Oleh: Ibrahim Nasrul Haq Alfahmi, S.Pd.
(Ketua Umum PP Pemuda PERSIS)
Perhelatan Muktamar Persatuan Islam ke-16 di Bandung tanggal 23—26 September 2022 tempo lalu berjalan sangat dinamis. Cita-cita kolektif muktamirin disampaikan dalam rangka mendapatkan perasan-perasan dari hati dan pikiran terbaik. Saling mengoreksi tentu harus hadir dalam momentum hajat lima tahunan ini, tetapi saling mengoleksi kebaikan-kebaikan tak boleh dilupa demi terwujudnya performance abilities Persis to work in 2th century.
Dalam mewujudkan cita-cita kolektif itu, penyakit musiman sudah harus musnah di tubuh organisasi yang besar ini. Dikotomi keilmuan yang tidak berdasar, tak boleh lagi distigmakan kepada orang yang minat keilmuannya tak sama dengan keumuman. Hierarki keilmuan seperti yang dijelaskan Naquib Al-Attas harus benar-benar dipahami oleh warga jamiyyah.
Muktamar ke-16 PERSIS setidaknya memunculkan dua sosok peraih suara terbanyak yang sejak jauh-jauh hari banyak diharapkan jamaah memimpin PERSIS berikutnya. Dr. Jeje Zaenudin, M.Ag dan Prof. Atip Latipulhayat, Ph.D. sejak awal menjadi dua sosok yang paling diminati dan juga tak lepas dari kampanye dikotomi keilmuan di atas. Qadarullah, tercatat di lauhulmahfuz Dr. Jeje Zaenudin didapuk menjadi nakhoda berikutnya.
Saya mafhum, sebagai pemimpin organisasi sebesar PERSIS di era ini Dr. Jeje Zaenudin harus menjadi pemimpin yang merdeka dan tentu memiliki kedaulatan atas kepemimpinannya. Seorang pemimpin tak boleh dibebani dengan "hutang" suara atau suksesi kepemimpinan, agar hati dan pikirannya lurus, bersih dan total dalam membawa kemajuan-kemajuan organisasi. Maka, tak lama setelah muktamar usai, Dr. Jeje Zaenudin mengumumkan 9 prinsip pemilihan tasykil PP PERSIS. Leadership meritocracy nampaknya ingin dihadirkan oleh Dr. Jeje Zaenudin dalam kepemimpinannya saat ini.
Menurut Michael Young, meritokrasi adalah a good quality which is deserve to be praised dalam artian menghadirkan struktur yang layak karena performanya yang sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas keilmuan atau keahliannya. Stephen Mc Namee mensyaratkan meritokrasi kepada empat hal; 1) Talent, 2) Right Attitude, 3) Hard Work, dan 4) High Moral Character. Saya menyimpulkannya dengan tiga poin, yaitu kapabilitas dan moralitas, profesionalisme serta kepedulian dan tanggung jawab.
Jika berdasar hal ini, ada satu kata kunci yang siap dibangun sejak awal, baik oleh Dr. Jeje Zaenudin maupun Prof. Atip Latifulhayat seperti yang juga disampaikan oleh keduanya kepada siapa pun, yaitu KOLABORASI. Keduanya sadar Persatuan Islam harus dibangun oleh banyak kebaikan, ragam keilmuan dan potensi yang bervariatif untuk menghadapi tantangannya di abad ke-2.
Mengejutkan sekaligus membahagiakan, Dr. Jeje Zaenudin, M.Ag selaku Ketua Umum PP PERSIS Masa Jihad 2022-2027 menjawab kepemimpinan kolaboratif dengan menggandeng Prof. Atip Latifulhayat, Ph.D. sebagai wakil ketua umumnya, seperti yang telah diumumkan Sabtu, 8 Oktober 2022 melalui channel PERSIS TV. Begitu pun Prof. Atip mampu menunjukkan kematangannya sebagai senior untuk membangun jamiyyah bersama-sama.
Tidak hanya memilih struktur yang cakap dengan keilmuan atau keahliannya, kepemimpinan Dr. Jeje akomodatif kepada potensi-potensi anak muda yang sesuai dengan 9 prinsip penunjukan tasykil sebagaimana yang telah dipublikasikan sebelumnya. Beliau menggalang kekuatan dari ragam generasi, termasuk generasi muda yang saat ini sedang berstuktur di badan otonom PERSIS.
Semoga Allah subhanahu wata’ala memberi inayah kepada Dr. Jeje Zaenuddin, M.Ag. beserta tasykil dalam memimpin jamiyyah Persatuan Islam yang tercinta ini, sangat bersyukur jajaran tasykil PP PERSIS masa jihad 2022-2027 ini diisi oleh sumber daya manusia yang cakap dan tangguh sesuai dengan keahliannya.
[]
Editor: Ilmi Fadillah