Bagaimana Seharusnya “Islamic Worldview” Diajarkan kepada Mahasiswa S1 ?

oleh Reporter

24 April 2019 | 01:48

Semester ini saya mendapat tugas untuk mengajar mata kuliah “Pandangan Hidup Islam”. Setahu saya mata kuliah ini tidak diajarkan di kampus Islam negeri, juga yang swasta. Waktu masih kuliah S1 dulu, saya sempat mendengar bahwa Mahasiswa Program Pascasarjana UI di Salemba wajib mengambil mata kuliah ini.

Waktu saya di UIN Yogyakarta, saya mendapatkan ilmu ini di luar perkuliahan. Dari situs insists.net., dari seminar-seminar alumni PKU Gontor, dll. Memang tidak mungkin UIN Yogyakarta mengajarkan mata kuliah ini. Jadi, apakah mengajarkan mata kuliah ini kepada mahasiswa S1 terlalu dini?

Disertasi Ust. Tiar Anwar Bachtiar telah membuktikan keampuhan formula “Islamic Worldview” ini sebagai bahan bakar utama gerakan pemikiran INSISTS yang mula-mula ditujukan untuk ‘bertarung’—edisi terbitan disertasi ini memang diberi judul “Pertarungan Pemikiran Islam”—dengan arus pemikiran liberal di kalangan umat Islam. Lalu melalui pendekatan sejarah, Ust. Tiar meng-capture beberapa kelompok studi di berbagai daerah, Depok, Bandung, Yogyakarta, Solo, dan Surabaya yang memiliki frekuensi yang sama dengan INSISTS ini.

Maka paling tidak 10 tahun terakhir, formulasi “Pandangan Hidup Islam” telah menjadi kecenderungan baru dan memberikan alternatif wacana dalam diskursus Islamic studies di Indonesia, yang sejak 20 hingga 30 tahun yang lalu dikuasai oleh kampus-kampus Islam negeri dan lulusan-lulusannya, paling tidak di level akademik.

Mata kuliah “Pandangan Hidup Islam” (PHI) ini rasa-rasanya merupakan alternatif pengganti mata kuliah “Metodologi Studi Islam” (MSI) yang dulu waktu saya kuliah menjadi mata kuliah wajib semua mahasiswa semester satu, apapun jurusannya. Seingat saya, isi mata kuliah itu adalah pembahasan tentang makna Islam, sumber ajarannya, aliran-alirannya, sejarahnya, dll. Seolah-olah “Islam” adalah objek, lalu mahasiswa adalah “Subjek” yang sedang mengkaji Islam itu sendiri. Cenderung Orientalists-minded kalau saya ingat-ingat kembali.

Kita seperti berjarak dengan sesuatu yang kita yakini dan jalani sehari-hari sejak bangun pagi sampai tidur lagi. Apa rujukan utamanya? “Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya”. Lalu ada beberapa buku sekunder yang ditulis memang khusus untuk kebutuhan mata kuliah ini, misalnya, seingat saya, buku “Metodologi Studi Islam” karya Abudin Nata, guru besar di Fakultas Tarbiyah UIN Ciputat.

Barangkali berkat kebijakan otonomi, kampus-kampus Islam swasta memiliki pilihan untuk tidak menjadikan mata kuliah “Metodologi Studi Islam” sebagai mata kuliah wajib, jadi secara fungsional bisa diganti dengan mata kuliah “Pandangan Hidup Islam”. Meskipun ‘derajatnya’ saya rasa lebih tinggi “Pandangan Hidup Islam”. Sebab kalau merujuk pada salah satu rujukan utamanya, Prolegomena to the Metaphyisc of Islam, an Exposition of the Fundamental Elements of the Worldview of Islam, mata kuliah ini adalah level kedua dari mata kuliah “Pengantar Filsafat” atau “Filsafat Umum” yang masih menjadi mata kuliah wajib, yaitu, kira-kira, kalau nama mata kuliahnya dibuat lebih populis menjadi “Pengantar Metafisika Islam”.

Isinya adalah pembahasan mengenai konsep-konsep kunci dalam Islam, mulai dari konsep Tuhan, Agama, Kenabian, Kitab Suci atau Wahyu, Ilmu, dll. Gaya pembahasannya lebih Oksidentalis, kita mulai dengan mendaras buku “Wajah Peradaban Barat” dan merinci konsep-konsep, baik eksplisit—termaktub dalam buku—maupun implisit—dalam perilaku orang-orang Barat, yang sama, yaitu mengenai Tuhan, dst. dalam peradaban Barat. Lalu masuklah kita ke dalam konsep-konsep metafisis dalam Islam.

Kecenderungan Oksidentalis dalam pengajaran PHI ini saya rasakan ketika menugaskan mahasiswa untuk me-review buku “Misykat”-nya Ust. Hamid Fahmy Zarkasyi. Dengan gaya tulisan yang padat namun renyah, berulang-kali dalam setiap judul artikelnya, Ust. Hamid Fahmy Zarkasyi mengawali paragraf-paragraf pertamanya dengan pengalaman-pengalaman beliau ketika di kuliah di Birmingham. Misalnya dalam artikel berjudul “Agama”, Ust. Hamid FZ bercerita tentang sebuah baligo Manchester United yang bertuliskan “It’s like religion”. Lalu beliau membongkar konsep agama dalam peradaban Barat dan menutup artikelnya dengan konsep agama dalam Islam. Jadi seperti itulah “Pandangan Hidup Islam” saya pelajari bersama-sama teman-teman mahasiswa. (*)

 

 

***

Penulis: Imam Sopyan
 

Reporter: Reporter Editor: admin