Satu hal yang jangan sampai dilupakan oleh bangsa Indonesia terutama umat Islam, yaitu bahaya laten PKI. Bagaimana mereka telah menembus jantung pertahanan NKRI, membantai para Jendral, dan di sejumlah daerah mereka melakukan terror dan pembantaian terutama kepada para santri, ustadz, dan ulama. Kalaulah mereka mendominasi bahkan menguasai negeri ini, bagaimana nasib masjid-masjid dan madrasah-madrasah kita?
Demikian sebagian penderitaan-penderitaan yang dialami oleh kaum muslimin di seluruh dunia, baik disebabkan konflik internal maupun disebabkan oleh kebrutalan bangsa-bangsa Yahudi, Nashrani dan Kaum Musyrikin.
Pertanyaannya, apakah pada masa-masa kita atau anak cucu kita fitnah-fitnah itu akan terulang kembali? Apakah tanda-tanda telah ada di antara kita? Apalagi pada saat ini di Indonesia muncul suatu kelompok yang akhir-akhir ini baru berani terang-terangan yang akan mewarnai gejolak umat Islam di Indonesia yaitu kelompok syiah rafidhah. Apakah kondisi umat ini akan lebih baik atau tambah buruk?
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, penulis akan sampaikan beberapa sabda Nabi Shallallahi alaihi wa Sallam yang telah terjadi dan boleh jadi akan terulang kembali dialami oleh umat ini.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَكْثُرَ الْهَرْجُ قَالُوا وَمَا الْهَرْجُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْقَتْلُ الْقَتْلُ
Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, "Rasulullah Shallallahi alaihi wa Sallam telah bersabda, 'Kiamat itu tidak akan terjadi kecuali banyak terjadi Haraj' Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, apa haraj itu?" Rasulullah SAW menjawab, "Yaitu pembunuhan dan pembunuhan." (Muslim 8/170)
Hadits di atas merupakan pemberitahuan dari Nabi Shallallahi alaihi wa Sallam akan suatu zaman di mana banyak pembunuhan dengan sebab apapun. Pada zaman sekarang ini, kita sering menyaksikan orang-orang dibunuh dengan cara yang sadis. Bahkan yang lebih mengerikan akan datang suatu masa orang saling bunuh tetapi tidak tahu sebabnya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَأْتِيَ عَلَى النَّاسِ يَوْمٌ لَا يَدْرِي الْقَاتِلُ فِيمَ قَتَلَ وَلَا الْمَقْتُولُ فِيمَ قُتِلَ فَقِيلَ كَيْفَ يَكُونُ ذَلِكَ قَالَ الْهَرْجُ الْقَاتِلُ وَالْمَقْتُولُ فِي النَّارِ.
Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, "Rasulullah Shallallahi alaihi wa Sallam telah bersabda, 'Demi Dzat yang jiwaku di Tangan-Nya, dunia ini tidak akan binasa kecuali setelah manusia mengalami suatu masa di mana pelaku pembunuhan tidak mengerti apa sebabnya ia membunuh dan orang yang terbunuh juga tidak mengerti apa sebabnya ia dibunuh.' Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah, "Bagaimana hal itu bisa terjadi ya Rasulullah?" Rasulullah SAW menjawab, "Itulah pembunuhan, di mana orang yang membunuh dan orang yang di bunuh akan masuk neraka" (Muslim 8/183)
Hadits berikut juga memberitahukan kepada kita bahwa kaum muslimin akan berperang melawan bangsa yang sebagaimana Rasul sebutkan ciri-ciri fisik mereka. Apakah yang dimaksud adalah bangsa Mongol atau bangsa lain, apakah sudah terjadi atau belum terjadi? tetapi sebagaimana disebutkan ini adalah mukjizat Nabi Shallallahi alaihi wa Sallam mengenai berita yang akan dialami oleh kaum muslimin.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تُقَاتِلُونَ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ قَوْمًا نِعَالُهُمْ الشَّعَرُ كَأَنَّ وُجُوهَهُمْ الْمَجَانُّ الْمُطْرَقَةُ حُمْرُ الْوُجُوهِ صِغَارُ الْأَعْيُنِ
Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, "Rasulullah Shallallahi alaihi wa Sallam telah bersabda, 'Menjelang kiamat kelak, kalian pasti akan memerangi orang-orang yang memakai terompah kain yang berbulu, wajah mereka bagai perisai besi yang ditempa, berwajah merah, dan bermata sipit. (Muslim 8/183)
