Menunggu Gagasan Transformasi Dakwah Pasca Muktamar XVI PERSIS

oleh Reporter

27 September 2022 | 23:03

Oleh:
Adi Tahir Nugraha
(Ketua Bidang Jamiyyah PP Pemuda Persis Masa Jihad 2021-2026)

 

Merawat Dialektika Pascamuktamar

Semangat berdialektika dan berdinamika di arena Muktamar XVI PERSIS mesti dirawat dan diimplementasikan di ruang-ruang dakwah yang lebih luas. Ada banyak gagasan yang hadir yang menjadi spirit muktamar yang tidak boleh meredup pascamuktamar. Spirit perubahan yang didentumkan, bahkan dikampanyekan sebelum muktamar juga harus terus hidup mewarnai perjalanan PERSIS ke depan. Terutama dalam menyikapi dan menyambut abad kedua di depan, PERSIS mesti me-leading gerakan dakwah yang transformatif, menjadi rujukan dan kiblat gerakan dakwah Islam di Indonesia bahkan Internasional dari aspek tajdid al-fikrah wa al harakah.

 

Hadir merespons isu-isu besar nasional dan internasional yang dicontohkan oleh founding fathers PERSIS seperti A. Hassan, KH. Mohammad Isa Anshary, Mohammad Natsirm dan sederet tokoh lain yang telah berkiprah memberi uswah hasanah dalam berfikrah dan berharakah.

 

Peneliti Howard M. Federspiel dalam disertasinya Persatuan Islam: Isamic Reform in twentieth Century Indonesia menyebutkan bahwa PERSIS hadir memberikan pengaruh yang luar biasa dalam tradisi wacana keislaman, terutama tahun 1920-an, 1930-an, 1950-an. PERSIS, walaupun jumlahnya sangat sedikit pada saat itu, tetapi buah pemikiran keislamannya dapat menjadi rujukan bagi umat. A. Hassan yang bahkan mempromosikan pemikiran PERSIS melalui kehebatannya berhujjah, baik secara lisan maupun tulisan, ditiru juga oleh muridn-muridnya seperti M. Natsir dan KH. E. Abdurrahman dengan pola dan corak yang berbeda dalam berfikrah sebagai bagian dari distirbusi peran dakwah Islam.

Merawat Tradisi Fikrah Islam

Jika dulu PERSIS dikenal dengan tradisi fikrah Islam yang dapat menggema dan menjadi khazanah pemikiran Islam di Indonesia, seperti dialognya A. Hassan dan Soekarno saat di Ende melalui media surat yang membahas seputar fenomena keislaman yang terjadi; Isa Anshary yang berani di garda depan dalam merespons komunisme dengan tradisi wacana pemikiran, bahkan sampai pada gerakan membuat Front Anti Komunis untuk membendung arus komunisme melalui PKI saat itu, maka hari ini besarnya PERSIS dengan tradisi fikrah Islam itu harus dikembalikan, terutama dalam menjawab pelbagai persoalan yang berkaitan di semua aspek kehidupan, baik fikih ibadah sampai dengan yang berkaitan dengan fikih kebangsaan dan kenegaraan.

Sebagai sebuah ekspektasi bahwa PERSIS ke depan harus banyak mempromosikan dan mendistribusikan gagasan keislaman sesuai dengan konteks zaman, hari ini banyak sekali hadir ruang-ruang aktualisasi berfikrah di PERSIS dari berbagai corak kajian yang ada di berbagai daerah, baik program struktur maupun yang diselenggarakan secara kultural. Catatannya adalah upaya kristalisasi ruang-ruang kajian ini menjadi sumber kekuatan yang menjaga tradisi fikrah Islam ala PERSIS.

Menafsir Gagasan Transformasi Gerakan  Dakwah

Transformasi memiliki arti perubahan dari satu bentuk ke bentuk yang lain, baik skala kecil maupun skala besar, baik cepat maupun lambat. Perubahan sendiri menjadi satu hal yang tidak dapat dihindari oleh kita, setiap detiknya ada perubahan yang terjadi. Jika mengacu pada pengertian ini, tema Muktamar XVI ini menginginkan PERSIS melakukan perubahan. Lalu ide transformasi gerakan dakwah seperti apa yang akan jadi fokus gerakan dakwah PERSIS ke depan? Apakah pada metode, corak, pola, cara pandang, atau media? Tentu pertanyaan ini yang dapat menjawab adalah yang menginisiasi bahwa PERSIS mesti melakukan gerakan transformasi dakwah.

Adaptif: Digitalisasi Dakwah

Tidak dimungkiri hari ini media sosial menjadi satu tren dalam gerakan ekonomi, sosial, politik, bahkan dakwah. Menurut data dari We Are Social, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 191 juta orang pada Januari 2022. Jumlah itu telah meningkat 12,35% dibandingkan pada tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 170 juta orang. Melihat trennya, jumlah pengguna media sosial di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

Membaca data pertumbuhan pengguna aktif media sosial ini harus menjadi tantangan sekaligus peluang dakwah PERSIS ke depan. PERSIS harus lebih masif mendistribusikan dakwah lewat media sosial dengan sistem dan organisasi yang mapan, ditunjang dengan performa infrastruktur yang baik. Apalagi di Muktamar XVI kemarin PERSIS dalam rencana strategis programnya menaruh perhatian pada digitalisasi dakwah.

Ke depan, kanal Youtube dan media-media lainnya yang selalu muncul dan paling banyak dicari oleh mesin pencari adalah gagasan fikrahnya PERSIS. Sehingga, fikrah PERSIS ini dapat diakses oleh berbagai kalangan dan kebermanfaatannya luas.

Dakwah yang Rahmatan Lil ‘Alamin

Rahmatan lil ‘alamin adalah sistem nilai yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. sebagai tujuan dari dakwah yang dilakukannya. Terminologi yang diabadikan dalam Al-Qur’an ini sering digunakan untuk mempersepsikan bahwa Islam itu damai, sejuk, dan menentramkan.

Dalam hal ini, bisa jadi PERSIS ingin mempertegas bahwa PERSIS itu ada untuk menghadirkan kebermanfaatan bagi banyak orang, dalam aktifitas sosial, ekonomi, politik, dan aktivitas bernegara.

Selebihnya mari kita tunggu gagasan transformasi apa yang akan diimplementasikan oleh PERSI hari ini?

[]

 

(ed: dhanyawan/foto: persis photography)

Reporter: Reporter Editor: admin