Bandung, persis.or.id – Berkaitan dengan progres pembinaan anggota dan meningkatnya kembali kasus Covid-19, Pimpinan Pusat (PP) Pemudi PERSIS memberikan kewenangan penuh kepada setiap pimpinan wilayah untuk mengatasi hal tersebut.
Sebab, Pemudi PERSIS memiliki kewajiban untuk tetap membina anggotanya di daerah-daerah dalam kondisi apapun. Seperti yang di lakukan di awal kepemimpinan masa jihad 2018-2022, PP Pemudi PERSIS telah melakukan pembinaan secara langsung terhadap PW yang akan melaksanakan Muswil.
Di antaranya PW Yogyakarta dan PW Banten. Sedangkan untuk PW yang lokasinya jauh dari Bandung seperti PW Sulawesi Tengah dan PW Maluku, dilakukan secara online.
Ketika memasuki masa Pandemi Covid-19, pembinaan terhadap wilayah dilakukan secara online dan juga media sosial, seperti WhatsApp, Telegram, Instagram, atau Zoom. Ketua PP Pemudi PERSIS Inna Hanafiah mengatakan, hal tersebut dilakukan saat mengkoordinasikan kebijakan pelaksanaan kegiatan di setiap wilayah.
“Kemudian kami dorong pimpinan wilayahnya sendiri yang membuat kebijakan untuk mengatur anggotanya, kegiatan dan juga pelaksanaan jihad jam’iyyah di wilayahnya. Karena, PW tersebut yang lebih mengetahui kondisi di wilayahnya masing-masing. Hal itu juga disebabkan perbedaan zonasi wilayah penyebaran Covid-19, seperti zona merah dan kuning,” jelasnya kepada persis.or.id, Kamis (01/07/2021).
Dalam masa pandemi Covid-19 ini, PP Pemudi PERSIS tertantang untuk tetap menjalankan semua program yang telah direncanakan, termasuk semua kelembagaan yang ada di bawah naungan PP Pemudi Persis.
Oleh karena itu, kata dia, hal yang pertama dilakukan oleh PP Pemudi PERSIS adalah dengan menyebarkan surat edaran yang salah satu poinnya adalah setiap kegiatan harus tetap dilaksanakan dengan sistem daring/online.
“Akan tetapi, untuk teknis dan pola kegiatannya, kami tetap berikan kebijakannya kepada PW masing-masing. Misalnya PW Pemudi PERSIS Jabar yang menginstruksikan ke setiap PD-nya untuk selalu menerapkan prokes dalam setiap kegiatan. Dan alhamdulillah kami dapat menjalankan program-program tersebut secara online,” terangnya.
Meski begitu, masih ada tantangan lain yang harus dilewati demi terselenggaranya program dengan baik. Misalnya masalah sinyal atau jaringan yang tidak merata di setiap daerah. Saat hal itu terjadi, bukan menjadi masalah. Sebab, kegiatan online tetap berjalan meskipun hanya dilakukan oleh tiga atau empat orang saja.
“Ada juga yang melakukan kegiatan secara tatap muka, tapi itu pun tidak terlepas dari situasi dan kondisi yang berkembang di wilayahnya. Dan apabila belum kondusif, maka ada juga PW yang lebih menunggu kondusifitas daerah supaya bisa melakukan kegiatan secara tatap muka,” ungkap Inna.
Selain itu, ketika ada kegiatan yang dilakukan secara tatap muka karena kondisi daerahnya tidak zona merah/kuning, maka ketua PW beserta PP Pemudi PERSIS mengimbau untuk tidak membawa anak saat kegiatan berlangsung.
“Hal itu dilakukan sebagai ikhtiar untuk tetap bisa melakukan kegiatan tetap kondusif dan tentunya tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat,” pungkasanya. (ASN/FAR)