عَنْ عُمَيْرِ بْنِ هَانِئٍ الْعَنْسِيِّ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ يَقُولُ كُنَّا قُعُودًا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ فَذَكَرَ الْفِتَنَ فَأَكْثَرَ فِي ذِكْرِهَا حَتَّى ذَكَرَ فِتْنَةَ الْأَحْلَاسِ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا فِتْنَةُ الْأَحْلَاسِ قَالَ هِيَ هَرَبٌ وَحَرْبٌ ثُمَّ فِتْنَةُ السَّرَّاءِ دَخَنُهَا مِنْ تَحْتِ قَدَمَيْ رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يَزْعُمُ أَنَّهُ مِنِّي وَلَيْسَ مِنِّي وَإِنَّمَا أَوْلِيَائِي الْمُتَّقُونَ ثُمَّ يَصْطَلِحُ النَّاسُ عَلَى رَجُلٍ كَوَرِكٍ عَلَى ضِلَعٍ ثُمَّ فِتْنَةُ الدُّهَيْمَاءِ لَا تَدَعُ أَحَدًا مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ إِلَّا لَطَمَتْهُ لَطْمَةً فَإِذَا قِيلَ انْقَضَتْ تَمَادَتْ يُصْبِحُ الرَّجُلُ فِيهَا مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا حَتَّى يَصِيرَ النَّاسُ إِلَى فُسْطَاطَيْنِ فُسْطَاطِ إِيمَانٍ لَا نِفَاقَ فِيهِ وَفُسْطَاطِ نِفَاقٍ لَا إِيمَانَ فِيهِ فَإِذَا كَانَ ذَاكُمْ فَانْتَظِرُوا الدَّجَّالَ مِنْ يَوْمِهِ أَوْ مِنْ غَدِهِ
Dari 'Umair bin Hani' Al 'Ansi, ia bertutur bahwa ia mendengar Abdullah bin 'Umar berkata, "Suatu saat kami sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahi alaihi wa Sallam. Beliau berbicara tentang fitnah-fitnah dan beliau juga memperbanyak ceritanya, sampai beliau berkisah tentang fitnah Al Ahlas. Maka seseorang bertanya, 'Apakah itu fitnah Al Ahlas? Rasulullah menjawab, (Yaitu fitnah) ketika orang-orang saling bermusuhan dan terjadi pertempuran. Kemudian fitnah kesenangan yang asap fitnahnya akan disulut dari sela-sela kaki seseorang dari kalangan ahlul bait, ia mengaku keturunanku, padahal ia bukan dariku. Sesungguhnya para waliku adalah seseorang yang bertakwa. Lalu, orang-orang berdamai pada satu orang layaknya pangkal paha yang bertumpuk di tulang rusak (bersepakat dengan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan). Kemudian fitnah buruk orang buta (dengan kekuasaan) yang membuat semua orang tidak akan luput dari pukulannya di wajah (bencana yang disebabkannya). Dan ketika fitnah itu dianggap telah usai, ternyata fitnah itu justru kian berlanjut. Hingga seorang lelaki akan beriman dipagi hari, kemudian ia menjadi kafir di sore harinya. Lalu manusia akan terbagi menjadi dua kelompok, sekelompok orang yang benar-benar beriman tanpa kemunafikan dalam keimanan mereka, dan kelompok orang yang penuh dengan kemunafikan dalam imannya. Dan jika kalian mengalami kondisi itu, maka tunggulah kedatangan Dajjal di hari itu atau keesokan harinya. " (Shahih : As-Shahihah 972)
Berdasarkan hadits di atas, umat Islam akan mengalami tiga fitnah, yaitu Fitnah Ahlas yaitu fitnah peperangan dan pembantaian antar sesama muslim. Pintu penghalang fitnah ini telah didobrak dan tidak akan tertutup lagi sampai sekarang. Sejak terbunuhnya Utsman sampai sekarang sesuai dengan apa yang disabdakan Nabi, bahwa sekali pedang seorang mukmin tertancap pada tubuh seorang mukmin lainnya, maka itu akan sangat sukar untuk diangkat. Itu artinya, ketika telah terjadi sekali penikaman, maka peperangan dan pembantaian antar umat Islam akan terus berlanjut. Dan kita dapati, hingga hari ini fitnah ini masih bergulir.
Kemudian yang kedua fitnah Sarra, yaitu fitnah harta dan kesenangan. Orang-orang berperang dan tega membantai sesamanya karena urusan harta dan kesenangan. Mereka bicara atas nama agama tetapi sebenarnya yang mereka kejar adalah harta dan kekayaan. Sejarah telah membuktikan bagaimana orang-orang syiah memberontak atas nama ahlul baet dan bagaimana mereka menjadi pengkhianat kaumnya.
Dan fitnah yang terakhir yang tengah melanda kaum muslimin ialah Fitnah Duhaima’, yaitu fitnah aliran sesat dan pemikiran menyimpang. Dalam kitab Ithaful Jama’ah juz 1/ 259 di situ disebutkan bab fitnah pengikut hawa nafsu dan bid’ah-bid’ah.
Imam Ahmad dengan sanad yang shahih meriwayatkan suatu hadits yang bersumber dari Abu Barzah bahwasanya Rasulullah Shallallahi alaihi wa Sallam bersabda :
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan dari kalian adalah syahwat menyimpang yang terdapat dalam perut, dan kemaluan kalian, dan fitnah-fitnah yang menyesatkan. Dalam riwayat lain dengan lafadz hawa nafsu yang menyesatkan.”
