Kaifiat dan Rakaat Shalat Dhuha

oleh redaksi

19 Maret 2025 | 08:37

Kaifiat dan Rakaat Shalat Dhuha

Kaifiat salat dhuha yang 4, 6 dan 8. apakah dua rakaat salam, dua rakaat salam atau sekaligus salamnya satu kali?


Jawaban:


Jumlah rakaat salat Dhuha dua rakaat, empat rakaat, enam rakaat dan delapan rakaat. Adapun keterangannya sebagai berikut:


Pertama, Dua Rakaat


عَنْ أَبِى ذَرٍّ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى.


Dari Abu Dzar, dari Nabi Saw, beliau bersabda, "Setiap pagi dari persendian masing-masing kalian ada sedekahnya, setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir sedekah, setiap amar ma'ruf nahyi mungkar sedekah, dan semuanya itu tercukupi dengan dua rakaat dhuha." (HR. Ahmad, Muslim dan Abu Dawud)


Kedua, Empat Rakaat


عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّصَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي الضُّحَى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ وَيَزِيْدُ مَا شَاءَ اللهُ.


Dari Aisyah Ra, ia berkata, "Nabi Saw salat Dhuha empat rakaat dan terkadang ia menambah apa yang Allah kehendaki." (HR. Ahmad dan Muslim).


Ketiga, Enam Rakaat


عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ : أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْرِضُ عَلَيْهِ بَعِيْرًا لِي، فَرَأَيْتُهُ صَلَّى الضُّحَى سِتَّ رَكَعَاتٍ.


Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata, "Aku mendatangi Nabi Saw. untuk memberikan kepadanya seekor unta milikku, maka aku melihat beliau sedang salat Dhuha enam rakaat." (HR. At-Thabrani).


Hadis tersebut terdapat dalam kitab al-Mu’jam al-Awsath, Juz 3, hlm. 137-138. Pada sanad hadis ini terdapat Muhamad bin Qaisy Al-Yasykari Al-Bashri. Ibnu Hiban memasukan rawi ini dalam kitabnya Ats-Tsiqat. (Lihat, Majma’ Az-Zawaid, Jilid V, hlm. 431). Ia termasuk rawi generasi(thabaqat) ke-3 dari kalangan Tabi’in pertengahan (wustha). Ibnu Hajar mengutip penilaian Ali al-Madini, bahwa periwayatan Muhammad bin Qais dari Jabir maka dia tsiqah (terpercaya). (Lihat, Tahdzib at-Tahdzib, Jilid IX, hlm. 368). Dengan demikian, hadis Jabir ini derajatnya shahih.


عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي الضُّحَى سِتَّ رَكَعَاتٍ.


Dari Anas bin Malik Raa bahwa Nabi Saw salat Dhuha enam rakaat. (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Syahin).


Hadis tersebut terdapat dalam kitab As-Syama’il Al-Muhamadiyah, Jilid I, hlm. 321; At-Targhib fi Fada’il Amali wa Tsawabi Dzalik, jilid I, hlm. 137. Pada sanad hadis ini terdapat Ziyad bin Ubaidillah bin Ar-Rabi bin Ziyad Az-Ziyadi Al-Bashri. Ia termasuk generasi (thabaqat) Atba'ut Tabi’in pertengahan. Al-Mizi dan Ibnu Hajar menerangkan bahwa Ibnu Hiban memasukan rawi ini dalam kitabnya ats-Tsiqat. Namun Ibnu Hiban menyatakan, “Rubbamaa akhtha’a (terkadang ia keliru).” (Lihat, Tahdzib al-Kamal, Jilid XXV, hlm. 217; Tahdzib at-Tahdzib, Jilid III, hlm. 327.


عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  يُصَلِّي الضُّحَى سِتَّ رَكَعَاتٍ ، فَمَا تَرَكْتُهُنَّ بَعْدُ.


