Islam yang Benar
Mubaligh harus menyampaikan Islam sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah, bukan berdasarkan hawa nafsu atau pemahaman yang menyimpang. Allah mengingatkan:
فَخَلَفَ مِنۢ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ وَرِثُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ يَأْخُذُونَ عَرَضَ هَٰذَا ٱلْأَدْنَىٰ وَيَقُولُونَ سَيُغْفَرُ لَنَا وَإِن يَأْتِهِمْ عَرَضٌ مِّثْلُهُۥ يَأْخُذُوهُ ۚ أَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِم مِّيثَٰقُ ٱلْكِتَٰبِ أَن لَّا يَقُولُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْحَقَّ وَدَرَسُوا۟ مَا فِيهِ ۗ وَٱلدَّارُ ٱلْءَاخِرَةُ خَيْرٌۭ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
"Maka datanglah setelah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi kitab, mereka mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata, 'Kami akan diampuni.'" (QS. Al-A'raf: 169)
Pemahaman yang benar akan menghindarkan umat dari kesalahpahaman dan penyimpangan dalam beragama.
4.Sabar dalam Menghadapi Ujian Dakwah
Dakwah bukanlah jalan yang mudah. Setiap mubaligh akan menghadapi tantangan dan rintangan. Oleh karena itu, Allah memerintahkan kesabaran:
يَا أَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱصْبِرُوا۟ وَصَابِرُوا۟ وَرَابِطُوا۟ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu, kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung." (QS. Ali 'Imran: 200)
Kesabaran menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan dalam menyampaikan dakwah.
Penutup
Seorang mubaligh memiliki tanggung jawab besar dalam menyebarkan ajaran Islam. Oleh karena itu, ia harus membekali diri dengan ilmu yang benar, niat yang tulus, serta keteguhan dalam menghadapi tantangan. Dengan demikian, ia akan menjadi mubaligh yang ideal dan berkontribusi positif bagi umat.
Semoga setiap mubaligh mampu menjalankan amanah dakwah dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat membawa umat menuju pemahaman Islam yang lebih baik dan lebih kokoh. Wallahu a'lam.
Disampaikan pada acara Pembinaan Mubaligh se-PC PERSIS Margaasih, Jumat 21 Maret 2025/21 Ramadan 1446H
BACA JUGA:PC Persis Margaasih Gelar Pembinaan Muballigh untuk Pemerataan Pemahaman Dakwah