Perkembangan aliran sesat dan pemikiran menyimpang saat ini, sangat luar biasa. Nyaris tidak terbendung. Betapa pemikiran sekulerisme, pluralisme dan liberalisme dan sebagainya berkembang dengan begitu pesat dan diyakini sebagai kebenaran. Termasuk kelompok ini adalah sikap ekstrim yang dimiliki oleh kaum khawarij.
Mengenai sikap ekstrim, penulis kutip terjemahan hadits shahih riwayat Bukhari yang menggambarkan keadaan mereka :
dari Abu Salamah dan 'Atho' bin Yasar bahwasanya keduanya pernah mendatangi Abu Sa'id Al Khudri dan menanyainya tentang sekte Haruriyah; 'apakah engkau mendengar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam? ' Ia mengatakan; 'Saya tidak tahu menahu tentang haruriyah, hanya saja Aku mendengar Nabi Shallallahu'alaihi wasalalm bersabda; "Akan muncul di kalangan umat ini -dan ia tidak mengatakan dari umat ini- suatu kaum yang kalian akan meremehkan shalat kalian bila di bandingkan dengan shalat mereka, mereka membaca al Qur`an namun tidak melewati kerongkongan atau tenggorokan mereka, mereka keluar dari agama sebagimana anak panah keluar dari busurnya, lantas sang pelempar melihat anak panahnya, mata panahnya hingga kain panahnya, hingga seolah-olah anak panah itu keluar dalam tempat senar, apakah ada darah yang menempel?"
Hadits di atas menjadi salah satu tanda nubuwwah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang diberitakan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwa hal tersebut nanti terjadi pada kaum Muslimin. Hadits di atas memberi sinyalemen kepada kita bagaimana sikap mereka di kemudian hari bahwa mereka berlebih-lebihan dalam melaksanakan ibadah hingga seorang muslim iri melihat aktifitas ibadah shalat dan puasa mereka.
Hadits di atas juga membeberkan kepada kita titik lemah yang menyebabkan sikap berlebih-lebihan mereka dan kemurtadan mereka. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “mereka membaca Al-Qur’an tetapi tidak melewati tenggorokannya.”
Menurut Muhammad Sayyid Al-Wakil (hal. 96), hal tersebut terjadi karena dua hal: pertama, ketidakpahaman seperti yang diisyaratkan hadits bahwa Al-Qur’an berhenti di tenggorokannya dan tidak berjalan menuju hatinya. Pemahaman dan kesadaran tidak mungkin terwujud kecuali jika Al-Qur’an masuk ke dalam hati kemudian membuatnya bersinar, memberikan petunjuknya dan meninggalkan ilmu dan rahasianya kepadanya, kebenaran menjadi jelas baginya, ia mengetahui petunjuk, mengikuti jalan kaum Mukminin dan mengambil petunjuk Rasulullah yang terpercaya.
Kedua, radikalisme yang tidak berdasarkan kepada kesadaran. Hal ini membuat mereka tidak mengetahui watak agama ini yang telah dijelaskan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan sabdanya:
“sesungguhnya agama ini kokoh, maka masuklah ke dalamnya dengan lembut.”
Berlebih-lebihan dalam masalah-masalah agama bertentangan dengan watak agama Islam dan jahil terhadap prinsip-prinsipnya. Tidak ada yang bisa diharapkan dari sebuah jama’ah yang buta terhadap prinsip-prinsip Islam yang ingin dijadikan landasan gerakannya kecuali penyelewengan. Tidak ada yang bisa ditunggu dari kelompok yang bergerak aktif tapi salah dalam perencanaannya kecuali kegagalan.
Tiga fitnah ini menyerang seluruh tubuh vital umat Islam. Secara fisik mereka disibukkan oleh perselisihan dan peperangan antar sesama muslim. Kemudian secara pemikiran/ideologi mereka diserang oleh aliran-aliran sesat dan pemikiran-pemikiran menyimpang seperti sekulerisme, liberalisme dan pluralism. Sedangkan dari aspek hati, mereka dikuasai oleh cinta terhadap harta dan kesenangan dunia. Mereka rela menukarkan agamanya dengan kesenangan dunia yang tidak seberapa. (Abu Fatiah Al-Adnani, Kita Berada di Akhir Zaman).
Apa yang kita lakukan, agar terhindar dari fitnah-fitnah di atas? Di antara sifat orang yang bijaksana adalah bercermin dari sebuah pengalaman. Sungguh, dalam kisah umat-umat terdahulu, terdapat pelajaran yang sangat mendalam dan renungan yang harus selalu menggetarkan hati orang-orang yang hidup setelah mereka.
Bersambung….. (ke part ke 5, klik disini)
****
Penulis: H. Deni Sholehudin, M.SI ( Ketua Bidgar Pengembangan Dakwah dan Kajian Pemikiran Islam PP PERSIS)