Garut - persis.or.id, Sekolah Tinggi Agama Islam Persatuan Islam (STAIPI) Garut menggelar Seminar Politik, Ahad (17/03/2018) di Aula Kampus.
Seminar yang mengusung tema, "Arah Perjuangan Umat; Integrasi Keislaman dan Kebangsaan” itu menghadirkan para tokoh-tokoh intelektual nasional.
Di antaranya, Sekjen MIUMI Pusat, Ustadz Bachtiar Nashir, Lc., MM, Sekretaris Hubungan Masa dan Kelembagaan PP PERSIS, Dr. Tiar Anwar Bachtiar, M. Hum. dan Ketua Umum Wahdah Islamiyyah, Dr. Zaitun Rasmin, Lc., MA. Selain itu, hadir pula Ketua Umum PP PERSIS sekaligus Rektor STAIPI Garut, KH. Aceng Zakaria sebagai Keynote Speaker.
Ketua PD PERSIS Garut, Ena Sumpena, M.Pd.I, turut memberikan sambutan dalam pembukaan.
Semua dihadiri ratusan peserta yang memadati Aula. Mereka tampak antusias menyaksikan pemaparan dari para pemateri yang berusaha memberikan kesadaran kepada umat dalam menyikapi dinamika politik yang ada.
Dalam pemaparannya, Bachtiar Nasir menyebutkan bahwa umat Islam mulai bangkit dan tinggi dalam semangat perjuangan, namun umat terpecah dalam menentukan suara terhadap partai Islam.
Efeknya, menurut UBN saapan beliau, kekuatan dan tajuk kekuasaan dipegang oleh partai-partai yang tidak pro terhadap Islam dan mementingkan kepentingan-kepentingan Islam.
"Yang terjadi kemudian, pemberlakuan undang-undang yang tidak sesuai dengan syari’at Islam," tambah Bachtiar Natsir.
Sementara itu, Tiar Anwar Bachtiar menjelaskan bahwa Persis di dalam kancah perpolitikan masih seperti 'lelengkah halu' (meraba-raba, red) terhadap politik yang akan dihadapinya.
Ia mewanti-wanti jangan sampai langkah politik Persatuan Islam itu mengiblat ke langkah politik sekuler dan belajar politik kepada politik sekuler.
Persatuan Islam dalam pandangan Tiar, harus mandiri di dalam langkah perpolitikannya dengan tetap mengacu kepada Al-Quran dan As-Sunnah.
Ia menyebutkan bahwa Persis mempunyai contoh di dalam kancah perpolitikan yang maju di masa yang lalu seperti M Natsir, K.H.E Abdurrahman, Isa Anshari dan lain sebagainya sebagai contoh yang aktif dalam perpolitikan yang maju pada masa itu.
Para pemateri menyampaikan pentingnya umat memahami sistem politik dan juga dinamika yang terjadi di Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Ustadz Bachtiar Nasir (UBN), juga turut menyoal jika sekarang sistem merebut kekuasaan adalah dengan sistem politik uang demi memilih suatu pemimpin, maka umat tak boleh bermental minta-minta dan disogok, hanya untuk dapat memenangkan salah satu pihak.
"Ini akan benar-benar kacau jikalau diawali dengan jalan yang seperti itu, oleh karenanya muslim harus bersatu dan berkorban uang untuk dapat mengajukan pemimpin yang pro terhadap rakyat dan pro terhadap Islam," jelas UBN.
Para peserta yang hadir pun memberikan apresiasi terhadap acara tersebut.
“Acara ini membukakan pikiran kita untuk dapat selektif di dalam menentukan pilihan politik, serta memberikan arah pula wawasan politik supaya tidak ada kekeliruan didalam memilih para calon penguasa yang akan dipilih. Dan dengan adanya acara yang di selenggarakan di STAI Persis ini membukakan fikiran saya untuk dapat selektif dan melek terhadap politik," ungkap Farhan, peserta dari PC Pemuda PERSIS Cibatu.
“Tentu saja acara ini menarik dan bagus, dan dari sisi bagusnya itu adalah dikarenakan di sini pula menghadirkan pemateri yang sekaliber nasional yaitu ketua MIUMI Pusat dan ketua MIUMI Jabar yang hadir di dalam acara ini. Dan acara ini pula memberikan arahan dalam memilih dan menentukan para calon penguasa yang akan menjadi pemimpin,” ujar salah seorang mahasiswi, Sri Halimah. (/Rifqi Muhammad Fajar).