Selama saya blusukan di area Merbabu, baru kali ini menjumpai kasus tak terbelinya susu segar para peternak. Sebuah fenomena yang membuat sedih. Karena TK Persis Samirono pun menggantungkan seluruh biaya operasional sekolah dari susu segar. Kami memiliki 6 ekor sapi perah.
Memang kami bisa segera mendapat solusi. Yaitu dengan cara menjual hasil susu segar itu ke seorang dokter yang baik hati. Kemudian dokter tersebut membagikan susu segar ke sebuah ponpes terkenal di Tengaran. Kami bisa menjual susu dengan harga normal seperti hari-hari biasa.
Tadi pagi, utusan Sang Dokter sudah membeli 65 liter susu segar milik TK Persis. Dan nanti sore akan diambil lagi sebanyak 20 liter. Hasil perahan antara pagi dan sore memang beda. Lebih banyak di pagi hari.
Alhamdulillah TK Persis tidak kesulitan memasarkan susu, tapi bagaimana dengan nasib ribuan peternak susu lainnya? Bagaimana dengan para peternak yang kemungkinan terpaksa menjual dengan separuh harga? Itu juga kalau laku. Kalau tak laku, maka kemungkinan akan dibagikan gratis. Atau bahkan dibuang.... entahlah....
Jangan engkau tanyakan padaku mengapa bisa begini....
Karena akupun tak tau jawabannya....
Mari kita tanyakan kepada mereka para tuan-tuan terhormat pemegang kebijakan....
Mengapa mereka justru membuka kran impor susu dari negara lain? Padahal peternak susu Dalam Negeri juga sedang kebingungan....
Sumber: Facebook Widi Astuti
BACA JUGA: Penuh Haru, TK PERSIS 447 Samirono Luluskan Angkatan Pertama