Garut, persis.or.id – Mengundang pemateri yang ahli dalam bidangnya, Bidang Garapan Pendidikan Pimpinan Daerah Persatuan Islam (PD PERSIS) Garut menyelenggarakan seminar bertajuk ‘Sejarah Pesantren PERSIS’.
Para pemateri yang dihadirkan yakni Dr. H. Tiar Anwar Bachtiar, M.Hum. dan juga Drs. H. Ena Sumpena, M.Pd.I.
Mengingat pentingnya tema yang diangkat, kegiatan ini mengundang para Ketua Bidgar Pendidikan Pimpinan Cabang (PC) PERSIS, Mudir ‘Am, dan Mudir Satuan Pesantren Persatuan Islam (PPI) Se-Kabupaten Garut.
“Dengan berbagai situasi yang ada, intern dan ekstern, jangan sampai melupakan tujuan awal didirikannya pesantren di jamiyah PERSIS. Karena itu kita harus melek sejarah,” ucap ustadz Dede selaku perwakilan dari PD PERSIS Garut dalam sambutannya.
Pihaknya berharap agar kegiatan seminar tersebut dapat menjadi panduan dalam menghadapi berbagai situasi dan kondisi di lembaga pendidikan PERSIS.
Dalam sesi pertama, Dr. Tiar selaku pakar sejarah yang juga alumni Universitas Indonesia (UI) ini menyoroti Sejarah Kaderisasi melalui Pesantren PERSIS. Dalam pengamatannya, ada empat ciri khas pesantren PERSIS.
Pertama, tujuannya menyiapkan kader da’i dan ulama pelanjut misi dakwah PERSIS. Kedua, kurikulum menekankan pada penguasaan ilmu-ilmu agama.
Ketiga, sumber ajar yang beda dengan pesantren tradisionalis. Dan keempat, pembiayaan yang bersumber dari infaq dan wakaf.
“Dengan demikian. PERSIS yang mendirikan pesantren, bukan pesantren mendirikan PERSIS. Hal ini berbeda dengan di Nahdhatul Ulama,” terang Ustaz Tiar yang juga dosen STAI PERSIS Garut ini.
Perkembangan selanjutnya, kata dia, adalah adanya perubahan terkait dengan tuntutan masyarakat dan kebijakan pemerintah.
Dalam hal hubungan organisasi dan pesantren, Ustaz Tiar memandang bahwa pesantren di lingkungan PERSIS harus terus memperhatikan kaderisasi dari kader PERSIS.
“Kaderisasi harus disiapkan, meski belum tentu jadi. Disiapkan saja belum tentu jadi, apalagi bila tidak disiapkan,” paparnya.
Sesi kedua dibahas oleh H. Ena Sumpena, M.Pd.I yang merupakan Ketua PD PERSIS Garut. Dirinya membahas tentang Introspeksi Pesantren PERSIS sebagai Tempat Kaderisasi.
Dalam uraiannya, Ustaz Ena menekankan pentingnya mengingat sejarah pendirian pesantren PERSIS.
“Awal tujuan pesantren PERSIS adalah untuk menciptakan kader. Oleh karenanya, pesantren PERSIS harus berusaha mencapai visi dan misi jamiyah PERSIS,” jelasnya.
Untuk menggapai tujuan tersebut, diperlukan adanya pola hubungan yang baik antara pesantren dan jamiyah.
Dalam hal ini, ustaz Ena menggambarkan keterikatan antara payung dan yang dipayungi, serta antara harimau dan hutan.
“Bila terjaga pola hubungan yang baik, maka akan terwujud saling melindungi, saling memberi, dan terjaga kehormatan. Dalam pelaksanaannya di Pesantren PERSIS harus diupayakan semaksimal mungkin seluruh penggeraknya adalah anggota jamiyah,” kata dia.
Selain itu, pihak pesantren juga harus tetap memperhatikan sisi profesionalisme yang sejalan dalam bidang keilmuan dan keahlian, selain kepersisannya yang harus dijaga dan ditumbuhkan.
“Untuk itu, diperlukan misalnya upaya pengkartuan, pelibatan berbagai kegiatan jamiyah, pengenalan berbagai komponen dan kiprah jamiyah, serta mengutamakan yang aktif di jamiyah,” paparnya.
Di setiap akhir pembahasan, diadakan sesi pertanyaan dan curah gagasan. Nampak para mudir dan ketua bidgar pendidikan cabang mengapresiasi acara dan gagasan yang disampaikan.
Kontributor: Yusri
Editor: Fia Afifah