Bandung, persis.or.id - Dr. Jeje Zaenudin menyampaikan, setiap zaman memiliki tantangan dakwah yang berbeda. Hal itu diungkapkan dalam diskusi publik tentang 'Negara dan Aktualisasi Dakwah Islam' sebagai acara penyerta Muskernas 1 PP Pemuda PERSIS, Sabtu (03/07/2021).
Menurutnya, sejak zaman A. Hasan, PERSIS tidak pernah apolitis (acuh terhadap politik). "Bahkan kita mengetahui banyak kader PERSIS yang berkecimpung melakukan dakwahnya di tataran kenegaraan," jelasnya.
PERSIS hari ini sudah semakin meningkatkan eskalasi dan komunikasi dengan berbagai elemen. Tercatat, ada tiga belas kader jam’iyyah yang hari ini menjabat di pemerintahan. Bahkan, jabatan yang dipegang itu merupakan posisi ideal untuk mengisi ruang dakwah.
Hal ini membuktikan bahwa dengan tidak berpolitik praktis bukan berarti PERSIS anti Politik. Sebab, PERSIS akan selalu mendukung kadernya yang siap berkiprah dalam politik, selama dirinya mampu memegang amanah jam’iyyah untuk menghadirkan Islam di ruang tata kenegaraan.
"Bahkan, salah satu upaya PERSIS ikut serta dalam politik adalah menjaga tradisi ilmiah dengan menghadirkan banyak gagasan yang berbentuk buku, majalah, dan artikel yang tersebar di mana-mana," tambahnya.
Oleh karena itu, kata dia, PERSIS tidak perlu konsentrasi dengan politik praktis, karena tugas ormas ialah berada di ruang politik moral.
Dalam politik moral tersebut, tidak akan ada perebutan kekuasaan, karena seseorang akan terfokus menjaga keutuhan hukum Islam supaya bisa dijalankan dengan baik.
"Ketika membangun moral yang baik, maka akan lahir politik yang baik," pungkasnya.
Senada dengan Dr. Jeje Zaenudin, Hoerudin Amin, S.Ag. MH., sebagai pemantik yang hadir secara langsung juga menyampaikan bahwa politik itu identik dengan kekuasaan. Ketika ada kekuasaan, pasti identik dengan perebutan kekuasaan.
"Maka dalam hal ini, secara keseluruhan PERSIS hanya perlu memposisikan diri untuk tetap membangun moral yang baik, sehingga akan terlahir politik yang baik," kata dia.
Dalam menanggapi hal tersebut, Ketua PP Pemuda PERSIS Ibrahim Nasrul Haq Al-Fahmi juga meyampaikan, salah satu ikhtiar untuk mengisi ruang aktualisasi dakwah Islam ialah dengan menambah tiga bidang baru di struktur kepemimpinan Pemuda PERSIS, di antaranya adalah Bidang Politik dan Keamanan.
"Bidang ini tidak hadir untuk mencetak kader sebagai politikus, akan tetapi akan menjadi sebuah media untuk mengkaji perkembangan politik di Indonesia. Sehingga Pemuda PERSIS bisa hadir dalam dunia politik sesuai dengan pergerakannya dalam bidang dakwah dan pendidikan," tandasnya.
(ASN/FAR)