Memakai Wewangian Saat Ihram

oleh redaksi

13 Maret 2025 | 15:18

Memakai Wewangian Saat Ihram


Bolehkah memakai wangi-wangian saat setelah ihlal ihram umrah, apakah termasuk memakai sabun mandi, aromatherapy, sabun cuci tangan, dan sejenisnya?


Jawaban:


Pada masa ihram haji atau umrah seorang Muhrim dilarang memakai wewangian. Hal ini berdasarkan hadits:


عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ قَامَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ مَاذَا تَأْمُرُنَا أَنْ نَلْبَسَ مِنَ الثِّيَابِ فِي الْإِحْرَامِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَلْبَسُوا الْقَمِيصَ وَلَا السَّرَاوِيلَاتِ وَلَا الْعَمَائِمَ وَلَا الْبَرَانِسَ إِلَّا أَنْ يَكُونَ أَحَدٌ لَيْسَتْ لَهُ نَعْلَانِ فَلْيَلْبَسْ الْخُفَّيْنِ وَلْيَقْطَعْ أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ وَلَا تَلْبَسُوا شَيْئًا مَسَّهُ زَعْفَرَانٌ وَلَا الْوَرْسُ وَلَا تَنْتَقِبْ الْمَرْأَةُ الْمُحْرِمَةُ وَلَا تَلْبَسْ الْقُفَّازَيْنِ. رَوَاهُ البُخَارِى 


Dari 'Abdullah bin 'Umar RA., ia berkata,“Seorang laki-laki berdiri lalu berkata,‘Wahai Rasulullah, pakaian apa yang baginda perintahkan untuk kami pakai ketika ihram?’ Nabi saw. menjawab,‘Janganlah kalian mengenakan baju, celana, sorban, mantel (pakaian yang menutupi kepala) kecuali seseorang yang tidak memiliki sandal, hendaklah dia mengenakan sepatu tapi dipotongnya hingga berada dibawah mata kaki dan jangan pula kalian memakai pakaian yang diberi minyak wangi atau wewangian dari daun tumbuhan. Dan wanita yang sedang ihram tidak boleh memakai cadar (penutup wajah) dan sarung tangan’."(HR. Al-Bukhari).


Menggunakan parfum dengan sengaja dikala ihram termasuk pelanggaran dan kifaratnya sebagaimana arahan Rasulullah Saw, yaitu hendaklah mencuci badannya dan menanggalkan kain ihramnya yang terkena wewangian tersebut. Sebagaimana dalam hadis diterangkan:


أَنَّ يَعْلَى كَانَ يَقُولُ لِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لَيْتَنِي أَرَى نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ يُنْزَلُ عَلَيْهِ فَلَمَّا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْجِعْرَانَةِ وَعَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَوْبٌ قَدْ أُظِلَّ بِهِ عَلَيْهِ مَعَهُ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِهِ فِيهِمْ عُمَرُ إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ عَلَيْهِ جُبَّةُ صُوفٍ مُتَضَمِّخٌ بِطِيبٍ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تَرَى فِي رَجُلٍ أَحْرَمَ بِعُمْرَةٍ فِي جُبَّةٍ بَعْدَ مَا تَضَمَّخَ بِطِيبٍ فَنَظَرَ إِلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَاعَةً ثُمَّ سَكَتَ فَجَاءَهُ الْوَحْيُ فَأَشَارَ عُمَرُ بِيَدِهِ إِلَى يَعْلَى بْنِ أُمَيَّةَ تَعَالَ فَجَاءَ يَعْلَى فَأَدْخَلَ رَأْسَهُ فَإِذَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُحْمَرُّ الْوَجْهِ يَغِطُّ سَاعَةً ثُمَّ سُرِّيَ عَنْهُ فَقَالَ أَيْنَ الَّذِي سَأَلَنِي عَنْ الْعُمْرَةِ آنِفًا فَالْتُمِسَ الرَّجُلُ فَجِيءَ بِهِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَّا الطِّيبُ الَّذِي بِكَ فَاغْسِلْهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ وَأَمَّا الْجُبَّةُ فَانْزِعْهَا ثُمَّ اصْنَعْ فِي عُمْرَتِكَ مَا تَصْنَعُ فِي حَجِّكَ


Bahwa Ya'la berkata Umar bin Al Khaththab Ra, "Seandainya aku dapat melihat Nabi Saw saat beliau menerima wahyu." Maka ketika Nabi Saw berada di Ji'ranah yang saat itu beliau diselimuti dengan kain sedangkan di sekelilingnya adalah para sahabatnya, di antara mereka ada Umar bin Al Khaththab, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki dengan mengenakan jubah Shuf dan tubuhnya telah terlumuri dengan wewangian. Laki-laki itu pun berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana menurut Anda, mengenai seorang laki-laki yang berniat Ihram untuk Umrah dengan mengenakan Jubah setelah ia melumurinya dengan wewangian?" Maka Nabi Saw pun memandangi laki-laki itu, lalu beliau terdiam hingga wahyu pun turun kepadanya. Maka Umar memberi isyarat dengan tangannya kepada Ya'la bin Umayyah, "Kemarilah." Ya'la pun datang dan langsung memasukkan kepalanya, ternyata wajah Nabi Saw sedang memerah, beliau mendengkur sejenak lalu siuman kembali. Sesudah itu, beliau bertanya: "Manakah orang yang bertanya padaku tentang Umrah?" maka laki-laki itu pun dicari dan dibawa ke hadapan beliau. Akhirnya Nabi Saw bersabda: "Adapun wewangian yang ada padamu, maka cucilah tiga kali, sedangkan Jubah, maka lepaskanlah. Lakukanlah pada Umrahmu sebagaimana apa yang kamu lakukan di dalam hajimu." (HR. al-Bukhari & Muslim)


Adapun memakai sabun mandi, aromatherapy, sabun cuci tangan, dan sejenisnya yang bukan untuk mewangikan atau hanya sekedar menghilangkan bau tidak termasuk pelanggaran ihram.


BACA JUGA: Info Haji 2024: Makkah Siap 100% Sambut Jemaah Haji Indonesia
Reporter: redaksi Editor: Gicky Tamimi