Dari Anas bin Malik Ra, ia berkata, “Aku melihat Nabi Saw salat Dhuha enam rakaat, maka setelah itu aku tidak meninggalkannya.” (HR. at-Thabrani)


Hadis tersebut terdapat dalam kitab Al-Mu’jam Al-Awsath, Juz 3, hlm. 137-138. Imam Al-Haitsami mengatakan, "Pada sanad ini terdapat Sa'id bin Muslim al-Amawi. Ia seorang rawi yang dinilai daif oleh al-Bukhari, Ibnu Ma'in dan sekelompok para ulama. Ibnu Hibban menyebutkannya dalam kitabnya At-Tsiqat dan ia berkata, “Yukhti’u (keliru)."


Menurut penelitian kami, kedua hadis Anas di atas derajatnya hasan lighairih karena dikuatkan oleh hadis Jabir di atas. Sehubungan dengan itu, Syekh Nashirudin al-Albani berkata, “Dikarenakan terdapat beberapa syahid (penguat), maka hadis di atas tidak kurang dari derajat hasan, walaupun tidak sampai kepada derajat shahih (Lihat, Irwa’ Al-Ghalil, Jilid II, hlm. 216-217).”


Keempat, Delapan Rakaat


عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى قَالَ: مَا أَخْبَرَنِي أَحَدٌ أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  يُصَلِّي الضُّحَى إِلاَّ أُمُّ هَانِئٍ فَإِنَّهَا حَدَّثَتْ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ   دَخَلَ بَيْتَهَا يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ فَصَلَّى ثَمَانِي رَكَعَاتٍ مَا رَأَيْتُهُ صَلَّى صَلاَةً قَطُّ أَخَفَّ مِنْهَا غَيْرَ أَنَّهُ كَانَ يُتِمُّ الرُّكُوعَ وَالسُّجُودَ.


Dari Abdurrahman bin Abu Laila, ia berkata, "Tidak ada seorangpun yang mengabariku bahwa ia melihat Nabi Saw melakukan salat dhuha selain Ummu Hani. Sesungguhnya ia menceritakan bahwa Nabi Saw pernah masuk rumahnya ketika penaklukan kota Mekah, lalu beliau salat delapan rakaat, dan aku belum pernah melihat beliau melakukan salat yang lebih ringan daripada salat ketika itu, akan tetapi beliau menyempurnakan rukuk dan sujudnya." (HR. Muslim dan at-Tirmidzi).


Adapun kaifiat salat Dhuha dilaksanakan dengan satu kali salam berdasarkan zhahir hadis-hadis yang menerangkan tentang salat dhuha baik yang empat, enam dan delapan rakaat.


Begitu pula didapatkan nash (keterangan jelas) bahwa Rasulullah Saw pernah salat dhuha empat raka’at dengan satu kali salam seperti yang diterangkan oleh Siti Aisyah Ra:


كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي الضُّحَى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ ، لاَ يَفْصِلُ بَيْنَهُنَّ بِكَلاَمٍ .


Rasulullah Saw, salat Dhuha empat raka’at, tidak dipisah dengan kalam (salam).” (HR. Abu Ya’la, Musnad Abu Ya’la, Jilid VII, hlm. 330).

Sementara hadis yang menjelaskan bahwa Nabi Saw salat Dhuha delapan rakaat, dengan cara salam setiap dua rakaat, hadisnya daif.


وَلِأَبِي دَاوُدَ عَنْهَا : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى سُبْحَةَ الضُّحَى ثَمَانِي رَكَعَاتٍ يُسَلِّمُ بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ.


“Dan menurut riwayat Abu Dawud, dari Ummu Hani, bahwa Nabi Saw salat Duha delapan rakaat, beliau salam pada setiap dua rakaat."

Hadis tersebut diambil dalam kitab Nail Al-Awthar, Juz 3, hlm. 80. Riwayat ini dha’if, sebab dalam sanadnya terdapat rawi bernama Iyad bin Abdullah bin Abdurrahman. Ia seorang rawi yang dinyatakan Munkar al-Hadits (hadisnya diingkari) oleh Imam al-Bukhari. (Lihat, Badzl al-Majhud, Jilid VII, hlm. 34).


Dengan demikian salat Dhuha dengan jumlah empat, enam dan delapan rakaat dilaksanakan dengan satu kali salam.


BACA JUGA:

Hukum shalat Dhuha dan Tahajud berjamaah

Reporter: redaksi Editor: Gicky Tamimi