JANGAN MUDAH MENUDUH MUNAFIK
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ أَمَّا بَعْدُ.
فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِى اْلقُرْانِ اْلكَرِيْمِ.أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلاَتَجَسَّسُوا وَلاَيَغْتَب بَّعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (atau kecurigaan yang negatif), sesungguhnya sebagian prasangka (negatif) itu dosa. Dan janganlah kamu memata-matai (mencari kesalahan orang lain) dan janganlah sebagian kamu mengumpat sebagian yang lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang. Qs.49/Al-Hujurat : 12
Sidang jum’ah rohimakumullaah !
Rasulullah saw. adalah imam setiap shalat di masjid nabawi. Para sahabat yang tingggal di sekitar masjid nabawi senantiasa bermakmum kepada Nabi saw. Mereka meyakini bahwa imam shalat mereka adalah Rasulullah saw., kecuali jika beliau memimpin perang atau sedang berada di luar Madinah, maka sebagai gantinya adalah Abdullah bin Ummi Maktum.
Di tempat tinggal para sahabat yang jauh dari masjid nabawi mereka mebangun masjid bagi kaumnya. Dan dengan imam yang tetap dari kaum itu sendiri. Seperti hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bukhari, Muslim, Nasai dan Ibnu Majah dari Mahmud bin Ar-Rabi', ia mengatakan," Itban bin Malik adalah seorang sahabat dari kaum Anshar yang dimuakhotkan (dipersaudarakan) oleh Nabi saw. dengan Umar bin Khattab. Ia termasuk salah seorang sahabat yang ikut perang badar. Dan Ia menjadi imam shalat bagi kaumnya.
Itban bin Malik mendatangi Rasulullah saw., ia berkata,'
يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ أَنْكَرْتُ بَصَرِي وَأَنَا أُصَلِّي لِقَوْمِي فَإِذَا كَانَتْ الْأَمْطَارُ سَالَ الْوَادِي الَّذِي بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ لَمْ أَسْتَطِعْ أَنْ آتِيَ مَسْجِدَهُمْ فَأُصَلِّيَ بِهِمْ
Wahai Rasulullah sesungguhnya penghlihatan saya mulai memburuk (hampir buta), saya biasa mengimami kaum saya.Jika terjadi hujan, maka, lembah yang terdapat antara saya dan mereka tergenang banjir hingga saya tidak dapat mendatangi masjid mereka untuk mengimami shalat.
Ia sangat berharap Rasulullah saw. mengabulkan permohonannya, ia berkata lagi,'
وَوَدِدْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَّكَ تَأْتِينِي فَتُصَلِّيَ فِي بَيْتِي فَأَتَّخِذَهُ مُصَلًّى
Saya berharap wahai Rasulullah engkau datang ke rumah saya untuk shalat di rumah saya, pasti saya akan jadikan tempat itu sebagai mushalla.
Mendengar permintaan Itban bin Malik seperti itu, Rasulullah saw. yang memiliki sifat akhlaqul karimah yang sangat tinggi, terutama yang memohon ini adalah seorang imam shalat dan guru bagi kaumnya, Beliaupun menyanggupinya dan bersabda,'
سَأَفْعَلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
Aku akan melakukannya (ke sana) insya Allah
Kesanggupan beliau untuk datang ke rumah Itban bin Malik dengan disertai ucapan insya Allah, menandakan bahwa kesiapan seseorang tak terkecuali seorang Rasul untuk melakukan sesuatu tak terlepas dari masyii ah Allah. Dengan demikian manusia bebas berencana apapun tetapi Allahlah yang menentukan takdirnya. Sebagaimana firman-Nya :
وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا. إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَاذْكُرْ رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَى أَنْ يَهْدِيَنِي رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَذَا رَشَدًا.
Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut) : "Insya Allah" . Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini". [Qs.Al-Kahfi : 23-24]
Karena hakikatnya seseorang tidak tahu apa yang akan terjadi dan dialami esok hari apalagi di kemudian hari walaupun sudah disiapkan dengan sematang-matangnya ternyata masih ghaib.
Allah Swt. berfirman :
وَمَاتَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا
Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Qs.31/Luqman : 34
Tugas kita hari ini berikhtiyar dengan maksimal disertai sabar dan tawakal, sebagaimana sya’ir berikut yang layak untuk kita renungkan
مَا مَضَىى فَاتَ وَالْمُؤَمَّلُ غَيْبٌ وَلَكَ السَّاعَةُ اللَّتِى أَنْتَ فِيْهَا
Apa yang telah lewat biarlah berlalu, apa yang dicita-citakan masih ghaib, dan bagimu sekarang adalah waktu (kesempatan) yang kamu dapatkan (gunakanlah).
Sidang jum’ah rohimakumullaah !
Itban bin Malik mengatakan,' Keesokan harinya pada waktu pagi di sa'at matahari mulai meninggi Rasulullah saw. berangkat dari rumahnya bersama Abu Bakar Siddik. Sebelum sampai di rumah saya Umar bin Khattab menyusul disertai sahabat lainnya.
Sesampai di rumah saya Rasulullah minta izin untuk masuk rumah. Sayapun mengizinkan beliau masuk. Beliau tidak duduk dulu ketika masuk rumah, tetapi beliau bersabda,'
أَيْنَ تُحِبُّ أَنْ أُصَلِّيَ مِنْ بَيْتِكَ ؟
Dimana tempat yang kau sukai, akan aku lakukan shalat di rumahmu ?
Itban Bin Malik mengatakan,'Aku menunjukkan kepada beliau pada suatu tempat di sudut rumah'. Kemudian Rasulullah berdiri dan bertakbir, kami pun berdiri dan membikin shaf di belakang beliau. Beliau shalat dua raka'at, lalu salam. Kami menahan beliau agar tidak pulang sebelum menyantap khazirah yang telah kami buat untuk beliau.
Setelah beliau selesai makan khazirah, datanglah beberapa orang laki-laki dari penduduk kampung itu, lalu berkumpul bersama Rasulullah saw.di rumah Itban bin Malik. Salah seorang di antara mereka berkata,' Di mana Malik bin Dukhsyun ?'. Seseorang berkata,' Dia itu munafik tidak mencintai Allah dan Rasul-Nya'. Mendengar perkataan mereka seperti itu Rasulullah saw. bersabda,'
لَا تَقُلْ ذَلِكَ أَلَا تَرَاهُ قَدْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يُرِيدُ بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ
Janganlah kamu berkata demikian, bukankah kamu telah mengetahuinya bahwa dia telah mengucapkan laa ilaaha illallaah itu dengan menghendaki keridoan Allah swt.?.
Orang itu menjawab,' Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui '.
Orang itu berkilah,'
فَإِنَّا نَرَى وَجْهَهُ وَنَصِيحَتَهُ إِلَى الْمُنَافِقِينَ
Karena kami melihat dia menjumpai dan menasihati orang-orang munafik.
Mendengar alasan mereka itu Rasulullah saw. bersabda,'
فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ
Sesungguhnya Allah telah mengharamkan api neraka kepada orang yang mengucapkan laa ilaaha illallaah itu dengan menghendaki keridoan Allah swt
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ
BACA JUGA:Peran Ayah dalam Mendidik Anak